JENIS OBAT BEBAS (FLU)

Sebelum menjatuhkan pilihan atas suatu obat flu, idealnya konsumen harus mengenali terlebih dahulu dahulu jenis atau variasi dari komposisi obat flu, sehingga dapat memilih obat flu yang sesuai dengan kebutuhannya. 

Berdasarkan komposisinya, terdapat dua kelompok obat flu yaitu : 

Obat flu tunggal, yaitu obat flu yang hanya mengandung satu macam zat aktif yang mampu menghilangkan satu atau lebih gejala flu. Zat aktif yang digunakan antara lain : 

a. parasetamol/asetaminofen, berfungsi sebagai analgetik yaitu untuk mengatasi gejala pusing, sakit kepala atau demam 
dekstrometrofan, berfungsi sebagai antitusif yaitu untuk menghilangkan batuk 
bromheksin, berfungsi sebagai ekspektoran yaitu untuk mengencerkan dahak sehingga mudah dikeluarkan 



Obat flu kombinasi, yaitu obat flu yang mengandung lebih dari satu macam zat aktif. Penggunaan obat flu kombinasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah dapat mengatasi beberapa gejala sekaligus dengan satu kali penggunaan (praktis). Namun, kekurangannya adalah sering kali kombinasinya lebih dari tiga zat aktif (polifarmasi) atau mengandung lebih dari satu zat aktif yang aksi farmakologisnya atau khasiatnya sama, tetapi tidak bekerja secara sinergis sehingga tubuh penderita terpapar obat berlebihan tanpa memberikan efek terapi yang berbeda secara signifikan. Salah satu ciri khas obat flu kombinasi adalah pada kemasannya tertulis "meredakan flu disertai batuk", sehingga relatif laris dibeli oleh penderita flu, bahkan yang tidak ada gejala batuk. Contoh komposisi sebuah obat flu kombinasi : 

a. asetaminofen (meredakan demam, nyeri, atau pusing) 

b. fenilpropanolamin HCl (pelega hidung) 

c. efedrina HCl (pelega napas/bronkodilator) 

d. CTM (antialergi) 

e. dekstrometorfan (antitusif/penekan batuk) 

f. gliseril guayakolat (ekspektoran/pengencer dahak) 

Sering kali konsumen menjatuhkan pilihan pada obat flu tipe ini karena dari kemasan tertera banyaknya gejala yang dapat diatasi dengan obat flu kombinasi ini sekalipun terkadang penderita tidak merasakan semua gejala tersebut (Widayati, 2005). 



3. PROSES KEPUTUSAN RESPONDEN DALAM MEMILIH OBAT 

Proses pengambilan keputusan untuk memilih sumber pengobatan dimulai dengan menerima informasi, memproses berbagai kemungkinan dan dampaknya, kemudian mengambil keputusan dari berbagai alternatif yang ada. Interpretasi seseorang terhadap sakit dapat berbeda sehingga mempengaruhi keputusan yang diambil, misalnya lesu ketika bangun tidur dapat diinterpretasikan kelelahan oleh orang yang usai bekerja keras, atau gejala flu pada cuaca mendung, atau sakit bertambah parah oleh penderita penyakit kronis. Interpretasi yang berbeda terhadap sakit dapat mengakibatkan pemilihan sumber pengobatan yang berbeda (Supardi dan Notosiswoyo, 2005:2). 

Oleh karena itulah proses pengambilan keputusan untuk memilih obat bebas dapat dikategorikan ke dalam complex decision making. Sebuah pengambilan keputusan yang dikategorikan complex decision making mempunyai proses sebagai berikut : 







Gambar 1. Complex Decision Making Process 
Biasanya orang mengkonsumsi obat bebas karena iklan ataupun pengaruh orang lain yang telah mengkonsumsi obat tersebut (Kompas Cyber Media, 2006). 



Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat dalam memilih obat bebas tidak memperhatikan kandungan zat berkhasiat (komposisi) yang 

tercantum pada setiap kemasan obat. 

Oleh karena itu, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahui “bagaimana kepedulian masyarakat dalam memperhatikan komposisi obat?” 


Proses pengambilan keputusan dalam pembelian obat bebas tergolong high involvement decision making, artinya konsumen secara aktif akan mencari berbagai informasi sebelum mengambil keputusan. Konsumen rela untuk mengeluarkan energi sekedar untuk mencari informasi sebelum mengambil keputusan dalam rangka memilih sebuah merek. Jika sudah merasa cocok dengan sebuah merek obat bebas, untuk seterusnya konsumen cenderung untuk selalu mengkonsumsi merek yang sudah terbiasa dibelinya tersebut.


Dalam pengambilan keputusan memilih obat bebas, konsumen akan membeli apa yang diingatnya pertama kali (top of mind), namun jika di tempat pembelian (point of sales) tidak ada merek tersebut, konsumen akan dengan mudah berpindah merek lain. 

Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Charles Kurniawan, Marketing Manager OTC PT. Combiphar bahwa untuk konsumen obat batuk hampir 60 % tidak loyal. Oleh karena itu, ketersediaan barang (availability) merupakan hal yang sangat penting. 




Ada beberapa faktor yang melatar belakangi konsumen dalam pengambilan keputusan untuk memilih suatu obat bebas. Harus diakui bahwa selama ini sebagian besar orang mengkonsumsi obat bebas karena pengaruh iklan atau karena pengaruh orang lain yang sebelumnya pernah mengkonsumsi obat tersebut (Kompas Cyber Media, 2006). 

Brand loyalty terbentuk pada awalnya karena pengaruh dari brand image yang baik dari sebuah obat bebas. Brand image ini sendiri dapat tercipta melalui berbagai macam promosi yang dilakukan oleh produsen obat, seperti melalui iklan di berbagai media massa. Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk dalam bukunya Consumer Behaviour (bab 8), menyebutkan bahwa “Sikap terhadap sebuah merek berawal dari keterbukaan konsumen terhadap sebuah iklan, timbul affect dan cognition terhadap sebuah iklan, kemudian akan ada sikap terhadap sebuah iklan yang pada akhirnya berakibat munculnya sikap dan keyakinan terhadap sebuah merek (Edell dan Burke, 1987, p.431)“ (1999:231).

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "JENIS OBAT BEBAS (FLU)"

Post a Comment