Peranan Non Klasik Vitamin D

Berbagai penelitian genetika, nutrisi dan epidemiologi, serta bukti ilmiah terbaru yang berkaitan dengan defisiensi vitamin D tidak hanya berhubungan dengan gangguan dari hemostatis kalsium tetapi juga banyak yang berkaitan dengan hipertensi, fungsi otot, imunitas dan kemampuan menahan infeksi, penyakit autoimun dan kanker.

Pada bagian ini akan sedikit dibahas tentang peran vitamin D selain dari perannya secara klasik yang memelihara hemostatis kalsium dan sistem skeleton. Peran non klasiknya, yaitu :

1. Supresi pertumbuhan sel :

Didapatkan bahwa 1,25(OH)2D menghambat proliferasi klonaldari berbagai varietas

sel leukemia pada manusia. Selain itu 1,25(OH)2D juga merangsang diferensiasi sel secara normal dan membuat prekursor sel leukemia myeloid menjadi lebih matur dan kurang agresif. (Abe dkk).

Hasil dari penelitian ini membuka beberapa penelitian baru yang mencoba membuktikan potensi dan calcitriol sebagai terapi dari leukemia dan kelainan mieoproliperatif. Peranan protektif vitamin D terhadap kejadian kanker juga dibuktikan dengan hubungan yang kuat secara epidemiolgi antara kanker prostat, mammae, dan kolon dengan defisiensi vitamin D. Aksi antiproliferatif dari Vitamin D lebih bersifat autokrin dibandingkan endokrin.

Mekanisme yang terjadi hipotesisnya adalah mengkaitkan system 1,25(OH)2D-VDR yang memblok siklus sel kanker pada transisi antara G1-G0 melalui berbagai cara : 

a. 1,25(OH)2D menginduksi transkipsi gen cyclin-dependent kinas inhibitor p21 sehingga dapat membuat terhentinya pertumbuhan sel kanker dan merangsang diferensiasi sel monosit-makrofag.

b. 1,25(OH)2D mengindksi sinteis dan atau stabilisasi cyclin-dependent kinase inhibitor p27 sehingga mencegah terjadinya degradasi proteosom.

c. Pada tumor yang pertumbuhannya dikontrol oleh over ekspresi dari TGFα/EFGR, 1,25(OH)2D menghambat sinyal pertumbuhan dari EFGR di membrane sel dan juga menghambat transaktivasi gen cyclinD1 dari EFGR di nucleus. Hal ini menjadi bukti bahwa vitamin D memiliki potensi sebagai terapi pertumbuhan keratinosit hiperplastik pada pasien psoriasis.

d. Pada sel monosit jalur HL60 dan pada osteoblas, 1,25(OH)2D menginduksi ekspresi dari C/EBPβ sebuah protein yang saat ini dipercaya mempunyai potensi sebagai supresor dari oncogenic-cyclin D1 pada tumor epithelial.

e. 1,25(OH)2D mereduksi kadar HRPA20, sebuah fosfoprotein yang menjaga pertumbuhan dan ketahanan dari limfoma prolactin – dependent rat Nb2T, sebuah tumor yang sangat dipengaruhi hormonal.



2. Regulasi apoptosis :

1,25(OH)2D terbukti memiliki kemampuan menginduksi apoptosis sehingga merupakan

kontributor penting dalam menekan pertumbuhan yang berlebihan dalam sel. Pada kanker payudara, 1,25(OH)2D menginduksi apoptosis sel kanker melalui mekanisme nodulasi resiprokal dari Bcl2 dan Bax. Hal ini meningkatkan kalsium intraselular yang mana mengaktifkan protease proapoptotik yang dependen kalsium yaitu mikrocalpain dan caspase 12. 

1,25(OH)2D juga meningkatkan kemampuan anti tumor dan proapoptotikpada radiasi ionisasi pada kanker mammae. Namun kejadian sebaliknya terjadi pada kulit dimana1,25(OH)2D melindungi keratinosit dari apoptosis yang disebabkan oleh pajanan sinar UV atau kemoterapi.

Dari sini hal yang terpenting yang dapat diambil adalah peranan 1,25(OH)2D sebagai agen proapoptoik sangat penting dalam mengontrol pertumbuhan sel hiperplastik.

3. Modulasi respon imun :

Efektifitas vitamin sebagai sistem endokrin dalam mengontor infeksi, penyakit autoimun dan toleransi terhadap transplantasi merupakan hasil dari efek prodeferensiasi dari 1,25(OH)2D terhadap makrofag- monosit antigen precenting cells, sel dendrite (SD) dan limfosit. Hal ini dibuktikan secara in vivo pada manusia dan binatang yang kurang memiliki fungsi VDR dan atau Vitamin D yang secara in vitro dibuat model tentang fungsi regulasi vitamin D terhadap sistem imun.

4. Kontrol diferensiasi dan fungsi dari kulit :

Vitamin D sudah dipakai secara luas sebagai terapidari berbagai penyakit kulit terutama 

penyakit psoriasis. Namun baru sekitar tahun 1980an diketahui secara pasti potensi menakjubkan dari vitamin D dalam proteksi kulit dan terapo penyakit psoriasis.

Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang diperlihatkan reaksi dramatik terhadap lesipsoriatik pada pasien yang menerima suplemen 1α-hydroxyvitamin D untuk pengobatan osteoporosis berat. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa 1,25(OH)2D merupakan agen antiproliferatif pada keratinosit psoriatikyang mengalami over ekspresi dari TGF-α yang memberikan hasil kemampuan 1,25(OH)2D dalam menghambat sinyal mitogenik dari lengkung pertumbuhan TGF-α/ EGFR. 

Kemampuan imuno supresif dari 1,25(OH)2D pada sel langerhans, antigen preceting cells dari kulit, dapat juga sebagai mediasi efek sterol dalam pengobatan psoriasis, melanoma, dan scleroderma. Tidak hanya itu ternyata 1,25(OH)2D juga sangat penting pada pertumbuhan rambut dan kulit normal melalui mekanisme modulasi diferensiasi keratinosit dikulit.



5. Kontrol sistem rennin – angiotensin : 

Sistem rennin – angiotensin merupakan sistem utama dalam mengatur tekanan darah,

elektrolit dan homeostatis dari volume cairan tubuh. Beberapa peneliian klinik dan epidemiologi terakhir menyimpulkan adanya hubungan yang bermakna antara tidak adekuatnya pajanan sinar matahari atau rendahnya 1,25(OH)2D dalam serum dengan tingginya tekanan darah dan atau tingginya aktifitas rennin di plasma.

Hal ini membuktikan 1 peranan lagi dari vitamin D yaitu sebagai regulator negative dari sistem rennin – angiotensin. Penelitian yang menggunakan tikus VDR – null didapatkan peninggian kadar rennin di plasma dan peningkatan produksi angiotensin II sehingga menyebabkan kondisi hipertensi, hipertrofi myokard, dan peningkatan masukan cairan.



6. Kontrol sekresi insulin : 

Pada eksperimen yang menggunakan binatang, defisiensi vitamin D dikaitkan dengan onset yang lebih awal dan yang lebih agresifnya penyakit Diabetes Mellitus. Hal ini kemungkinan sejalan dengan abnormalitas dari fungsi imun dan kerusakan pada sekresi insulin yang dimediasi glukosa yang disebabkan kurangnya calcitriol.

Mekanisme yang saat ini dipercaya adalah dengan memodulasi ekpresi dari calbindin melalui VDR yang mengatur aliran kalsium intraseluler sehingga berefekpada pengeluara insulin di sel. 

Hal ini dibuktikan dengan defisiensi 1,25(OH)2D pada pasien dengan gagal ginjal kronik yang selalu mengalami gangguan dalam sekresi insulin. Selanjutnya penelitian terakhir yang menemukan aktifitas 1α - hidroksilase pada sel pankreas meningkatkan kemungkinan, potensi dalam vitamin D dalam mengatur sekresi vitamin D dan mencegah penyakit Diabetes Mellitus. Bidang ini membutuhkan penelitian lebih lanjut.



7. Kontrol fungsi otot :

Kelemahan dan atrofi otot dengan gangguan elektrofisiologi pada mekanisme kontraksi

dan relaksasi otot hanya terjadi pada pasien dengan defisiensi vitamin D contohnya pada pasien gagal ginjal kronik dan penggunaan obat anti konvulsi jangka panjang yang menurunkan kadar vitamin D pada serum. Khusus pada otot jantung, 1,25(OH)2D mencegah terjadinya hiperthrofi myokard dan membantu mensintesis dan melepaskan faktor nutriuterik atrium. 

Pada pasien gagal ginjal kronik pemberian vitamin D secara rutin dapat memperbaiki fungsi ventrikel kiri pada pasien dengan kardiomiopati dan kelemahan otot. Mekanisme yang berlaku sebenarnya belum jelas betul dan membutuhkan penelitian lebih lanjut. 



8. Kontrol susunan saraf pusat :

Peranan 1,25(OH)2D disusunan saraf pusat termasuk induksi dari VDR ( VDR 

diekspreskan diotak dan sebagian system saraf pusat dan perifer ) sehingga membantu efektifitas konduksi dari motor neuron dan sintesis faktor neurotropik ( contohnya faktor pertumbuhan sel saraf dan neutropin ) yang berfungsi mencegah kehilangan sel neuron. 

Penelitian terakhir juga menjelaskan bahwa 1,25(OH)2D juga merangsang ekspresi dari faktor neurotropik dari jalur glia sehingga menjadikan vitamin D sebagai kandidat potensial untuk terapi penyakit Parkinson. 



Hubungan yang erat antara defisiensi vitamin D dengan pertumbuhan otak yang abnormal membuat para peneliti saat ini sedang menyelidiki kemungkinan potensi dari vitamin D sebagai terapi yang potensial untuk schizophrenia. Selain itu sudah ada penelitian pada tikus yang mengalami defisiensi vitamin D prenatal ternyata mengalami gangguan motorik hebat ketika dewasa.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Peranan Non Klasik Vitamin D"

Post a Comment