SEJARAH PENYAKIT RIKETSIA

SEJARAH

Sejak berabad yang lalu, penyakit riketsia (penyakit dimana tulang tidak mampu melakukan kalsifikasi) banyak ditemukan pada anak di negara dingin seperti di bagian Eropa. Pada tahun 1980, Palm mengamati bahwa riketsia jarang terjadi bila anak terkena sinar matahari. 

Pada tahun 1919, Mellanby dapat menunjukkan pada anjing percobaan bahwa penyakit ini adalah penyakit kekurangan gizi. Bila hewan percobaan diberi minyak ikan, penyakit ini akan sembuh. Ia menduga zat yang menyebabkan penyembuhan ini adalah vitamin A. 

Pada tahun 1922, Mac Collum menemukan bahwa minyak ikan mengandung zat lain yang dinamakan faktor antirakitik atau vitamin D yang bisa mengobati riketsia. Penelitian juga menunjukkan bahwa sinar matahari atau sinar ultra violet bisa mencegah dan menyembuhkan riketsia pada anak-anak. 

Pada tahun 1923, Harry Goldblatt dan Katherine Soames mendirikan bahwa ketika 7-dehydrocholesterol (prekursor vitamin D di kulit) diradiasi dengan cahaya, bentuk vitamin larut dalam lemak diproduksi. Alfred Fabian Hess dan Mildred Weinstock lebih lanjut dibuktikan yang "sama dengan vitamin D". 

Adolf Windaus, di Universitas Gottingen, Jerman, menerima Penghargaan Nobel dalam kimia pada tahun 1928, untuk karyanya pada Konstitusi sterol dan hubungannya dengan vitamin. Pada 1930-an, ia menjelaskan lebih lanjut struktur kimia vitamin D.

Kira-kira 50 tahun yang lalu, da Luca menemukan bahwa bentuk aktif vitamin D membutuhkan sintesis di dalam ginjal.





SRUKTUR AKTIVITAS VITAMIN D :

1. Epimerisasi dan konversi gugus OH pada C3 dapat mengurangi aktivitas.

2. Bentuk ester/eter yang tidak dapat diubah di badan menjadi tidak aktif.

3. Pengurangan/penghilangan rantai samping menyebabkan reaktivitas hilang.

4. Adanya gugus karbonil pada rantai samping menyebabkan reaktifitasnya hilang.











SIFAT FISIKA KIMIA VITAMIN D : 

- Kristal putih tak berbau.

- Diaktifkan oleh sinar UV.

- Larut dalam pelarut organik dan lemak.

- Mempunyai spectra absorbsi yang spesifik.

- Stabil diudara dan cukup stabil jika dipanaskan dalam larutan netral atau alkali.

- Rusak pada pemanasan pada suhu 170°C.

- Vitamin D2 melebur pada 116°C sedangkan vitamin D3 melebur pada 83°C.

- Stabil dalam waktu yang lama jika disimpan dalam minyak. 

- Adanya garam mineral menjadikan vitamin D tidak stabil.

- Jika disabunkan dengan alkali terdapat dalam fraksi tak tersabunkan.


BENTUK KIMIA DAN JENIS VITAMIN D

Vitamin D adalah vitamin larut lemak yang memiliki struktur molekul steroid, maka dari itu vitamin D tergolong dalam grup sterol yang merupakan turunan dari molekul steroid, yang merupakan salah satu turunan dari kolesterol. Nama vitamin D adalah nama umum dari semua steroid yang secara kualitatif memperlihatkan aktivitas kholekalsiferol.

Nama IUPAC dari vitamin D adalah kalsiferol. Vitamin D bukan sepenuhnya vitamin karena kebutuhannya dapat dipenuhi tidak dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D tetapi dapat juga disintesis oleh tubuh dengan bantuan pajanan sinar matahari. Terdapat dua bentuk aktif dari vitamin ini, yaitu vitamin D2 dan vitamin D3. 

Vitamin D2 (ergokalsiferol) merupakan produk komersial yang dihasilkan dari radiasi sinar ultra violet terhadap ergasterol khamir. Vitamin D2 berasal dari turunan senyawa kolesterol yang banyak ditemukan pada ragi, jamur, dan tumbuhan. Beberapa jenis ikan seperti ikan tuna dan salmon diketahui kaya akan vitamin D2, hal ini dikarenakan ikan-ikan tersebut memakan tanaman alga yang menghasilkan Vitamin D dengan bantuan sinar matahari. 

Vitamin D3 (kolekalsiferol) adalah derivat 7-dehydrocholesterol (provitamin D3), suatu prekursor kolesterol. Vitamin D3 pada manusia dan hewan diproduksi dibawah kulit dari prekursor 7- dehydrocholesterol, melalui penyinaran sinar ultraviolet, 

yaitu ketika sinar ultraviolet mengenai kulit kita dan merangsang produksinya. Golongan vitamin inilah yang paling banyak ditemukan pada kulit manusia.

Vitamin D yang berasal dari makanan, suplemen, dan paparan sinar matahari bersifat inaktif secara biologis, sehingga harus menjalani dua proses hidroksilasi (penambahan dua gugus hidroksil) di dalam tubuh untuk mengaktifkannya. 

Proses pertama, penambahan gugus hidroksil terjadi di hati, mengubah vitamin D menjadi 25-hidroksivitamin D [25(OH)D], yang juga dikenal sebagai calcidiol. Calcidiol paling banyak tersedia di dalam tubuh dibandingkan bentuk vitamin D lainnya.



Proses kedua, penambahan gugus hidroksil terjadi di ginjal, membentuk zat aktif 1,25-dihidroksivitamin D [1,25(OH) 2D], dikenal juga sebagai calcitriol. Inilah bentuk vitamin D yang membantu penyerapan kalsium.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SEJARAH PENYAKIT RIKETSIA"

Post a Comment