Epidemiologi dari Legionellosis

Epidemiologi dari Legionellosis 

Spesies Legionella tersebar luas di lingkungan kita. Legionella dapat ditemukan pada alat pendingin, alat pelembab udara, wadah penyimpan air minum, bahkan pada tangki penampung air panas. Penyebaran dengan penularan tidak terjadi. Daya hidup Legionella tinggi, disebabkan daya tahannya yang tinggi terhadap efek klorin dan panas. Transmisi terjadi melalui aerosolisasi, penyemprotan dari air yang terkontaminasi dengan Legionella ataupun infeksi luka akibat terkontaminasi oleh air yang mengandung Legionella. Penyakit ini dapat bersifat epidemik atau personal, dan dapat terjadi pada suatu komunitas atau di dalam rumah sakit. Manusia di segala usia dapat terinfeksi Legionellosis walaupun lebih sering terjadi pada usia pertengahan/lebih tua dan resiko terinfeksi meningkat pada perokok, peminum, penderita kelainan paru kronik, konsumen obat imunosupresi (termasuk kemoterapi dan medikasi steroid) dan yang kekebalan tubuhnya rendah. 



Pemeriksaan Diagnostik 

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan suara paru melalui stetoskop. Apabila terjadi Legionellosis, dokter akan mendengar suara abnormal yang berat (crackles). Pemeriksaan fisik lainnya meliputi pemeriksaan apakah pasien mengalami demam, nafas cepat dan berat, takikardi/bradikardi, cyanosis, gangguan mental, dan gangguan pendengaran. 

Pemeriksaan fisik seperti yang disebutkan di atas sifatnya tidak spesifik. Untuk pemeriksaan yang lebih spesifik, dapat dilakukan uji laboratorium antara lain : 

1. Pemeriksaan darah 
Hitung sel darah, termasuk hitung sel darah putih. Pada pasien (+) legionellosis, dapat terjadi leukositosis tapi sifat pemeriksaan ini tidak spesifik mengingat penyakit infeksi lainnya juga dapat menimbulkan leukositosis; dan leukopenia (jumlah sel darah putih < 5000). 
Kultur darah menunjukkan sensitivitas rendah pada pneumonia. Fungsi dari kultur darah ini hanya sebatas untuk mengetahui potensi antibiotik yang sesuai. 
Hiponatremia (kadar Natrium darah <130 mEq/L) dan mikrohematuria. 
Laju sedimentasi eritrosit 

2. Pemeriksaan sputum 

· Pemeriksaan sputum dengan menggunakan antibodi fluoresen spesifik Legionella, tetapi peluang memberikan hasil negatif-palsunya tinggi. 

· Pada hitung leukosit, harus ditemukan lebih dari 25 sel per lapangan pandang sempit. 

3. Pemeriksaan urin 

· Uji urin untuk memeriksa adanya bakteri L. pneumophila. Uji ini akurat terutama untuk Legionella serogroup 1, tetapi 30% infeksi Legionellosis tidak disebabkan oleh organisme serogroup 1. Hasil laboratorium dapat diketahui dalam jangka waktu kurang dari 14 hari. 

· Teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap adanya spesies Legionella, tetapi keterbatasan teknik PCR ini di Indonesia menjadikannya jarang digunakan. Dengan teknik ini, DNA Legionella dapat dideteksi di dalam sampel urin dan atau serum pada 18 dari 28 pasien dengan legionellosis, tetapi pasien dengan pneumonia yang disebabkan oleh organisme lain tidak terdeteksi oleh PCR. 

· Tes Hidrosense 

Tidak seperti analisa rutin yang dapat memakan waktu hingga 14 hari, tes Hidrosense ini hanya memakan waktu 25 menit. Aplikasi alat ini mirip dengan alat tes uji kehamilan dan memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi, yaitu 100 cfu/mL urin. 

4. Pemeriksaan lainnya 

· X-Ray paru 

Penemuan pada sinar X dapat bervariasi. Pneumonia dapat lobar, tetapi lebih sering tampak sebagai bronkopneumonia yang melibatkan banyak lobus dengan atau tanpa efusi pleura. 

· Radiografi pada bagian dada 

Dengan pemeriksaan ini, Legionellosis dapat terdeteksi dengan ditemukannya bakteri Legionella pada bagian bawah paru. 



Pengobatan 

Untuk mengobati infeksi Legionellosis, dapat digunakan antibiotik. Pengobatan diberikan segera setelah pasien di-suspect menderita Legionnaire’s, tanpa perlu menunggu hasil laboratorium. Antibiotik yang umumnya digunakan untuk mengobati penyakit ini adalah : 

- Quinolon : siprofloxacin, levofloxacin, moxifloxacin, gatifloxacin 

- Makrolida : azithromisin, clarithromisin, eritromisin 

Antibiotik yang terbukti efektif adalah eritromisin, siprofloksasin, tetrasiklin dan rifampin. Eritromisin adalah bentuk terapi yang paling luas digunakan, dan umumnya IV, 1 gram setiap 6 jam. Penisilin dan sefalosporin tidak efektif karena organisme ini, kecuali L. micdadei, menghasilkan beta lactamase yang membuat mereka resisten terhadap agen beta-laktam. 

Pengobatan lain mencakup: 

- Penukaran cairan dan elektrolit tubuh 

- Pemberian oksigen melalui masker atau breathing machine 

- Pencegahan 

Pencegahan dapat dilakukan dengan mengolah air yang terkontaminasi dengan bakteri L. Pneumophila, sehingga dapat mencegah penyebaran lebih lanjut dari penyakit ini.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Epidemiologi dari Legionellosis "

Post a Comment