Prinsip dasar dari pengembangan Desa Wisata
PERKAMPUNGAN ADAT WOLOTOPO
Wolotopo, sebuah kampung adat yang dibangun di lereng sebuah bukit dengan pandangan lepas ke laut selatan. Dengan jarak 12 km kearah timur dari Kota Ende. Perkampungan Wolotopo dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat dengan waktu sekitar 30 menit perjalanan. Keunikan dari Kampung Wolotopo adalah bangunan rumah adat dan pemukimannya yang dibangun diatas susunan batu-batu yang tinggi dan kokoh. Wolotopo didiami oleh komunitas adat yang sangat konsekuen dalam pengembangan seni, kerajinan tenun dan sebagai wilayah penghasil bengkoang terbesar untuk Kabupaten Ende. Keadaan alam Wolotopo yang dominan kering dan menantang, mengkondisikan penduduk lokal menjadi sedemikian ulet, dan pantang menyerah. Berbagai atraksi budaya yang mengekspresikan perjuangan berkembang dalam bentuk dan nuansa bervariasi. Kampung ini telah menjadi salah satu obyek yang sering dikunjungi wisatawan.
Kerajinan bamboo sebagai cindera mata
KERAJINAN BAMBU. Hernawan (43) menata kerajinan bambu dagangannya di pinggir alun-alun kota Temanggung, Jateng. Berbagai jenis barang kerajinan berbahan bambu seperi kapal, rumah adat, mobil dan tempat handphone karyanya dijual Rp3.000-Rp50.000 per buah tergantung ukuran dan tingkat kesulitannya. Kerajinan karya Hernawan juga telah terjual hingga ke mancanegara seperti Malaysia, Jepang, Perancis dan Australia. FOTO ANTARA/Anis Efizudin/ed/pd/10. Sumber: http://v-images2.antarafoto.com/gpr/1267795204/peristiwa-kerajinan-bambu-04.jpg
Prinsip dasar dari pengembangan Desa Wisata
1. Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan di dalam atau dekat dengan desa.
2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa, salah satu bisa bekerja sama atau individu yang memiliki.
3. Pengembangan desa wisata didasarkan pada salah satu “sifat” budaya tradisional yang lekat pada suatu desa atau “sifat” atraksi yang dekat dengan alam dengan pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang mengunjungi kedua atraksi tersebut.
Salah satu ciri khas seni budaya Kabupaten Ponorogo Jawa Timur adalah kesenian Reog Ponorogo. Reog, sering diidentikkan dengan dunia hitam, preman atau jagoan serta tak lepas pula dari dunia mistis dan kekuatan supranatural. Reog mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak-merak seberat sekitar 50 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan berlangsung. Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan terutama salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkan atmosfir mistis, unik, eksotis serta membangkitkan semangat. Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah kelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran utama berada pada tangan warok dan pembarongnya.
(Sumber: Romantika Bima, April 9, 2010 at 11:38 am)
Salah satu atraksi seni budaya tradisional Bima yang cukup unik adalah Adu Kepala atau dalam Bahasa Bima disebut Ntumbu. Belum ada pihak yang mengetahui secara pasti kapan atraksi kesenian seperti ini mulai ada di Bima. Karena Atraksi Ntumbu ini hanya ditemkukan di desa Nori kecamatan Wawo.
Namun beberapa sejarahwan dan budayawan berpendapat bahwa atraksi ini telah ada pada zaman kesultanan Bima pada abat ke 17. Hampir 90 porsen atraksi kesenian tradisional Bima didominasi oleh atraksi ketangkasan yang menggambarkan semangat patriotisme dan kepahawanan. Hal itu dibuktikan dengan penggunaan alat-alat ktangkasan dan perlengkapan perang seperti parang, tombak, keris dan lain-lain dalam setiap atraksi.
Di Desa Ntori kecamatan Wawo Bima, Ntumbu diwariskan turun temurun oleh satu keluarga atau keturunan. Dan tidak bisa dimainkan oleh orang lain di luar lingkungan keluarga itu. Sebelum bertanding (Beradu Kepala), salah seorang yang tertua di antara mereka memberikan air doa dan mantera-mantera kepada seluruh anggota pemain. Mantera itu adalah ilmu kebal sehingga ketika mereka melakukan adu kepala tidak merasakan sakit dan tidak benjol atau berdarah akibat benuran kepala itu. Atraksi Adu Kepala diiringi oleh alunan musik tradisonal Bima yaitu Dua Buah Gendang, Satu serunai, Gong, dan Tawa-tawa. Ketika musik dimainkan, beberapa orang berlaga di depan seperti gaya pencak silat lalu saling menyerang dengan kepala. Sejarahwan M. Hilir Ismail mengemukakan bahwa Atraksi Adu Kepala ini sempat juga dilarang karena ada pandangan bahwa atraksi ini bertentangan dengan ajaran Islam. Kenapa demikian ? karena kepala adalah simbol kehormatan seseorang jadi alangkah hinanya jika diadu. Namun ada juga kalangan yang berpendapat bahwa hal itu adalah bagian dari tradisi untuk menggugah semangat patriotisme membela negara(Kerajaan). Dalam konteks kekinian Adu Kepala merupakan salah satu komditi pariwisata Kabupaten Bima yang perlu dilestarikan keberadaanya.
PERLOMBAAN PERAHU WISATA TRADISIONAL 2010
(Sumber: DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH, 2009)
Perlombaan Perahu Wisata Tradisional 2010 dengan Tema “Melalui Perlombaan Perahu Wisata Tradisional 2010, Kita Bangun Kesadaran Masyarakat untuk Melestarikan Khasanah Budaya Aceh dalam rangka Mempromosikan Aceh sebagai Daerah Tujuan Wisata Unggulan” merupakan salah satu event atau atraksi wisata dalam rangka membangun kesadaran dan motivasi generasi muda Aceh untuk mempromosikan keunggulan dan daya tarik pariwisata daerah. Atraksi Lomba Perahu Wisata Tradisional 2010 dengan sumber dana APBN Dekonsentrasi T. A. 2010 akan diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Barat pada tanggal 17 s.d 19 September 2010 di Kawasan Wisata Air Geunang Geudong, Desa Putim Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat.
Penyelenggaraan kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan kembali olah raga rakyat yang selama ini telah hilang, mempromosikan Kabupaten Aceh Barat sebagai daerah tujuan wisata budaya dan sejarah, sekaligus mensukseskan HUT Aceh Barat ke – 65. Output yang ingin dicapai melalui Perlombaan Perahu Wisata Tradisional 2010 yang akan diikuti oleh peserta dari 23 kabupaten/kota se Aceh adalah terlaksananya hiburan rakyat melalui Perlombaan Perahu Tradisional yang berbasis pada masyarakat sebagai atraksi budaya dalam rangka menarik minat wisatawan dalam dan luar negeri ke Aceh umumnya dan Kabupaten Aceh Barat khususnya. Untuk mendukung keberhasilan Atraksi Lomba Perahu Wisata Tradisional 2010, masing-masing Kab/Kota diminta mengirim 5 (lima) orang peserta lomba perahu tradisional dengan persyaratan/kriteria: Laki-laki usia 20 s.d. 30 Tahun, Sehat Jasmani dan Rohani (berbadan sehat dan tidak cacat fisik) dan penduduk asli daerah setempat.
Atraksi Lomba Perahu Wisata Tradisional 2010 tidak semata-mata sebagai sebuah kegiatan yang bersifat kompetisi murni, melainkan sebuah atraksi budaya yang diharapkan dapat menciptakan hiburan dan rekreasi bagi masyarakat, sekaligus menjadi semangat untuk melestarikan atraksi lomba perahu sebagai olah raga rakyat di Kabupaten Aceh Barat. Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat sangat diharapkan partisipasinya untuk mendukung keberhasilan Atraksi Lomba Perahu Wisata Tradisional 2010 yang akan dilaksanakan di Kawasan Wisata Air Geunang Geudong, sekaligus didukung dengan berbagai atraksi daerah lainnya.
Selama penyelenggaraan Lomba Perahu Wisata Tradisional 2010, seluruh peserta lomba perahu dari berbagai daerah diharapkan dapat mengikuti seluruh tahapan kegiatan melalui prinsip “fair competation” dan dapat menjaga nama baik daerah masing-masing. Selama penyelenggaraan kegiatan ini tidak mengenal istilah “kalah dan menang”, namun sebaliknya yang menang adalah mereka yang mampu memberikan kontribusi terbaik bagi daerah mereka, sekaligus dapat berpartisipasi aktif dalam rangka menciptakan persahabatan, perdamaian antar daerah dan keberhasilan Atraksi Lomba Perahu Wisata Tradisional 2010, sekaligus mendukung mempromosikan pariwisata Aceh melalui Slogan Pariwisata Nasional “Visit Indonesia 2010”.
0 Response to "Prinsip dasar dari pengembangan Desa Wisata "
Post a Comment