EFEK SAMPING TANAMAN OBAT/OBAT TRADISIONAL
Dari definisi Obat Tradisional yang telah direkomendasikan Depkes (sebagaimana disebutkan pada awal tulisan ini) terdapat kalimat “…yang secara tradisional digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman”. Pada kata ‘secara tradisional’ tersirat makna bahwa segala aspeknya (jenis bahan, cara menyiapkan, takaran serta waktu dan cara penggunaan) harus sesuai dengan warisan turun-temurun sejak nenek moyang kita. Penyimpangan terhadap salah satu aspek kemungkinan dapat menyebabkan ramuan OT tersebut yang asalnya aman menjadi tidak aman atau berbahaya bagi kesehatan. Pada hal jika diperhatikan, seiring perkembangan jaman banyak sekali hal-hal tradisional yang telah bergeser mengalami penyempurnaan agar lebih mudah dikerjakan ulang oleh siapapun. Misalnya tentang peralatan untuk merebus jamu, dulu masih menggunakan kwali dari tanah liat sekarang sudah beralih ke panci dari aluminium, untuk menumbuk sudah menggunakan alat-alat dari logam dan tidak lagi menggunakan alu dari kayu atau batu, dan lain sebagainya.
Disamping itu perlu disadari pula bahwa memang ada bahan ramuan OT yang baru diketahui berbahaya, setelah melewati beragam penelitian, demikian juga adanya ramuan bahan-bahan yang bersifat keras dan jarang digunakan selain untuk penyakit-penyakit tertentu dengan cara-cara tertentu pula. Secara toksikologi bahan yang berbahaya adalah suatu bahan (baik alami atau sintesis, organik maupun anorganik) yang karena komposisinya dalam keadaan, jumlah, dosis dan bentuk tertentu dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh manusia atau hewan sedemikian sehingga mengganggu kesehatan baik sementara, tetap atau sampai menyebabkan kematian. Suatu bahan yang dalam dosis kecil saja sudah menimbulkan gangguan, akan lebih berbahaya daripada bahan yang baru dapat mengganggu kesehatan dalam dosis besar. Akan tetapi bahan yang aman pada dosis kecil kemungkinan dapat berbahaya atau toksis jika digunakan dalam dosis besar dan atau waktu lama, demikian juga bila tidak tepat cara dan waktu penggunaannya. Jadi tidak benar, bila dikatakan OT/TO itu tidak memiliki efek samping, sekecil apapun efek samping tersebut tetap ada; namun hal itu
bisa diminimalkan jika diperoleh informasi yang cukup. Ada beberapa contoh, antara lain mrica (Piperis sp.) pada satu sisi baik untuk diabetes, tetapi mrica juga berefek menaikkan tekanan darah; sehingga bagi penderita diabet sekaligus hipertensi dianjurkan tidak memasukkan mrica dalam ramuan jamu/OT yang dikonsumsi. Kencur (Kaempferia galanga) memang bermanfaat menekan batuk, tetapi juga berdampak meningkatkan tekanan darah; sehingga bagi penderita hipertensi sebaik-nya tidak dianjurkan minum beras-kencur. Demikian juga dengan brotowali (Tinospora sp.) yang dinyatakan memiliki efek samping dapat mengganggu kehamilan dan menghambat pertumbuhan plasenta.
Walaupun demikian efek samping TO/OT tentu tidak bisa disamakan dengan efek samping obat modern. Pada TO terdapat suatu mekanisme yang disebut-sebut sebagai penangkal atau dapat menetralkan efek samping tersebut, yang dikenal dengan SEES (Side Effect Eleminating Subtanted). Sebagai contoh di dalam kunyit terdapat senyawa yang merugikan tubuh, tetapi di dalam kunyit itu juga ada zat anti untuk menekan dampak negativ tersebut. Pada perasan air tebu terdapat senyawa Saccharant yang ternyata berfungsi sebagai antidiabetes, maka untuk penderita diabet (kencing manis) bisa mengkonsumsi air perasan tebu, tetapi dilarang minum gula walaupun gula merupakan hasil pemurnian dari tebu.
Selain yang telah disebutkan diatas, ada beberapa tanaman obat/ramuan yang memang berefek keras atau mempunyai efek samping berbahaya terhadap salah satu organ tubuh. Selengkapnya TO tersebut seperti tersaji pada tabel berikut :
Tanaman Obat/Ramuan OT yang berefek keras (mempunyai efek samping
berbahaya)
NO
|
EFEK TERHADAP
|
CONTOH TANAMAN OBAT
|
1.
|
Jantung
|
Daun digitalis, daun oleander, daun senggunggu
|
2.
|
Susunan syaraf otonom
|
Umbi gadung, biji saga, daun dan buah kecubung, daun gigil, biji
jarak, daun tuba
|
3.
|
Susunan Syaraf Pusat
|
Daun koka
|
4.
|
Sistem Pencernaan
|
Biji ceguk, daun widuri
|
5.
|
Saluran Pernafasan
|
Kulit buah jambu monyet
|
6.
|
Sistem Reproduksi Wanita (Abortivum)
|
Jungrahap, jarong, daun maja, akar kelor, buah nanas muda
|
7.
|
Sistem Reproduksi Pria
|
~ penurun libido => biji kapas
~ melemahkan spermatozoa => biji pare
|
8.
|
Saluran Kencing
|
• Diuretik
kuat => daun keji beling, meniran
• Memacu batu ginjal => bayam, kubis, nenas
|
9.
|
Hati/Lever
|
Konfrei, arak, daun imba
|
10.
|
Meningkatkan kadar
asam urat darah
|
Mlinjo,
kacang-kacangan
|
11.
|
Menurunkan Jumlah Sel
Darah Putih
|
Ochrosia spp.
Vinca rosea (daun
tapak dara)
|
Demikian
juga dari suatu hasil percobaan toksisitas dan kandungan senyawa kimia yang
berbahaya yang pernah dipublikasikan pada suatu artikel, antara lain
menyebutkan sebagai berikut :
a. Beberapa
tanaman yg telah diketahui mengandung bahan yang berbahaya
1.
Dari suku Euphorbiaceae :
Phylanthus sp.
: mengandung ester phorbol yang
dinyata-kan dapat merangsang virus Epstein-Borr (dalam waktu lama menyebabkan karsinoma)
Recinus
comunis : bijinya mengandung protein risin, yang apabila diabsorpsi dalam
bentuk asli, akan meng-hambat sintesis protein, karena dapat mengacaukan proses
metabolisme)
Croton tiglium
L. : bijinya mengandung crotin (suatu protein fitotoksin),
fraksi resinnya menyebabkan radang kulit
minyak croton mengandung suatu zat
karsinogenik yang dapat merangsang karsinogen lemah, sehingga memacu terjadinya
kanker
2.
Dari suku Rutaceae :
Ruta
graveolens L. : mengandung glukosida kumarin (rutarin/marmesin)
-
mengiritasi kulit (bagi yang peka) menyebabkan lepuh-lepuh dan demam
-
jika infusa terminum kemungkinan bisa menimbulkan peradangan usus
a. Tanaman yang dianggap berbahaya
(LD 50 : kecil, tetapi belum diketahui kandungan mana yang mengakibatkan gejala
negatif
NO
|
BAHAN BAKU DAN TANAMAN ASAL
|
FAMILIA
|
LD-50
|
|
1.
|
Majakan (proses reaksi daun Quercus lusitanica Roxb.)
|
Fagaceae
|
16,45 mg/kg. BB
|
|
2.
|
Nagasari
(bunga Mesua ferae L.)
|
Guttiferae
|
20,93 mg/kg. BB
|
|
3.
|
Sukmadiluwih (buah Gunera macrophyla Bl.)
|
Halorrhagidaceae
|
21,91 mg/Kg.BB
|
|
4.
|
Sidowayah (bunga Woodfor-dia floribunda)
|
Litraceae
|
24,22 mg/kg.BB
|
|
5.
|
Kulit buah delima (Punica granatum
L.)
|
|
28,0 mg/kg.BB
|
b. Tanaman yang bersifat oksitosik ( merangsang uterus), tetapi
belum diketahui zat penyebabnya
1. Jungrahap (daun Beachea frutescen L. familia Myrtaceae)
2. Majakan (eksudat daun Quercus lusitanica Lamk. Familia Fagaceae)
3. daun kaki kuda (Centela asiatica Urb.familia Umbeliferaeae)
4. Meniran (Phyllathus
niruri L.familia Euphorbiaceae)
5. umbi Angelica
sinensis L. ~ ramuan yang
menyebabkan cacat
Kelima bahan tersebut disusun berdasarkan urutan paling kuat sifat
oksitosiknya. Walaupun baru merupakan informasi percobaan pada hewan, tetapi
telah memberikan petunjuk paling tidak bahwa Jungrahap yang digunakan bersamaan
dengan daun sembung dan beluntas serta daun kaki kuda, mengakibatkan kematian
pada induk
hewan percobaan, pendarahan pada uterus dan
usus, kematian janin, pertumbuhan janin tidak normal (lambat); meskipun dosis
yang diberikan baru 10 kali lebih kecil dari dosis lazim pada manusia. Memang
tidak begitu jelas adanya adisi, potensiasi atau inhibisi antara bahan-bahan
diatas bila diberikan bersama.
Tetapi setidak-tidaknya dari informasi tersebut kita perlu
mewaspadai terutama bila digunakan untuk sesuatu yang berkaitan dengan sistem
reproduksi seperti terlambat bulan/haid, jamu hamil, keputihan, sari rapet dan
semacamnya.
0 Response to "EFEK SAMPING TANAMAN OBAT/OBAT TRADISIONAL"
Post a Comment