MEMBAHAS TENTANG TELINGA

Telinga

· Serumen

· Membran timpani

Normal: sedikit cekung, mengkilat, refleks cahaya positif

· Otitis media kataral: sangat merah, refleks cahaya <, tjd abses dalam telinga (cepat kirim ke bagian THT)

· Otitis media sup: menonjol kemerahan, refleks cahaya menghilang

· Perdarahan (menonjol biru)

· Perforasi – yang akan menyebabkan “congek”

Mastoid

· Otitis media à mastoiditis : nyeri tekan + ; daun telinga terdorong – terasa sakit pada retroauriculer

Pendengaran

· Dinilai dengan garpu tala, audiometer (pada anak besar)

· Neonatus : sudah ada reaksi thd suara (klintingan)

Hidung

· Napas cuping hidung

· Saddle nose : syndroma kongenital

· Mukosa tebal pucat : alergi

· Benda asing : sekret purulen, berdarah, berbau

· Difteri hidung : sekret berdarah

· Epistaksis : pleksus Kiesselbach (pd septum nasi) pecah - demam, kelainan darah, kongenital

Mulut

· Trismus (mulut sukar dibuka); tetanus, tetani, infeksi/ abses sekitar mulut, dislokasi sendi mandibula, parotitis, dll

Diukur berapa besar mulut dpt dibuka : dari ujung gigi atas dan bawah

· Foetor ex ore (halitosis)

› Bau aseton – asidosis

› Bau amonia - uremia

· Labio skisis/ bibir sumbing

› Mukosa – anemia (pucat)

- sianosis (biru)

› Fisura pada sudut bibir (kekurangan riboflavin dan vit B lain)

· Perleche : infeksi streptococcus

Fisura, deskuamasi, maserasi, krusta di sudut mulut

· Herpes simplex

Mukosa pipi

· Oral thrush : infeksi candida albicans ; bercak-bercak membran putih, menimbul mirip sisa susu pada selaput lendir bibir, pipi, lidah, palatum, faring (bila diangkut terjadi perdarahan) – biasanya pd bayi/ anak kecil

· Bercak koplik : stadium prodromal campak pada mukosa pipi berhadapan geraham bawah

· Noma : stomatitis gangrenosa ; destruksi mukosa pipi à perforasi ke kulit. (keganasan/ kwasiorkor) – pipi hancur/ tembus

Palatum

· Petechiae (infeksi)

· Paralisis (difteria)

· Palatoskisis

Lidah

· Bifurkasio – terbelah di tengah

· Makroglosia: hipotiroid, sy.down, hurler, neoplasma

· Mikroglosia : sy. MABIUS, pioroptin (lidah >>)

· Kista duktus tiroglossus : pada pangkal lidah

· Ranula : kista retensi transparan (biru) sublingual

· Lidah terjulur keluar (pada retard mental)

· Tremor lidah : hipertiroid, demam typhoid – lidah keluar ujung merah

· Lidah kotor (coated tongue)

· Geografic tongue

· Gloso ptosis : lidah tertarik ke belakang (syndroma pierre – robin)

· Neonatus : keluar masuk ritmik (perdarahan otak/ edema otak)

· Lidah ada gambaran-gambaran pulau di tengah à ada alergi

Gigi geligi

· Bayi baru lahir, kadang-kadang ada 1 – 2 gigi dan mudah dicabut

· Mulai tanggal umur 6 thn à caninus blom keluar, molar 2,3 baru keluar

· Umur 5 bulan – 1 thn: gigi susu – 3 tahun lengkap 20 buah











V IV III II I . I II III IV V

--------------------------------------------------

V IV III II I . I II III IV V



Gigi susu:

« 2 insisor sentral bawah 5 – 10 bulan

« 2 insisor sentral atas 8 – 12 bulan

« 2 insisor sentral atas 9 – 13 bulan

« 2 insisor sentral bawah 10 – 14 bulan

« 2 molar pertama bawah 13 – 16 bulan

« 2 molar pertama atas 13 – 17 bulan

« 4 kuspid pertama 12 – 22 bulan

« 4 molar kedua 24 – 30 bulan



Gigi tetap

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

-----------------------------------------------------------------------

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8



· Gigi susu mulai tanggal: insisor sentral bawah

· Gigi susu berakhir umur 12 tahun

Gigi tetap (waktu erupsi):

« Molar pertama 6 – 7 tahun

« Insisor 7 – 9 tahun

« Premolar 9 – 11 tahun

« Kaninus 10 – 12 tahun

« Molar kedua 12 – 16 tahun

« Molar ketiga 17 – 25 tahun

· Kelainan gigi : karies dentis

Salivasi

· Pengeluaran saliva berlebih pada neonatus : atresia esofagus

· Hipersalivasi pada anak besar : gigi tumbuh, stomatitis, palsi serebral, defisiensi mental, down syndrome

Faring

· Infeksi, hiperemia, edema, abses di dalam

· Infeksi difteria:

Bercak putih abu-abu yang sulit diangkat – bila dipaksa mudah berdarah (pseudomembran)

· Tonsil

Perhatikan : kripti, hiperemia ulserasi, bercak perdarahan, abses perotonsiler (sering trismus)

Laring

· Stridor (suara napas inspirasi yang keras, kasar, nada sedang)

· Terjadi obstruksi di daerah laring/ trachea

· therapy/ : corticosteroid dan antibiotik


======================== leher ========================

ÿ Vena : pulsasi pada saat duduk/ berdiri

à abnormal

(kenaikan tekanan vena jugularis)

ÿ Menentukan tekanan vena jugularis

§ Pasien posisi telentang

§ Dada + kepala diangkat 15 - 30° atau lebih jika bila tekanan venanya tinggi

§ Lihat batas atas distensi vena jug (bila perlu dikosongkan dulu dengan menekan bagian kranial vena à mengurut vena ke kaudal, kemudian dilepas lagi

§ Normal v.jugularis tidak keluar à cuma waktu menyanyi kadang keluar

§ Tekanan vena à liat venanya ada trus kita hapus dari atas sampai ke bwh. Klo ada peningkatan tekanan vena à venanya akan timbul lagi dengan cepat à biasanya tjd pada penyakit jantung

§ V.jugularis tekanan ↑ :

· Gagal jantung kongestif

· Tamponade jantung

· Pericarditis konstriktiva

· Massa di mediastinum

ÿ Sexual encontinuitum à leher spt sayap

ÿ Kista duktus tiroglossus

§ Di garis tengah/ sedikit lateral, bulat, licin, ½ - 3½ cm

§ Di setiap tempat antara foramen caecum lidah – lekuk suprasternal (sering setinggi kartilago tiroid, bergerak ke atas bila menelan, dapat disertai fistula)

ÿ Higroma kolli kistikum : massa kistik, lunak, batas tak jelas, kebiruan

ÿ Bull neck : edema pada leher belakang(difteria), infeksi lokal

ÿ Tortikolis

§ Lihat ada/ tidak pada BBL

§ Posisi kepala : miring ke 1 sisi dan berputar ke sisi lain (pemendekan m. sternocleidomastoideus) oleh karena

8 Perdarahan ok trauma lahir à menyembuh à fibrosis (1,5 – 3,5 cm), kenyal, tegas à menghilang 4 – 8 bulan (biasanya hilang tapi sebaiknya dilakukan fisiotherapy)

8 Dapat pemendekan menetap

8 Dapat karena proses peradangan

ÿ Kaku kuduk

§ Posisi telentang : leher ditekuk secara pasif à ada tekanan à dagu tidak nempel dada (kaku kuduk positif)

§ Bila disertai hiperekstensi tulang belakang : opistotonus

· Rangsang meningeal pada meningitis

· Tetanus – walaupun kejang tapi sadar

· Abses retrofaringeal, peritonsiler

· Ensefalitis virus

· Keracunan timbal

· rheumatoid

ÿ Massa di leher à kelenjar membesar (pada anak, diperiksa ke arah TBC – mantoux test)

§ Kelenjar getah bening

Servikal : bila diameter > 1 cm (masih normal bila masih 1 cm)

§ Kelenjar tiroid : tiroid bergerak ke atas bila menelan

· Periksa dengan tangan kanan dan kiri

· Bila menelan, massa akan bergerak


========================= dada ========================

+ Pemeriksaan

¬ Inspeksi

¬ Palpasi

¬ Perkusi

¬ Auskultasi

+ Garis-garis referensi :

¬ Batas-batas utk menentukan lokasi keadaan patologi dan fisiologi (gb + keterangan)

+ Inspeksi

¬ Gb. dinding dada, bentuk, besar, simetri dl. statis dan dinamis, gerakan pd pernapasan, deformitas, penonjolan, pembengkakan, pola pembuluh darah subc, jaringan parut

+ Beberapa mcm bentuk dada:

1. Pektus eks. Kavatum (Funnel Chest)

ø Sternum bawah + rawan iga masuk ke dalam terutama pada inspirasi

ø Kelainan kongenital, hipertrofi adenoid berat, dapat juga pada sindrom marfan

ø Pada anak normal, sering ada tapi tidak berat

2. Pektus karinatum

ø Pigeon chest, dada burung

ø Sternum menonjol ke arah luar : rakitis, osteoporosis, sindroma marfan

3. Barrel chest/ toraks emfisematikus

ø Dada bulat spt tong : sternum terdorong ke depan, iga-iga horizontal

ø PPOK spt asma, fibrosis kistik, emfisema

+ Tasbih (rosary)

¬ Penonjolan pada persambungan tulang rawan dengan tulang iga (rakhitis)

¬ Perhatikan:

§ Skapula

§ Klavikula

§ Depresi daerah iga VIII – X

§ Iga-iga di bawahnya mengembang (celah Harrison/ Harrison’s Groove)

Tempat melekat diafragma

§ Asimetri dada :

· Skoliosis –tulang belakang ke samping

· Pneumotoraks

· pneumomediastinum

§ Gerakan sela iga pada pernapasan

Kecepatan, kedalaman, simetri, pola gerakan pernapasan

§ Gerakan berkurang : pneumoni, hidrotorax, pneumotorax, atelectasis

§ Retraksi suprasternal : obstruksi tinggi (sumbatan larynx)

§ Retraksi infrasternal : obstruksi rendah (bronkiolitis)

+ Precordial bulging = hipertrofi ventrikel kanan



payudara

+ Supernumary nipples (jumlahnya papilla mammae >>)

+ Telarche/ telars = 8 – 14 tahun (10 th) : pertumbuhan payudara

à bentuk dewasa dl 2 – 4 tahun

+ Ginekomasti pubertas pada laki-laki 13 – 14 tahun ó menghilang

+ Ginekomasti prapubertas dpt terjadi pada anak perempuan ataupun laki-laki ó menghilang



paru

+ Inspeksi (lihat tanda vital dan inspeksi dada) – lihat gerakan pernapasan

+ Palpasi (gb)

› Simetri/ asimetri toraks : benjolan, nyeri, pembesaran kelenjar limfe aksila, fossa supraclavicularis/ infraclavicularis

› Fremitus suara :

Saat bicara/ menangis

Normal : getaran sama kanan dan kiri

Meningkat : konsolidasi (pneumonia)

Menurun : obstruksi jln napas (atelectasis, pleuritis, efusi pleura, schwarte, tumor)

› Krepitasi subkutis - krn trauma à udara à spt suara kertas yang diremek

Udara subkutan : pasca trauma, pasca tracheostomy

+ Perkusi (lihat cara pemeriksaan)

o Mulai supraklavikula à turun setiap sela iga (bandingkan kanan dan kiri)

o Punggung : dari atas à bawah (kanan dan kiri)

o Sonor : suara perkusi normal

o Suara perkusi berkurang : redup/ pekak (hati, jantung, skapula diafragma)

Suara yang sehrsnya sonor jd redup à mgkn ada kelainan paru, dll

o Daerah pekak hati : setinggi iga ke 6 garis aksila medial, kanan (naik turun pada pernapasan) 1- 2 sela iga

o Pekak hati > tinggi pada hepatomegali/ pendesakan/ kolaps paru kanan

o Pekak hati ↓ pada asma/ emfisema paru

o Batas bawah paru belakang: setinggi iga ke 8 – 10

o Perkusi paru – jantung – sukar pada anak dan bayi

o Perkusi abnormal:

§ Hipersonor/ timpani: emfisema paru, pneumotoraks

§ Redup : konsolidasi

§ Timpani : hernia diaphragma (pd auskultasi, bising usus +)

+ Auskultasi

º Suara napas dasar

º Suara napas tambahan

º Dilakukan di seluruh dada dan punggung

º Dari atas ke bawah, bandingkan kanan dan kiri

º Pada bayi dan anak lebih keras

+ Suara napas dasar

1. Suara napas vesikuler (pada anak-anak jelas, dewasa agak susah)

Ù Suara napas N (udara masuk dan keluar melalui jalan napas)

Ù Suara inspirasi lebih keras dan lebih panjang daripada ekspirasi

Ù Terdengar spt membunyikan “ffff” dan “wwww”

Ù Melemah pada penyempitan bronkus (bronkostenosis), tiap ventilasi ber <, pneumonia, atelectasis, edema paru, efusi pleura, emfisema, pneumothorax

Ù Mengeras : ventilasi bertambah; resolusi pneumonia

Ù Vesikuler dengan ekspirasi memanjang : asma

2. Suara napas bronkial – tdpt pd paru sternal atas (bronkus ka-ki)

Ù Inspirasi keras disusul ekspirasi spt suara “kh kh kh”

Ù Pada keadaan normal

i. Pada bronkus besar kanan dan kiri

ii. Parasternal atas

iii. Di interskapula

Ù Napas bronkial di tempat lain : konsolidasi luas (pneumonia lobaris)

Ù Suara subbronkial/ bronkovesikuler

3. Suara napas amforik – biasanya pd dws – anak-anak jarang

Ù Seperti bunyi tiupan di atas botol kosong (pada kaverne; kerusakan jar paru – pd TBC à ada infiltrat)

4. Cog-wheel breath sound

Ù Suara napas terputus-putus, pada fase inspirasi dan fase ekspirasi

Ù Adhesi pleura/ kelainan bronkus kecil spt TBC dini

5. Metamorphosing breath sound

Ù Suara mulai halus kemudian mengeras (vesikuler à bronkial)

+ Suara napas tambahan:

1. ronki basah dan ronki kering (RALES)

2. krepitasi

3. bunyi gesekan pleura (pleural friction rub)

4. sukosio hippocrates

- Ronki basah (rales) -

¸ Vibrasi terputus-putus (tidak kontinu) : cairan di jalan napas dilalui udara

¸ Macamnya:

› Ronki basah halus : dari duktus alveolus, bronkiolus dan bronkus halus

› Ronki basah sedang (bronkus kecil dan sedang)

› Ronki basah kasar (bronkus di luar jaringan paru)

› Ronki basah nyaring (dari ronki basah halus dan sedang) : suara melalui benda padat (infiltrat/ konsolidasi) ke stetoskop – nyata terdengar

› Ronki basah tidak nyaring (dari ronki basah halus dan sedang : melalui media normal/ tidak ada infiltrasi/ konsolidasi

¸ Ronki basah halus sering terdengar pd akhir inspirasi/ inspirasi dalam

¸ Ronki basah pd ekspirasi tdpt pd asma, bronkiolitis, aspirasi benda asing

¸ Ronki basah yang hilang setelah batuk : lendir di trakea/ bronkus besar

- Ronki kering (rhonchi) -

¸ Sering juga terjadi pada asma

¸ Suara kontinu – udara melalui jalan napas sempit (spasme bronkus, edema, lendir kental, benda asing); intraluminar/ ekstraluminar – desakan tumor

¸ Jelas pada fase ekspirasi

- wheezing (mengi)-

¸ Ronki kering lebih sonor/ musikal

¸ Pada fase ekspirasi biasanya : asma (obstruksi sal napas bawah)

¸ Pada fase inspirasi : obstruksi sal napas atas, edema laring/ benda asing

- krepitasi -

¸ Suara alveoli membuka (pneumonia lobaris)

- pleural friction rub -

¸ Pleuritis fibrinosa, pada ekspirasi dan inspirasi

¸ Sering di bawah belakang paru : bunyi gesekan pleura

- bRonkofoni -

¸ = vocal resonance =

¸ resonans bertambah pada konsolidasi

- sukosio hippocrates -

¸ pada seropneumotoraks

¸ kalau dada digerakkan terdengar suara kocokan (jarang pada anak)

- peristaltik usus di daerah dada -

¸ pada BBL

¸ hernia diafragmatika – diafragma terbuka à isi peritoneum masuk ke dlm sering pd wkt BBL à sesak napas à pd auskultasi terdengar suara peristaltik usus


====================== abdomen =====================

¯ inspeksi

¯ auskulasi

¯ palpasi

¯ perkusi (setiap manipulasi à bunyi peristaltik usus berubah)



¯ Pembagian daerah abdomen + topografi organ-organ dalam abdomen (Gb. 37)

Dinding Perut

¯ Keriput : pasca ascites, malnutrisi

¯ Hernia umbilikalis:

U Anak < 2 tahun

U Syndrom Down, kondodistrofi

U Hipotiroidi

¯ Gambaran vena terlihat:

U Anak dengan gizi < / buruk

U Gambaran vena patologis: gagal jantung peritonitis, obstruksi vena

U N : aliran darah vena di bawah umbilikalis ke bawah dan di atas umbilikalis ke atas

¯ Diastasis Rekti

Penonjolan pd garis tengah antara umbilikalis – processus xiphoid/ umbilicalis – symphisis (1 – 5 cm lebar : varian N, kelemahan m. rekt abd)

Inspeksi

¯ Ukuran dan bentuk perut

Perut anak kecil : “POT BELLY” ó membulat (otot abdomen tipis dan lordosis) – gb. 38

U Buncit simetris

ø Otot perut hipotonik/ atonik

ø hipokalemia, hipotiroidea, rachitis, dinding perut berlemak, pneumoperitoneum

ø Disebabkan oleh karena trauma/ perforasi usus, ascites, ileus obstr rendah

ø Pada Ascites posisi telentang perut melebar ke lateral spt kodok

U Buncit asimetris

ø Ok otot perut paralitik (polio), pembesaran organ intraabdominal, ileus obstruksi tinggi, neoplasma (Wilms tumor, neuroblastoma)

ø Skafoid : bentuk perut cekung (posisi telentang). Hernia diafragma, besar (BBL), dehidrasi berat, ileus obstruksi tinggi, pneumotoraks

¯ Omfalokel

Kantong peritoneum dan selaput amnion berisi organ intra abd (hati& usus), ok defek cincin umbilicalis (5 – 10 cm), pada prematuritas :

U Gastroskisis : evirasi usus melalui defek m.rekt.abd.lateral / kiri umbilicalis

U Ductus omfaloentericus ; persisten spt polip merah di umbilicalis dengan mengeluarkan sekret serous/ mukoid/ spt feses à iritasi kulit

¯ Uracus paten

Susp bila cairan spt urin keluar melalui umbilicalis

¯ Abses dan neoplasma

¯ Sy PRUNE BELLY/ Sy EAGLE _ BARRET : sebagian/ seluruh dinding perut tdk terbentuk

Gerakan Dinding Perut

¯ Pada pernapasan bayi & anak sampai umur 6 – 7 tahun : gerakan > dada

Bila < : peritonitis, appendisitis/ keadaan patologi lain

¯ Pada anak > 6 – 7 tahun : bila gerakan mencolok : curiga kelainan paru

¯ Peristaltik usus tampak pada keadaan patologi : obstruksi tr.gastro intestinalis (stenosis/ spasme pilorus, stenosis/ atresia duodenalis, malrotasi usus)

¯ Lokasi peristaltik :

Ù Melintang di daerah epigastrium pada bayi < 2 bulan : spasme/ stenosis pilorus

Ù Peristaltik dg gbrn spt tangga : obstruksi usus distal

Auskusltasi

¯ Normal: suara peristaltik dengan intensitas rendah terdengar tiap 10 – 30 detik

¯ Bila ddg perut diketuk : frek dan intensitas bertambah

¯ Nada tingi (nyaring) : obstruksi GIT (metalic sound)

¯ Berkurang/ hilang : peritonitis/ ileus paralitik

¯ Bising yang terdengar di seluruh permukaan perut : koarktasio aorta abdomen

Perkusi

¯ Dari epigastrium ke bagian bawah abd (gb. 39)

¯ Terdengar timpani di seluruh permukaan, kecuali daerah hepar dan lien (abnormal : obstruksi rendah, ileus paralitik, aerofagia

¯ Utk menentukan : ascites, udara dlm rongga abd, batas hepar, batas massa intra abd lain

¯ Ascites pd anak tdpt pd : cirrhosis hepatis, sy nefrotik, gagal jantung kongestif, peritonitis tbc ‘chilous ascites’ (kebocoran sistem limfe – jarang), kwashiorkor

Cara Mendeteksi Ascites

1. Posisi telentang

Perkusi sistematik dari umbilicus ke lateral dan bawah à garis konkaf antara timpani dan pekak – ada ascites (gb. 40)

2. “Shifting dullness”

Daerah redup berpindah : perkusi dari umbilicalis ke bawah/ ke sisi lateral mencari daerah redup à yg menjadi timpani pada perubahan posisi (pasien miring)

3. “Fluid wave” / gelombang cairan

Cara undulasi : pada ascites banyak dan ddg abd tegang :

¸ pasien telentang

¸ 1 tangan pemeriksa di 1 sisi perut pasien

¸ jari satunya mengetuk ddg sisi perut yg lain

¸ orang lain meletakkan 1 tangan di tengah abd (tekan), (gerakan melalui ddg abd dicegah)

¸ Gelombang cairan ascites terasa pada tangan pertama

¸ Gelombang ini jg dpt didengar dg stetoskop (gb. 41)

4. Tentukan daerah redup pd bagian terendah perut pada posisi anak tengkurap dan menungging (knee chest position) : pada anak besar dg ascites sedikit : “PUDDLE SIGN”

Pekak Hati

¯ Ditentukan dg perkusi

¯ Pekak hati menghilang bila ada udara bebas dlm rongga abd : pneumoperitoneum (ok perforasi usus/ trauma tusuk); perforasi usus pd thyphoid abd

¯ Kandung kencing penuh : pekak di supra simfisis

¯ Fenomena papan catur : redup dan timpani selang seling, didpt pada keadaan peritonitis tbc tanpa ascites



Telinga

· Serumen

· Membran timpani

Normal: sedikit cekung, mengkilat, refleks cahaya positif

· Otitis media kataral: sangat merah, refleks cahaya <, tjd abses dalam telinga (cepat kirim ke bagian THT)

· Otitis media sup: menonjol kemerahan, refleks cahaya menghilang

· Perdarahan (menonjol biru)

· Perforasi – yang akan menyebabkan “congek”

Mastoid

· Otitis media à mastoiditis : nyeri tekan + ; daun telinga terdorong – terasa sakit pada retroauriculer

Pendengaran

· Dinilai dengan garpu tala, audiometer (pada anak besar)

· Neonatus : sudah ada reaksi thd suara (klintingan)

Hidung

· Napas cuping hidung

· Saddle nose : syndroma kongenital

· Mukosa tebal pucat : alergi

· Benda asing : sekret purulen, berdarah, berbau

· Difteri hidung : sekret berdarah

· Epistaksis : pleksus Kiesselbach (pd septum nasi) pecah - demam, kelainan darah, kongenital

Mulut

· Trismus (mulut sukar dibuka); tetanus, tetani, infeksi/ abses sekitar mulut, dislokasi sendi mandibula, parotitis, dll

Diukur berapa besar mulut dpt dibuka : dari ujung gigi atas dan bawah

· Foetor ex ore (halitosis)

› Bau aseton – asidosis

› Bau amonia - uremia

· Labio skisis/ bibir sumbing

› Mukosa – anemia (pucat)

- sianosis (biru)

› Fisura pada sudut bibir (kekurangan riboflavin dan vit B lain)

· Perleche : infeksi streptococcus

Fisura, deskuamasi, maserasi, krusta di sudut mulut

· Herpes simplex

Mukosa pipi

· Oral thrush : infeksi candida albicans ; bercak-bercak membran putih, menimbul mirip sisa susu pada selaput lendir bibir, pipi, lidah, palatum, faring (bila diangkut terjadi perdarahan) – biasanya pd bayi/ anak kecil

· Bercak koplik : stadium prodromal campak pada mukosa pipi berhadapan geraham bawah

· Noma : stomatitis gangrenosa ; destruksi mukosa pipi à perforasi ke kulit. (keganasan/ kwasiorkor) – pipi hancur/ tembus

Palatum

· Petechiae (infeksi)

· Paralisis (difteria)

· Palatoskisis

Lidah

· Bifurkasio – terbelah di tengah

· Makroglosia: hipotiroid, sy.down, hurler, neoplasma

· Mikroglosia : sy. MABIUS, pioroptin (lidah >>)

· Kista duktus tiroglossus : pada pangkal lidah

· Ranula : kista retensi transparan (biru) sublingual

· Lidah terjulur keluar (pada retard mental)

· Tremor lidah : hipertiroid, demam typhoid – lidah keluar ujung merah

· Lidah kotor (coated tongue)

· Geografic tongue

· Gloso ptosis : lidah tertarik ke belakang (syndroma pierre – robin)

· Neonatus : keluar masuk ritmik (perdarahan otak/ edema otak)

· Lidah ada gambaran-gambaran pulau di tengah à ada alergi

Gigi geligi

· Bayi baru lahir, kadang-kadang ada 1 – 2 gigi dan mudah dicabut

· Mulai tanggal umur 6 thn à caninus blom keluar, molar 2,3 baru keluar

· Umur 5 bulan – 1 thn: gigi susu – 3 tahun lengkap 20 buah









V IV III II I . I II III IV V

--------------------------------------------------

V IV III II I . I II III IV V



Gigi susu:

« 2 insisor sentral bawah 5 – 10 bulan

« 2 insisor sentral atas 8 – 12 bulan

« 2 insisor sentral atas 9 – 13 bulan

« 2 insisor sentral bawah 10 – 14 bulan

« 2 molar pertama bawah 13 – 16 bulan

« 2 molar pertama atas 13 – 17 bulan

« 4 kuspid pertama 12 – 22 bulan

« 4 molar kedua 24 – 30 bulan



Gigi tetap

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

-----------------------------------------------------------------------

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8



· Gigi susu mulai tanggal: insisor sentral bawah

· Gigi susu berakhir umur 12 tahun

Gigi tetap (waktu erupsi):

« Molar pertama 6 – 7 tahun

« Insisor 7 – 9 tahun

« Premolar 9 – 11 tahun

« Kaninus 10 – 12 tahun

« Molar kedua 12 – 16 tahun

« Molar ketiga 17 – 25 tahun

· Kelainan gigi : karies dentis

Salivasi

· Pengeluaran saliva berlebih pada neonatus : atresia esofagus

· Hipersalivasi pada anak besar : gigi tumbuh, stomatitis, palsi serebral, defisiensi mental, down syndrome

Faring

· Infeksi, hiperemia, edema, abses di dalam

· Infeksi difteria:

Bercak putih abu-abu yang sulit diangkat – bila dipaksa mudah berdarah (pseudomembran)

· Tonsil

Perhatikan : kripti, hiperemia ulserasi, bercak perdarahan, abses perotonsiler (sering trismus)

Laring

· Stridor (suara napas inspirasi yang keras, kasar, nada sedang)

· Terjadi obstruksi di daerah laring/ trachea

· therapy/ : corticosteroid dan antibiotik


======================== leher ========================

ÿ Vena : pulsasi pada saat duduk/ berdiri

à abnormal

(kenaikan tekanan vena jugularis)

ÿ Menentukan tekanan vena jugularis

§ Pasien posisi telentang

§ Dada + kepala diangkat 15 - 30° atau lebih jika bila tekanan venanya tinggi

§ Lihat batas atas distensi vena jug (bila perlu dikosongkan dulu dengan menekan bagian kranial vena à mengurut vena ke kaudal, kemudian dilepas lagi

§ Normal v.jugularis tidak keluar à cuma waktu menyanyi kadang keluar

§ Tekanan vena à liat venanya ada trus kita hapus dari atas sampai ke bwh. Klo ada peningkatan tekanan vena à venanya akan timbul lagi dengan cepat à biasanya tjd pada penyakit jantung

§ V.jugularis tekanan ↑ :

· Gagal jantung kongestif

· Tamponade jantung

· Pericarditis konstriktiva

· Massa di mediastinum

ÿ Sexual encontinuitum à leher spt sayap

ÿ Kista duktus tiroglossus

§ Di garis tengah/ sedikit lateral, bulat, licin, ½ - 3½ cm

§ Di setiap tempat antara foramen caecum lidah – lekuk suprasternal (sering setinggi kartilago tiroid, bergerak ke atas bila menelan, dapat disertai fistula)

ÿ Higroma kolli kistikum : massa kistik, lunak, batas tak jelas, kebiruan

ÿ Bull neck : edema pada leher belakang(difteria), infeksi lokal

ÿ Tortikolis

§ Lihat ada/ tidak pada BBL

§ Posisi kepala : miring ke 1 sisi dan berputar ke sisi lain (pemendekan m. sternocleidomastoideus) oleh karena

8 Perdarahan ok trauma lahir à menyembuh à fibrosis (1,5 – 3,5 cm), kenyal, tegas à menghilang 4 – 8 bulan (biasanya hilang tapi sebaiknya dilakukan fisiotherapy)

8 Dapat pemendekan menetap

8 Dapat karena proses peradangan

ÿ Kaku kuduk

§ Posisi telentang : leher ditekuk secara pasif à ada tekanan à dagu tidak nempel dada (kaku kuduk positif)

§ Bila disertai hiperekstensi tulang belakang : opistotonus

· Rangsang meningeal pada meningitis

· Tetanus – walaupun kejang tapi sadar

· Abses retrofaringeal, peritonsiler

· Ensefalitis virus

· Keracunan timbal

· rheumatoid

ÿ Massa di leher à kelenjar membesar (pada anak, diperiksa ke arah TBC – mantoux test)

§ Kelenjar getah bening

Servikal : bila diameter > 1 cm (masih normal bila masih 1 cm)

§ Kelenjar tiroid : tiroid bergerak ke atas bila menelan

· Periksa dengan tangan kanan dan kiri

· Bila menelan, massa akan bergerak


========================= dada ========================

+ Pemeriksaan

¬ Inspeksi

¬ Palpasi

¬ Perkusi

¬ Auskultasi

+ Garis-garis referensi :

¬ Batas-batas utk menentukan lokasi keadaan patologi dan fisiologi (gb + keterangan)

+ Inspeksi

¬ Gb. dinding dada, bentuk, besar, simetri dl. statis dan dinamis, gerakan pd pernapasan, deformitas, penonjolan, pembengkakan, pola pembuluh darah subc, jaringan parut

+ Beberapa mcm bentuk dada:

1. Pektus eks. Kavatum (Funnel Chest)

ø Sternum bawah + rawan iga masuk ke dalam terutama pada inspirasi

ø Kelainan kongenital, hipertrofi adenoid berat, dapat juga pada sindrom marfan

ø Pada anak normal, sering ada tapi tidak berat

2. Pektus karinatum

ø Pigeon chest, dada burung

ø Sternum menonjol ke arah luar : rakitis, osteoporosis, sindroma marfan

3. Barrel chest/ toraks emfisematikus

ø Dada bulat spt tong : sternum terdorong ke depan, iga-iga horizontal

ø PPOK spt asma, fibrosis kistik, emfisema

+ Tasbih (rosary)

¬ Penonjolan pada persambungan tulang rawan dengan tulang iga (rakhitis)

¬ Perhatikan:

§ Skapula

§ Klavikula

§ Depresi daerah iga VIII – X

§ Iga-iga di bawahnya mengembang (celah Harrison/ Harrison’s Groove)

Tempat melekat diafragma

§ Asimetri dada :

· Skoliosis –tulang belakang ke samping

· Pneumotoraks

· pneumomediastinum

§ Gerakan sela iga pada pernapasan

Kecepatan, kedalaman, simetri, pola gerakan pernapasan

§ Gerakan berkurang : pneumoni, hidrotorax, pneumotorax, atelectasis

§ Retraksi suprasternal : obstruksi tinggi (sumbatan larynx)

§ Retraksi infrasternal : obstruksi rendah (bronkiolitis)

+ Precordial bulging = hipertrofi ventrikel kanan



payudara

+ Supernumary nipples (jumlahnya papilla mammae >>)

+ Telarche/ telars = 8 – 14 tahun (10 th) : pertumbuhan payudara

à bentuk dewasa dl 2 – 4 tahun

+ Ginekomasti pubertas pada laki-laki 13 – 14 tahun ó menghilang

+ Ginekomasti prapubertas dpt terjadi pada anak perempuan ataupun laki-laki ó menghilang



paru

+ Inspeksi (lihat tanda vital dan inspeksi dada) – lihat gerakan pernapasan

+ Palpasi (gb)

› Simetri/ asimetri toraks : benjolan, nyeri, pembesaran kelenjar limfe aksila, fossa supraclavicularis/ infraclavicularis

› Fremitus suara :

Saat bicara/ menangis

Normal : getaran sama kanan dan kiri

Meningkat : konsolidasi (pneumonia)

Menurun : obstruksi jln napas (atelectasis, pleuritis, efusi pleura, schwarte, tumor)

› Krepitasi subkutis - krn trauma à udara à spt suara kertas yang diremek

Udara subkutan : pasca trauma, pasca tracheostomy

+ Perkusi (lihat cara pemeriksaan)

o Mulai supraklavikula à turun setiap sela iga (bandingkan kanan dan kiri)

o Punggung : dari atas à bawah (kanan dan kiri)

o Sonor : suara perkusi normal

o Suara perkusi berkurang : redup/ pekak (hati, jantung, skapula diafragma)

Suara yang sehrsnya sonor jd redup à mgkn ada kelainan paru, dll

o Daerah pekak hati : setinggi iga ke 6 garis aksila medial, kanan (naik turun pada pernapasan) 1- 2 sela iga

o Pekak hati > tinggi pada hepatomegali/ pendesakan/ kolaps paru kanan

o Pekak hati ↓ pada asma/ emfisema paru

o Batas bawah paru belakang: setinggi iga ke 8 – 10

o Perkusi paru – jantung – sukar pada anak dan bayi

o Perkusi abnormal:

§ Hipersonor/ timpani: emfisema paru, pneumotoraks

§ Redup : konsolidasi

§ Timpani : hernia diaphragma (pd auskultasi, bising usus +)

+ Auskultasi

º Suara napas dasar

º Suara napas tambahan

º Dilakukan di seluruh dada dan punggung

º Dari atas ke bawah, bandingkan kanan dan kiri

º Pada bayi dan anak lebih keras

+ Suara napas dasar

1. Suara napas vesikuler (pada anak-anak jelas, dewasa agak susah)

Ù Suara napas N (udara masuk dan keluar melalui jalan napas)

Ù Suara inspirasi lebih keras dan lebih panjang daripada ekspirasi

Ù Terdengar spt membunyikan “ffff” dan “wwww”

Ù Melemah pada penyempitan bronkus (bronkostenosis), tiap ventilasi ber <, pneumonia, atelectasis, edema paru, efusi pleura, emfisema, pneumothorax

Ù Mengeras : ventilasi bertambah; resolusi pneumonia

Ù Vesikuler dengan ekspirasi memanjang : asma

2. Suara napas bronkial – tdpt pd paru sternal atas (bronkus ka-ki)

Ù Inspirasi keras disusul ekspirasi spt suara “kh kh kh”

Ù Pada keadaan normal

i. Pada bronkus besar kanan dan kiri

ii. Parasternal atas

iii. Di interskapula

Ù Napas bronkial di tempat lain : konsolidasi luas (pneumonia lobaris)

Ù Suara subbronkial/ bronkovesikuler

3. Suara napas amforik – biasanya pd dws – anak-anak jarang

Ù Seperti bunyi tiupan di atas botol kosong (pada kaverne; kerusakan jar paru – pd TBC à ada infiltrat)

4. Cog-wheel breath sound

Ù Suara napas terputus-putus, pada fase inspirasi dan fase ekspirasi

Ù Adhesi pleura/ kelainan bronkus kecil spt TBC dini

5. Metamorphosing breath sound

Ù Suara mulai halus kemudian mengeras (vesikuler à bronkial)

+ Suara napas tambahan:

1. ronki basah dan ronki kering (RALES)

2. krepitasi

3. bunyi gesekan pleura (pleural friction rub)

4. sukosio hippocrates

- Ronki basah (rales) -

¸ Vibrasi terputus-putus (tidak kontinu) : cairan di jalan napas dilalui udara

¸ Macamnya:

› Ronki basah halus : dari duktus alveolus, bronkiolus dan bronkus halus

› Ronki basah sedang (bronkus kecil dan sedang)

› Ronki basah kasar (bronkus di luar jaringan paru)

› Ronki basah nyaring (dari ronki basah halus dan sedang) : suara melalui benda padat (infiltrat/ konsolidasi) ke stetoskop – nyata terdengar

› Ronki basah tidak nyaring (dari ronki basah halus dan sedang : melalui media normal/ tidak ada infiltrasi/ konsolidasi

¸ Ronki basah halus sering terdengar pd akhir inspirasi/ inspirasi dalam

¸ Ronki basah pd ekspirasi tdpt pd asma, bronkiolitis, aspirasi benda asing

¸ Ronki basah yang hilang setelah batuk : lendir di trakea/ bronkus besar

- Ronki kering (rhonchi) -

¸ Sering juga terjadi pada asma

¸ Suara kontinu – udara melalui jalan napas sempit (spasme bronkus, edema, lendir kental, benda asing); intraluminar/ ekstraluminar – desakan tumor

¸ Jelas pada fase ekspirasi

- wheezing (mengi)-

¸ Ronki kering lebih sonor/ musikal

¸ Pada fase ekspirasi biasanya : asma (obstruksi sal napas bawah)

¸ Pada fase inspirasi : obstruksi sal napas atas, edema laring/ benda asing

- krepitasi -

¸ Suara alveoli membuka (pneumonia lobaris)

- pleural friction rub -

¸ Pleuritis fibrinosa, pada ekspirasi dan inspirasi

¸ Sering di bawah belakang paru : bunyi gesekan pleura

- bRonkofoni -

¸ = vocal resonance =

¸ resonans bertambah pada konsolidasi

- sukosio hippocrates -

¸ pada seropneumotoraks

¸ kalau dada digerakkan terdengar suara kocokan (jarang pada anak)

- peristaltik usus di daerah dada -

¸ pada BBL

¸ hernia diafragmatika – diafragma terbuka à isi peritoneum masuk ke dlm sering pd wkt BBL à sesak napas à pd auskultasi terdengar suara peristaltik usus


====================== abdomen =====================

¯ inspeksi

¯ auskulasi

¯ palpasi

¯ perkusi (setiap manipulasi à bunyi peristaltik usus berubah)



¯ Pembagian daerah abdomen + topografi organ-organ dalam abdomen (Gb. 37)

Dinding Perut

¯ Keriput : pasca ascites, malnutrisi

¯ Hernia umbilikalis:

U Anak < 2 tahun

U Syndrom Down, kondodistrofi

U Hipotiroidi

¯ Gambaran vena terlihat:

U Anak dengan gizi < / buruk

U Gambaran vena patologis: gagal jantung peritonitis, obstruksi vena

U N : aliran darah vena di bawah umbilikalis ke bawah dan di atas umbilikalis ke atas

¯ Diastasis Rekti

Penonjolan pd garis tengah antara umbilikalis – processus xiphoid/ umbilicalis – symphisis (1 – 5 cm lebar : varian N, kelemahan m. rekt abd)

Inspeksi

¯ Ukuran dan bentuk perut

Perut anak kecil : “POT BELLY” ó membulat (otot abdomen tipis dan lordosis) – gb. 38

U Buncit simetris

ø Otot perut hipotonik/ atonik

ø hipokalemia, hipotiroidea, rachitis, dinding perut berlemak, pneumoperitoneum

ø Disebabkan oleh karena trauma/ perforasi usus, ascites, ileus obstr rendah

ø Pada Ascites posisi telentang perut melebar ke lateral spt kodok

U Buncit asimetris

ø Ok otot perut paralitik (polio), pembesaran organ intraabdominal, ileus obstruksi tinggi, neoplasma (Wilms tumor, neuroblastoma)

ø Skafoid : bentuk perut cekung (posisi telentang). Hernia diafragma, besar (BBL), dehidrasi berat, ileus obstruksi tinggi, pneumotoraks

¯ Omfalokel

Kantong peritoneum dan selaput amnion berisi organ intra abd (hati& usus), ok defek cincin umbilicalis (5 – 10 cm), pada prematuritas :

U Gastroskisis : evirasi usus melalui defek m.rekt.abd.lateral / kiri umbilicalis

U Ductus omfaloentericus ; persisten spt polip merah di umbilicalis dengan mengeluarkan sekret serous/ mukoid/ spt feses à iritasi kulit

¯ Uracus paten

Susp bila cairan spt urin keluar melalui umbilicalis

¯ Abses dan neoplasma

¯ Sy PRUNE BELLY/ Sy EAGLE _ BARRET : sebagian/ seluruh dinding perut tdk terbentuk

Gerakan Dinding Perut

¯ Pada pernapasan bayi & anak sampai umur 6 – 7 tahun : gerakan > dada

Bila < : peritonitis, appendisitis/ keadaan patologi lain

¯ Pada anak > 6 – 7 tahun : bila gerakan mencolok : curiga kelainan paru

¯ Peristaltik usus tampak pada keadaan patologi : obstruksi tr.gastro intestinalis (stenosis/ spasme pilorus, stenosis/ atresia duodenalis, malrotasi usus)

¯ Lokasi peristaltik :

Ù Melintang di daerah epigastrium pada bayi < 2 bulan : spasme/ stenosis pilorus

Ù Peristaltik dg gbrn spt tangga : obstruksi usus distal

Auskusltasi

¯ Normal: suara peristaltik dengan intensitas rendah terdengar tiap 10 – 30 detik

¯ Bila ddg perut diketuk : frek dan intensitas bertambah

¯ Nada tingi (nyaring) : obstruksi GIT (metalic sound)

¯ Berkurang/ hilang : peritonitis/ ileus paralitik

¯ Bising yang terdengar di seluruh permukaan perut : koarktasio aorta abdomen

Perkusi

¯ Dari epigastrium ke bagian bawah abd (gb. 39)

¯ Terdengar timpani di seluruh permukaan, kecuali daerah hepar dan lien (abnormal : obstruksi rendah, ileus paralitik, aerofagia

¯ Utk menentukan : ascites, udara dlm rongga abd, batas hepar, batas massa intra abd lain

¯ Ascites pd anak tdpt pd : cirrhosis hepatis, sy nefrotik, gagal jantung kongestif, peritonitis tbc ‘chilous ascites’ (kebocoran sistem limfe – jarang), kwashiorkor

Cara Mendeteksi Ascites

1. Posisi telentang

Perkusi sistematik dari umbilicus ke lateral dan bawah à garis konkaf antara timpani dan pekak – ada ascites (gb. 40)

2. “Shifting dullness”

Daerah redup berpindah : perkusi dari umbilicalis ke bawah/ ke sisi lateral mencari daerah redup à yg menjadi timpani pada perubahan posisi (pasien miring)

3. “Fluid wave” / gelombang cairan

Cara undulasi : pada ascites banyak dan ddg abd tegang :

¸ pasien telentang

¸ 1 tangan pemeriksa di 1 sisi perut pasien

¸ jari satunya mengetuk ddg sisi perut yg lain

¸ orang lain meletakkan 1 tangan di tengah abd (tekan), (gerakan melalui ddg abd dicegah)

¸ Gelombang cairan ascites terasa pada tangan pertama

¸ Gelombang ini jg dpt didengar dg stetoskop (gb. 41)

4. Tentukan daerah redup pd bagian terendah perut pada posisi anak tengkurap dan menungging (knee chest position) : pada anak besar dg ascites sedikit : “PUDDLE SIGN”

Pekak Hati

¯ Ditentukan dg perkusi

¯ Pekak hati menghilang bila ada udara bebas dlm rongga abd : pneumoperitoneum (ok perforasi usus/ trauma tusuk); perforasi usus pd thyphoid abd

¯ Kandung kencing penuh : pekak di supra simfisis

¯ Fenomena papan catur : redup dan timpani selang seling, didpt pada keadaan peritonitis tbc tanpa ascites

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MEMBAHAS TENTANG TELINGA "

Post a Comment