Definisi Budaya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya didefinisikan sebagai pikiran, akal budi; adat istiadat; sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yg sudah sukar diubah. Sedangkan, kebudayan dapat diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. 

Menurut Koentjarajakti, kebudayaan terdiri dari dua komponen pokok, yaitu komponen isi dan komponen wujud. Komponen wujud dari kebudayaan terdiri atas sistem budaya berupa ide dan gagasan serta sistem sosial berupa tingkah-laku dan tindakan. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa komponen wujud terbentuk dari tiga aspek, yaitu ide, gagasan, dan tingkah laku. Adapun komponen isi terdiri dari tujuh unsur universal, yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, ilmu pengetahuan, agama, dan kesenian. Ketujuh unsur ini saling berkolaborasi dalam penyusunan terbentuknya komponen isi. 

Sistem kebudayaan terdiri atas nilai-nilai budaya berupa gagasan yang sangat berharga bagi proses kehidupan. Oleh karena itu, nilai budaya dapat menentukan karakteristik suatu lingkungan kebudayaan di mana nilai tersebut dianut. Nilai budaya langsung atau tidak langsung tentu akan diwarnai oleh tindakan-tindakan masyarakatnya serta produk kebudayaan yang bersifat materiil. Pola interaksi semacam ini dapat digambarkan dalam alur skema interaktif sebagai berikut. Nilai Budaya à Norma à Pola Pikir à Sikap à Tindakan. Dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa nilai budaya akan terbentuk dari norma yang berlaku dalam masyarakat, sementara norma itu sendiri lahir akibat adanya pola pikir. Pola pikir yang muncul dalam masyarakat akan membentuk sikap dan sikap akan menghasilkan tindakan atau perbuatan. 





2.1.2 Budaya Menurut Islam 

Islam, agama yang sesuai dengan fitrah semula jadi manusia, maka syariatnya bukan saja mendorong manusia untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudian membangun dan membina peradaban, dalam hal ini budaya, bahkan mengatur umatnya ke arah itu agar selamat dan menyelamatkan baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat kelak. 

Peradaban, dalam hal ini kebudayaan, biasanya dikaitkan dengan pembangunan atau kemajuan lahiriah (material) saja, seperti peralatan-peralatan, permesinan, sistem transportasi dan komunikasi yang canggih, bangunan-bangunan yang indah dan kokoh, infrastruktur yang serba lengkap dan sebagainya. 

Islam memiliki sudut pandang yang berbeda tentang peradaban dan kebudayaan. Islam melihatnya dari aspek rohaniah, akaliah dan lahiriah sekaligus. Peradaban rohaniah adalah aset yang paling penting. Manusia yang membangun dan berkemajuan, saintis dan teknolog yang bertaqwa, itulah yang mesti diutamakan, bukan benda material hasil pembangunan itu. Ini sesuai dengan firman Allah SWT yaitu: “Sesungguhnya pada diri manusia itu adalah sebaik-baik kejadian.” 

Adalah salah anggapan yang mengatakan bahawa keagungan peradaban dan kebudayaan Islam itu terletak pada keluasan wilayah kekuasaannya, walaupun Islam pernah menguasai tiga per empat dunia. Peradaban serta kebudayaan Islam juga bukan terletak pada bangunan-bangunannya yang tinggi, indah, cantik, canggih dan unik, walaupun umat islam pernah membangunkan bangunan-bangunan seperti itu yang sampai sekarang dikagumi orang Islam dan bukan Islam. 

Peradaban dan kebudayaan Islam juga bukan terletak pada ilmu-ilmunya yang sangat luas, sains yang maju, teknologi yang sangat canggih, walaupun ilmuwan dan teknolog Islam pernah menjadi pusat keunggulan (center of excellence) dalam berbagai bidang sains dan teknologi selama ratusan tahun. Peradaban dan kebudayaan Islam juga bukan terletak pada kekayaannya yang melimpah ruah, walaupun Islam pernah membentuk pemerintahan yang kukuh kedudukan ekonominya dan memiliki harta yang melimpah ruah. 

Tanpa Al-Quran dan As-Sunnah pun sejarah telah membuktikan manusia mampu membangun kerajaan yang luas, gedung-gedung yang tinggi, indah, canggih dan gagah, infrastruktur yang modern dan menguasai sains dan teknologi yang canggih serta memiliki kekayaan. Bangsa Romawi, Persia, Yunani, Fir’aun dan Barat sekarang ini telah membuktikannya. Tetapi ini tidak berarti mereka memiliki peradaban yang unggul di sisi Allah SWT. 

Orang bertaqwa menjadikan kemajuan-kemajuan pembangunan material itu sebagai alat untuk kenal, cinta, takut kepada Allh, merasakan kebesaran dan keagungan Allah serta menegakkan Islam semata-mata. Bila Islam diletak di tempat yang tinggi, maka Allah akan mengangkat martabat umat Islam. Bila kepakaran dan ilmu diasaskan dengan iman dan taqwa, maka akan lahir manusia yang berbakti kepada Allah, sekaligus berkhidmat kepada manusia dan makhluk Tuhan. Pemerintah dan rakyat bergandeng bahu melahirkan peradaban yang tinggi. 

Peradaban dan kebudayaan Islam hanya akan tertegak bilamana tertegaknya hukum-hukum dan aturan-aturan Allah. Maka manusia yang bertaqwalah yang paling layak untuk membangunkannya. Hakikatnya, Rasulullah dan para sahabat ialah penegak peradaban Islam yang paling unggul karena manusia di masa itu adalah sebaik-baik manusia. Sabda Rasulullah SAW: “Sebaik-baik manusia ialah mereka yang dikurunku, dan mereka yang mengiringi kurunku, dan mereka yang mengiringi kurun itu.” 

Bahkan Allah SWT pun memuji mereka dalam firman-Nya: “Kamu adalah sebaik-baik umat yang diutuskan kepada manusia, menyuruh manusia mengerjakan kebaikan dan mencegah mereka daripada melakukan kemungkaran.” 

Karakter suatu budaya dalam kaitannya dengan sistem Islam dan melakukan interaksi timbal balik di dalamnya, dengan artian islam sebagai sebuah sistem ajaran agama akan selalu berdialog dengan budaya lokal di mana islam berada. Islam sebagai koridor aturan terciptanya suatu budaya. 



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Definisi Budaya"

Post a Comment