ANALISA PROTEIN, PENENTUAN N-Total
Lampiran
1.
1. Analisa Protein, Penentuan N-Total. Cara Semi
Mikro Kjeldahl
(Sudarmadji dkk, 2007)
1)
Ambil
10 ml susu atau larutan protein dam masukkan ke dalam labu takar 100 ml dan
encerkan dengan aquades sampai tanda.
2) Ambil 10 ml dari larutan ini dan msukkan
ke dalam labu Kjeldahl 500 ml dan tambahkan 10 ml H2SO4
(93-98% bebas N). Tambahkan 5 gram campuran Na2SO4-HgO
(20:1) untuk katalisator.
3)
Didihkan
sampai jernih dan lanjutkan pendidihan 30 menit lagi. Setelah dingin, cucilah
dinding dalam labu Kjeldahl dengan aquades dan didihkan lagi selama 30 menit.
4)
Setelah
dingin tambahkan 140 ml aquades dan tambahkan 35 ml larutan NaOH-NaS2O3
(500 gr NaOH + 500 ml H20 + 125 gr Na2S2O3.5 H2O,
kocok sampai larut semua) dan beberapa butiran zink.
5) Lakukan destilasi; distilat ditampung
sebanyak 100 ml dalam Erlenmeyer yang berisi 25 ml larutan jenuh asam borat dan
beberapa tetes indikator metil merah/ metilen biru (100 mg metil merah + 30 mg
metilen biru dilarutkan dalam 60 ml alkohol 95%. Encerkan menjadi 100 ml
dengan aquades yang telah didihkan).
6)
Titrasi
larutan yang diperoleh dengan 0,02 HCl.
Larutan HCl
a) Untuk membuat 10 liter larutan HCl dalam
berbagai normalitas dapat dilihat pada daftar di bawah ini.
Normalitas
|
ml HCl pekat dilarutkan menjadi 10 liter
|
0,01
0,02
0,05
0,10
0,50
1,00
|
8,9
17,8
44,5
89,0
445,0
890,0
|
b) Standarisasi
larutan 0,1 N HCl
Buat
larutan HCl dari larutan HCl pekat dengan mengukur volume tertentu HCl pekat
dan mengencerkannya dengan aquades.
·
Timbang
dengan teliti ± 300 mg tri-hydroxymethil-amino-methane (THAM, BM 121, 14) dalam
erlenmeyer. Buatlah tiga kali ulangan.
· Larutkan
dalam 25 ml aquades dan tambahkan indikator
p-sulfo-O-methoxy-benzene-azo-dimethyl-1-naphtylamine. Titrasilah dengan larutan HCl yang akan
distandarisasi, sampai warna berubah dari coklat menjadi merah pucat.
·
Hitung normalitas
(N) HCl dari tiga kali ulangan:
|
c) Standarisasi
larutan 0,1 N HCl
· Ukurlah dengan gelas ukur 35,6 ml HCl pekat
dan encerkan dalam labu ukur 4 liter dengan aquades.
· Titrasi 50 ml larutan HCl dengan larutan
NaOH yang telah distandarisasi (0,1 N) menggunakan indikator phenolphatalein
0,1%, sampa terbentuk warna merah muda.
·
Normalitas larutan HCl:
|
·
Simpan larutan HCl dalam botol tertutup.
7) Hitung
total N atau % protein dalam contoh.
8)
Perhitungan jumlah total N:
|
Keterangan:
f = faktor pengenceran, dalam contoh petunjuk ini
besarnya f = 10
2. Kadar Laktosa dalam
susu (Sudarmadji dkk, 2007)
1) Pindahkan 25 ml susu
ke dalam labu ukur 50 ml dan tambahkan 5 ml reagensia ZnSO4
(Lampiran 11) dan kocok. Tambahkan 5 ml larutan NaOH (93 gram NaOH diencerkan
menjadi 3 liter = 0,75 N) dan kocok baik-baik. Kemudian encerkan sampai tanda dengan aquades.
2) Diamkan suspensi ±
10 menit untuk mengendapkan semua protein. Kemudian saring dengan kertas
saring, kumpulkan filtratnya. Hitung volume filtrat secara teoritis, dengan
mengurangkan volume protein yang mengendap (dari kadar protein susu dan berat
jenis protein 1,25) dan volume lemak (dari kadar lemak dan berat jenis lemak
0,9) dari volume mula-mula 50 ml.
3) Ambil 5 ml filtrat
yang jernih, masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml yang bertutup. Tambahkan 20 ml
aquades dan 20 ml larutan KI (10 gr KI + 90 ml aquades = larutan KI 10%). Tambahkan 50 ml larutan Choramine-T (Lampiran
12).
4) Tutup erlenmeyer
dan kocok larutan, kemudian diamkan selama 90 menit. Kemudain tambahkan 10 ml larutan 2 N HCl.
5) Titrasi larutan
dengan larutan 0,1 N Na2S2O3 (Lampiran 13)
sampai berwarna kuning pucat. Tambahkan indikator larutan pati (Lampiran 5) dan
lanjutkan titrasi sampai warna abu-abu.
6) Buatlah larutan
blangko dengan mengganti 25 ml susu dengan 25 ml aquades. Titrasilah larutan blangko seperti pada larutan
contoh.
7) Hitung laktosa
dalam filtrat (g/100 ml) dari rumus:
8) Hitung kadar
laktosa dalam 100 ml susu dengan memasukkan faktor volume filtrat dan faktor
pengenceran. Untuk susu yang berkadar protein 3,2% dan lemak 3,5% secara
teoritis volume filtrat yang didapat 48,4 ml.
|
Kadar laktosa dalam 100 ml susu:
Keterangan:
A = gram laktosa/
100ml filtrat N = Normalitas Na2S2O3
Ts = Titrasi
sampel 5 =
Volume titrat yang dititrasi
Tb = Titrasi
blanko 0,171 = Faktor
Hammond
3. Prosedur Analisa Kadar
Total Asam Laktat
Penghitungan total asam
laktat dengan titrasi alkalimetri menggunakan NaOH 0,1 N menurut Fardiaz
(1992). Cara melakukannya dapat
dikerjakan sebagai berikut:
1) 15 ml sampel
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 ml lalu ditetesi dengan indikator
phenolptalein satu sampai dua tetes.
2) Erlenmeyer dititrasi
dengan larutan NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna merah muda yang bertahan 10
detik lalu titrasi dapat dihentikan dan catat volume NaOH 0,1 N yang berkurang.
3) Hal yang sama
dilakukan pada sampel yang berbeda.
Kadar asam (w/v) dapat dihitung sebagai berikut:
|
Keterangan:
Berat ekuivalen
asam laktat = 90
4. Prosedur Analisa Total
Padatan Terlarut (TPT)
5. Prosedur Penetapan pH (Apriantono, 1989)
Tahap-tahap
penetapan pH secara umum adalah sebagai berikut: (dilakukan pada pH meter yang
telah dikalibrasi)
1)
Ukur suhu sampel, set pengatur suhu pH meter pada suhu
terukur.
2)
Nyalakan pH meter, biarkan sampai stabil (15-30 menit).
3)
Bilas elektroda dengan alikuot sampel atau aquades (jika
menggunakan aquades, keringkan elektroda dengan kertas tissue).
4)
Celupkan elektroda pada larutan sampel, set pengukur pH.
5)
Biarkan elektroda tercelup beberapa saat sampai diperoleh
pembacaan yang stabil.
6)
Catat
pH sampel.
Persiapan sampel untuk penetapan pH:
1)
Untuk sampel yang berbentuk larutan homogen yang tidak
terlalu pekat maka penetapan pHnya dapat langsung, jika terlalu pekat maka
harus diencerkan dulu (perhatikan faktor pengenceran, harus sama untuk setiap
sampel yang sama).
2)
Jika sampel berupa padatan yang larut dalam air (sebagian
besar larut) maka sampel harus dilarutkan dulu dalam air dengan perbandingan
tertentu yang sama untuk sampel yang sama. Sebagai contoh: jika kita ingin
menetapkan pH buah pepaya, maka kita timbang 20 gr pepaya kemudian larutkan
dalam 50 ml air, homogenkan, biarkan ± 15 menit baru diukur pHnya (dalam
laporan harus disebutkan perbandingan jumlah bahan dengan air).
3)
Sampel kering dan poros (tepung-tepungan dan sejenisnya).
Ada dua cara yaitu metode ekstraksi dan metode permukaan. Metode ekstraksi
dapat lebih dipercaya, akan tetapi jika diinginkan sampel tetap utuh maka
metode permukaan dapat digunakan.
Metode ekstraksi:
a)
Timbang tepat 1 gr sampel (sampel dalam bentuk tepung
homogen).
b)
Tambahkan 20 ml air kemudian kocok dengan “stirrer” sampai basah sempurna,
kemudian tambahkan 50 ml air, homogenkan.
c)
Biarkan sampel selama 1 jam, jangan disaring, biarkan
endapan mengendap dan ukur pH supernatan sampel.
d)
Perbandingan jumlah bahan dan air yang digunakan dapat
bervariasi tergantung bahan yang diukur.
6. Uji Bakteri Asam Laktat
(BAL)
7. Uji Organoleptik
Penilaian
secara organoleptik yang melibatkan 100 panelis (para konsumen yang sering makan keju) meliputi warna,
tekstur dan rasa dilakukan dengan mengikuti
prosedur Hedonic scale (Idris,
1984). Uji organoleptik yang
dilakukan meliputi tekstur, rasa, warna dan aroma. Pengujian menggunakan uji
skala hedonik yang terdiri dari 7 nilai dengan 7 pernyataan yaitu:
1) sangat
tidak menyukai
2) tidak
menyukai
3) agak
tidak menyukai
4) netral/
biasa
5) agak
menyukai
6) menyukai
7) sangat
menyukai
Pengujian dilakukan dengan
menyodorkan secara acak X macam sampel yang masing-masing telah diberi kode
berbeda kepada 20 panelis. Selanjutnya panelis diminta memberikan penilaian
terhadap sampel sesuai skala hedonik yang ada.

mas,mau tanya uji laktosa. Lampiran-lampirannya gak bisa saya buka. Lampiran 11, 12, 13, dan lampiran 5 isinya apa ya? saya perlu keterangannya karena mau uji laktosa dengan metode itu. Ditunggu balasannya, tq
ReplyDelete