Midnight Sale – Rekayasa Pembentuk Crowd
Oleh : Citra Puspitasari
Midnight
sale
Teknologi
berkembang bersamaan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal itu membawa pengaruh
ke berbagai bidang termasuk industri salah satunya. Kemajuan teknologi dan
kebutuhan ekonomi mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan baru di bidang
industri. Mekanisme pasar membuat perusahaan-perusahaan tersebut mau tidak mau saling
berkompetisi untuk dapat survive.
Seperti yang diungkapkan oleh Sudarwanto (2009) dalam makalah Pengaruh Strategi
Midnight sale, seiring perkembangan
zaman yang diikuti dengan terjadinya perubahan dalam berbagai bidang, seperti
perubahan dalam bidang ekonomi, sosial budaya, teknologi dan bidang-bidang
lainnya, serta perkembangan peradaban manusia atau pola kehidupan masyarakat
dewasa ini terutama dalam bidang ekonomi mengakibatkan terjadinya pola konsumsi
masyarakat terhadap suatu barang. Oleh karena itu, dalam rangka untuk survive melakukan kegiatan pemasaran
produk-produknya, maka perusahaan harus pandai menggunakan strategi pemasaran
yang berbeda dengan strategi pemasaran perusahaan lain.
Salah
satu strategi pemasaran yang dikenal dan mulai marak diselenggarakan setahun
belakangan adalah Midnight sale.
Dikutip dari artikel Midnight sale: Media
untuk Bangun Pasar oleh Probian Taftayani pada Harian Bisnis Indonesia
edisi minggu 30 Januari 2011 yang lalu, “Midnight
sale merupakan sebuah program cuci gudang yang pada awalnya hanya
diperkenalkan oleh departement store tertentu yang berada di beberapa pusat
perbelanjaa, tujuan dari midnight sale
ini adalah untuk menjual persediaan lama yang masih belum terjual, sehingga
diharapkan dapat mengurangi tingkat slow moving inventories mereka “.
Manajemen
sebuah perusahaan dengan menciptakan midnight
sale, telah berhasil memberikan pengalaman baru bagi mereka yang ingin
memiliki barang-barang high class dengan harga yang lebih murah. Pada sebuah midnight sale, perusahaan menawarkan
diskon yang bervariasi. Diskon sebagai sebuah strategi perusahaan dapat menarik
perhatian banyak orang. Hal ini juga memungkinkan kelas ekonomi atau target
dari konsumen yang ingin digapai akan turun. Karenanya dimungkinkan bahwa midnight sale dapat menghadirkan
pelanggan baru khususnya kelas menengah yang mungkin selama ini menggunakan
produk tiruan yang banyak dijual di pasaran.
Strategi
promosi Midnight sale bila diartikan
merupakan suatu promosi yang menawarkan diskon pada tengah malam. Midnight sale sendiri diselenggarakan
setiap sabtu malam pukul 22.00-24.00 dengan diskon bervariasi. Tri Sudarwanto (2009)
mengungkapkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi strategi promosi Midnight sale, antara lain adalah :
- Pelayanan
Suatu usaha untuk membantu
menyiapkan atau megurus apa yang diperlukan oleh orang lain
- Kualitas Produk
Suatu usaha dalam menentukan
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat kegunaan
produk untuk mememnuhi keinginan konsumen
- Diskon
Bentuk penawaran terhadap
konsumen sebagai langkah penghematan dari harga biasa suatu produk yang
dikurangkan pada label atau kemasan
- Keamanan dan Kenyamanan
Situasi dimana seseorang
merasakan ketenangan saat melakukan suatu kegiatan tanpa ada rasa kekhawatiran
- Iklan
Suatu cara yang efisien untuk
mencapai sejumlah pembeli yang terpencar dengan biaya rendah untuk satu kali
penampilan
- Personal Selling
Alat yang paling efektif pada
tahap akhir proses pembelian, khususnya dalam membangun preferensi, keyakinan
dan tindakan dari calon pembeli
- Hubungan Masyarakat
Program yang dirancang untuk
mempromosikan atau melindungi citra / image suatu perusahaan
- Promosi
Bentuk komunikasi yang dibuat
untuk menggerakkan seseorang atau organisasi kepada tidakan yang menciptakan
pertukaran
Strategi
pemasaran yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pada hakikatnya bertujuan untuk
untuk memunculkan permintaan, maka suatu perusahaan yang ingin sukses
memerlukan suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk memotivasi perilaku
konsumen dalam keputusannya untuk
membeli barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Gerald Zaltman dan
Melanie Wallendorf (1979) menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah
tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial yang dilakukan individu,
kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya
sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan dan
sumber-sumber lainnya.
Crowd
Definisi mengenai Crowd banyak dikemukakan oleh berbagai
ilmuwan dengan latar belakang keilmuan yang berbeda. Ada yang mendefinisikan Crowd dikaitkan dengan aspek psikis dan
ada pula yang menghubungkannya dengan aspek fisik. Namun secara keseluruhan
kondisi crowd identik dengan adanya
suatu kumpulan massa yang melakukan perilaku kolektif. Neil Smelser
mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku secara
kolektif, diantaranya adalah pertama, structural conduciveness yaitu beberapa
struktur sosial yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif seperti pasar,
tempat ibadah, mall, dan sebagainya. Kedua, structural
strain yaitu munculnya ketegangan dalam masyarakat secara terstruktur,
misalkan antar pendukung satu klub sepak bola dengan pendukung klub sepak bola
lainnya. Ketiga yaitu generalized beliefs,
keempat adalah precipitating factors yang
merupakan adanya sebuah peristiwa yang menjadi pemicu. Kelima adalah
Mobilization for factors, adanya mobilisasi massa dan yang keenam failure of social control yaitu kontrol
sosial yang tidak dijalankan dengan baik. Perilaku secara kolektif ini yang
dapat memungkinkan terjadinya crowd atau
kerumunan.
Perilaku kolektif sendiri memiliki
beberapa bentuk, yaitu :
1.
Crowd (Kerumunan)
Milgram (1977) mengemukakan crowd atau kerumunan sebagai sekelompok
orang yang membentuk agresi (kumpulan) dengan jumlah yang semakin lama semakin
meningkat. Lalu, orang-orang yang berkerumun ini akan mulai membuat suatu
bentuk baru dan mereka memilki
distribusi diri yang berga bung pada
suatu waktu dan tempat tertentu dengan lingkaran yang semakin jelas dengan titik pusatnya yang saling mendekat satu sama
lain. Terdapat beberapa jenis kerumunan yang ada dalam masyarakat antara lain
adalah :
1. Temporary
Crowd
Orang yang berada pada situasi
yang saling berdekatan di suatu tempat dan pada situasi sesaat
2. Casual
Crowd
Sekelompok orang yang berada
di ujung jalan dan tidak memiliki maksud apa-apa
3. Conventional
Crowd
Audience yang sedang mendengarkan
ceramah
4. Expressive
Crowd
Sekumpulan orang
5. Acting
Crowd / Rioting Crowd
Sekelompok orang yang
melakukan tidakan kekerasan
6. Solidaristic
Crowd
Kesatuan massa yang muncul
karena didasari oleh kesamaan ideologi
2.
MOB
MOB adalah kerumunan (crowd) yang sifatnya emosional dan
cenderung melakukan kekerasan / penyimpangan serta tindakan yang merusak. Hal
ini disebabkan karena adanya perasaan-perasaan negatif seperti frustrasi,
ketidakpuasan dan sebagainya. Apabila MOB muncul dalam skala besar dapat memicu
terjadinya kerusuhan massa.
3.
Panik
Bentuk dari perilaku kolektif yang
tindakannya merupakan hasil reaksi terhadap ancaman yang muncul di dalam
kelompok tersebut.
4.
Rumor
Informasi yang tidak dapat dibuktikan
dan ini muncul dari satu orang ke orang lain melalui mouth to mouth atau jejaring media.
5.
Opini
Publik
Sekelompok orang yang memiliki
pendapat berbeda mengenai suatu hal dalam masyarakat. Hal tersebut potensial untuk
menimbulkan sebuah konflik.
6.
Propaganda
Informasi atau pandangan yang
digunakan untuk menyampaikan atau membentuk opini publik. Hal ini biasanya
dikondisikan oleh suatu kelompok untuk memenuhi tujuannya dengan menggunakan
berbagai media yang ada.
Bentukan
perilaku kolektif suatu kelompok masyarakat yang memunculkan crowd jika dikaitkan dengan teori
mengenai ruang personal dan teritori saling berkaitan satu sama lain. Menurut
Sommer (1975), ruang personal merupakan
wilayah yang berada di sekeliling individu dengan suatu batasan yang tidak
jelas dimana individu lain diluarnya tidak boleh memasuki wilayah itu. Jika
wilayah tersebut terlanggar maka individu yang bersangkutan merasa tidak senang
dan cenderung akan menarik diri karena Ia berpendapat bahwa batasan wilayahnya
telah dilanggar. Kurang lebih serupa dengan ruang personal, teritori dalam keberjalanannya
tidak hanya dapat menciptakan lingkup daerah ruang personal, melainkan
berfungsi pula sebagai alat untuk menjaga keseimbangan hubungan sosial.
Perilaku teritorialitas manusia dalam hubungannya dengan lingkungan binaan
dapat dikenal antara lain pada penggunaan elemen-elemen fisik untuk menandai
demarkasi teritori yang dimiliki seseorang.
Teritorialitas terbagi sesuai dengan sifatnya yaitu mulai dari yang
privat sampai dengan publik, ketidakjelasan pemilikan teritorial akan
menimbulkan gangguan terhadap perilaku. Karena adanya ruang personal dan zona
teritori yang dimiliki setiap individu, maka apabila terbentur dalam situasi crowd dimungkinkan akan terjadi konflik.
Apa yang dimaksud dengan konflik disini tidak melulu yang bersifat besar yang
bahkan dapat memunculkan kerusuhan tapi juga konflik yang ada dalam lingkup
psikis individu yang mengalaminya, seperti rasa tidak nyaman dan sebagainya.
Midnight sale-Crowd
Melalui berbagai usaha yang
dilakukan, midnigt sale pada akhirnya akan memunculkan suatu kondisi crowd yang menjadi indikasi dari sukses
atau tidaknya acara tersebut diselenggarakan.
Manajemen
sebuah perusahaan dengan menciptakan midnight
sale berusaha untuk memberikan pengalaman bagi mereka yang ingin memiliki
barang-barang high class dengan harga yang lebih murah. Pada sebuah midnight sale, perusahaan menawarkan
diskon yang bervariasi. Diskon sebagai sebuah strategi perusahaan dapat menarik
perhatian banyak orang.
Perilaku secara kolektif yang
dilakukan oleh para pengujung dan yang mengadakan acara midnight sale dapat dikategorikan sebagai suatu perilaku kolektif
yang terstruktur dan bersifat temporer.
Para pengunjung berada pada situasi yang saling berdekatan di midnight sale. Para pengunjung midnight sale sendiri walau dalam
suasana yang padat tidak begitu mengindahkan ruang personal ataupun zona
privasi mereka. Secara teoritis, ruang
personal merupakan wilayah yang berada
di sekeliling individu dengan suatu batasan yang tidak jelas dimana individu
lain diluarnya tidak boleh memasuki wilayah itu. Jika wilayah tersebut
terlanggar maka individu yang bersangkutan merasa tidak senang dan cenderung
akan menarik diri karena Ia berpendapat bahwa batasan wilayahnya telah
dilanggar. Teori tersebut kurang lebih dapat dijelaskan kebenaranny oleh realita pada saat aktivitas midnight sale berlangsung. Walaupun banyak pengunjung yang tidak
saling mengenal, hal tersebut tersebut tidak malah menjadikan mereka enggan
untuk berbelanja. Ruang personal semakin mengecil sejalan dengan semakin
tingginya tingkat crowd yang terjadi.
Dorongan untuk mendapatkan produk yang mereka inginkan mampu mengalahkan rasa
yang mungkin kurang nyaman jika dibandingkan dengan waktu-waktu berbelanja pada
umumnya (pada saat tidak diadakan midnight
sale).
Strategi
yang dilakukan oleh beberapa pusat perbelanjaan yang berupa peningkatan
pelayanan terhadap pengunjung, penjagaan kualitas produk, diadakannya diskon
yang bervariasi, peningkatan kualitas keamanan dan kenyamanan pada saat
berbelanja serta penawaran produk-produk melalui iklan dan promosi pada saat midnight sale sangat membawa pengaruh
pada aspek keputusan pengunjung untuk menikmati acara tersebut dan ikut turut
di dalamnya dengan cara berbelanja.
Crowd di ruangan pada saat midnigt sale
berlangsung terjadi pada dua titik utama yaitu tempat dimana produk-produk
diskon didisplay dan tempat pembayaran (kasir). Mayoritas pengunjung acara midnight sale adalah kaum wanita. Oleh
karenanya titik-titik kerumunan yang paling banyak ada pada bagian display
barang-barang kebutuhan wanita berupa baju, sepatu dan tas. Produk-produk
tersebut yang didiskon dengan jumlah relatif tinggi (>30 %) kecenderungannya
memiliki tingkat crowd yang lebih
jika dibandingkan dengan produk-produk serupa yang didiskon rendah (10-30 $). Selain
titik crowd di tempat display, bagian
kasir pada waktu acara midnight sale
ini mendekati akhir menjadi titik yang padat. Oleh karena itu di beberapa pusat
perbelanjaan, pengelola melakukan pemisahan tempat pembayaran yang menggunakan
uang tunai dengan yang menggunakan sistem ‘gesek’. Bagian informasi pada saat
acara tersebut berlangsung melalui pengeras suara akan memberikan pertanda
dengan cara mengingatkan apabila waktu sudah hampir menunjukkan pukul 24.00,
yaitu waktu berakhirnya acara midnight
sale.
Midnight sale tidak hanya membuat crowd di dalam ruang arena pusat
perbelanjaan, tetapi juga pada jalan raya menuju tempat midnight tersebut
dilaksanakan. Kemacetan terjadi hampir di semua ruas jalan sekitar tempat diberlangsungkannya
acara tersebut.
Kesimpulan
- Crowd yang terjadi pada aat midnight sale termasuk kedalam salah
satu indikasi keberhasilan dari strategi dagang pada suatu pusat perbelanjaan
- Midnight
sale
merupakan strategi dagang yang bertujuan menghabiskan stok produk yang sudah
ada sebelumnya
- Faktor-faktor yang
mempengaruhi crowd pada midnight sale adalah peningkatan
pelayanan terhadap pengunjung, penjagaan kualitas produk, diadakannya diskon
yang bervariasi, peningkatan kualitas keamanan dan kenyamanan pada saat
berbelanja serta penawaran produk-produk melalui iklan dan promosi
- Midnight
sale tidak
hanya membuat crowd di tempat acara
tersebut diselenggarakan, namun juga akses jalan menuju ke arena perbelanjaan
dimana midnight sale berada
- Luas jarak ruang personal
semakin sedikit ketika midnight sale
berlangsung dan hal tersebut tidak membuat para pengunjung terganggu
kenyamanannya sehingga ia lantas memilih pulang, melainkan karena memiliki
dorongan untuk mendapatkan produk yang diinginkan maka para opengunjung rela
untuk tetap berada dlm kondisi crowd.
0 Response to "Midnight Sale – Rekayasa Pembentuk Crowd"
Post a Comment