Cara Pemberian Kemoterapi
- Sebagai neoadjuvan
yaitu pemberian kemoterapi mendahului pembedahan dan radiasi.
- Sebagai terapi
kombinasi yaitu kemoterapi diberikan bersamaan dengan radiasi pada
kasus karsinoma stadium lanjut.
- Sebagai terapi
adjuvan yaitu sebagai terapi tambahan paska pembedahan dan atau
radiasi
- Sebagai terapi
utama yaitu digunakan tanpa radiasi dan pembedahan terutama pada kasus
kasus stadium lanjut dan pada kasus kanker jenis hematologi (leukemia dan
limfoma).
Menurut prioritas indikasinya terapi terapi kanker dapat dibagi menjadi dua yaitu
terapi utama dan terapi adjuvan (tambahan/
komplementer/ profilaksis). Terapi utama dapat diberikan secara mandiri, namun
terapi adjuvan tidak dapat mandiri, artinya terapi adjuvan tersebut harus
meyertai terapi utamanya. Tujuannya adalah membantu terapi utama agar hasilnya
lebih sempurna. 13
Terapi adjuvan tidak dapat
diberikan begitu saja tetapi memiliki indikasi yaitu bila setelah mendapat
terapi utamanya yang maksimal ternyata :9
-
kankernya
masih ada, dimana biopsi masih positif
-
kemungkinan
besar kankernya masih ada, meskipun tidak ada bukti secara makroskopis.
-
pada
tumor dengan derajat keganasan tinggi ( oleh karena tingginya resiko kekambuhan
dan metastasis jauh).
Berdasarkan saat pemberiannya kemoterapi adjuvan
pada tumor ganas kepala leher dibagi menjadi :9
1. neoadjuvant atau induction
chemotherapy
2. concurrent, simultaneous atau concomitant
chemoradiotherapy
3. post definitive chemotherapy.
Agen
kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal yang membelah
secara cepat seperti sel rambut, sumsum tulang dan Sel pada traktus gastro
intestinal. Akibat yang timbul bisa berupa perdarahan, depresi sum-sum tulang yang
memudahkan terjadinya infeksi. Pada traktus gastro intestinal bisa terjadi
mual, muntah anoreksia dan ulserasi saluran cerna. Sedangkan pada sel rambut
mengakibatkan kerontokan rambut.13 Jaringan tubuh normal yang cepat
proliferasi misalnya sum-sum tulang, folikel rambut, mukosa saluran pencernaan
mudah terkena efek obat sitostatika. Untungnya sel kanker menjalani siklus
lebih lama dari sel normal, sehingga dapat lebih lama dipengaruhi oleh
sitostatika dan sel normal lebih cepat pulih dari pada sel kanker6
Efek
samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap jantung,
yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa kronik
fibrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan
ginjal lebih sering terjadi dan sebaiknya dievalusi fungsi faal hepar
dan faal ginjalnya. Kelainan neurologi juga merupakan salah satu efek samping
pemberian kemoterapi.6
Untuk
menghindari efek samping intolerable, dimana penderita menjadi tambah sakit
sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat berdasarkan luas permukaan tubuh
(m2) atau kadang-kadang menggunakan ukuran berat badan (kg). Selain itu faktor
yang perlu diperhatikan adalah keadaan biologik penderita. Untuk menentukan
keadaan biologik yang perlu diperhatikan adalah keadaan umum (kurus sekali,
tampak kesakitan, lemah sadar baik, koma, asites, sesak, dll), status
penampilan (skala karnofsky, skala ECOG), status gizi, status hematologis, faal
ginjal, faal hati, kondisi jantung, paru dan lain sebagainya. 9
Penderita
yang tergolong good risk dapat
diberikan dosis yang relatif tinggi, pada poor
risk (apabila didapatkan gangguan berat pada faal organ penting) maka dosis
obat harus dikurangi, atau diberikan obat lain yang efek samping terhadap organ
tersebut lebih minimal. 9 Efek Samping secara spesifik untuk
masing-masing obat dapat dilihat pada lampiran 2.
Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh : 16
- Masing-masing
agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh tertentu.
(lampiran 2)
- Dosis.
- Jadwal
pemberian.
- Cara
pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
- Faktor
individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada organ
tertentu.
0 Response to "Cara Pemberian Kemoterapi"
Post a Comment