Tentang Management Anestesi

Perawatan Pre Anestesi 

Dari segi anatomi dan endokrinologi penyakit hipotalamic-pitutari harus diperkirakan. 

Jika endokrin dinilai mengindikasikan kebutuhan untuk terapi pengganti, hal ini seharusnya dimulai 2 minggu sebelum pembedahan. Prosedur pembedahan biasanya melibatkan pemindahan atau manipulasi pada pitutari anterior. Untuk alasan ini, pasien harus mendapatkan steroid untuk menyediakan kadar glukokortikoid selama periode perioperatif. 



Teknik Anestesi 

Premedikasi harus tepat untuk mengurangi anxiety tanpa menyebabkan sedasi yang tidak biasa. Diazepam (5 – 10 mg oral) pada pagi sebelum pembedahan sering digunakan tanpa adanya masalah pada pasien yang obtunded. Juga penting menyiapkan pasien untuk post operasinya, ketika pasien sudah sadar dengan peralatan di nasal dan diperlukan untuk bernapas melalui mulut dan mengikuti perintah. 



Pseudotumor Cerebri 

Sindroma kenaikan tekanan intracranial pada keadaan dimana tidak ditemukan massa atau secara jelas , dapat dengan segera diidentifikasi sebabnya ( seperti pada luka baru atau infeksi) telah dikenali sejak akhir abad ke 19 .laporan Quinkes pad 1897 yang mendiskusikan tentang “serious meningitis”mungkin adalah referensi paling awal(53) dan warington pada 1914 mungkin yang pertama menggunakan terminology Pseudotumor cerebri(54). Dan itu yang kemudian dapat diterima dengan baik secara klinis sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada meskipun kebingungan mengenai etiologi dan menegeman yang benar masih tetap ada . 

Pseudotumor dapat muncul pada anak kecil sebagaimana muncul pada dewasa, dan bentukan infantile mungkin juga ada… 



Pertimbangan Klinis 

Yang tampak secara klinis adlah kenaikan tekanan intracranial dengan disertai pusing, gangguan penglihatan termasuk diplopia dan kebutaan, muntah, pening, telinga berdenging, parestesi yang ganjil, dan kadang-kadang gangguan penglihatan. Pada orang dewasa , gangguan itu secara primer terjadi pada wanita terutama pada tipe wanita muda dengan kegemukan , hal ini sudah dikenal luas tapi tidak menunjukkan gambaran klinis yang istimewa. Pada anak-anak perbedaan distribusi berdasarkan jenis kelamin ataupun bentuk tubuh tidak didapatkan. Secara fisik yang ditemukan pada kedua populasi di atas adalah papil edema, lapangan pandang dan tajam penglihatan yang tidak normal , oculomotor palsies dan tanda neurologic lain yang jarang ditemukan. Tanda dan gejala yang Nampak secara umum dan juga distribusi populasi terdapat pada table 10.3, 10.4 dan 10.5 dan ditunjukkan oleh diagram 10.4 dan 10.5. 

Perubahan patofisiologi belum bisa dmengerti dengan pasti. Tahun 1956 Sahs dan Joynt mendemonstrasikan hasil biopsy pada pasien tersebut(57). Yang terbaru , Moser dan kawan-kawan secara hati-hati meneliti gambaran MR dan menunjukkan peningkatan kandungan air pada White Mater. 

Banyak sekali kondisi yang dihubungkan dengan pseudotumor (lihat table 10.6)> selanjutnya selalu saja ada kondisi lain yang ditambahkan pada daftar. Namun demikian tidak ada satupun penyakit yang pernah menunjukkan posisi yang signifikan secara statistic. Perbeaan paling penting yang harus dibuat adalah mendiagnosa para pasien yang secara nyata menderita Low grade neoplasma. Dandy ( 59) meramalkan pada 50 tahun yang lalu bahwa nantinya peningkatan CBV akan secara mengejutkan memegang peranan yang penting. Beberapa bukti terbatas mendukung pernyataan tersebut (60,61). Bagaimanapun , Hemodinamik cerebral dan metabolism telah menunjukkan batasan normal(61). 

Hammer(62) menunjukkan bukti tentang meningkatnya level cairan cerebrospinal dari vasopressin pada pasien dengan pseudotumor




Terbaru, teori yang menarik dan melebihi teori sebelumnya dan dikemukakan oleh Johnston dan Paterson (63,64). Mereka beralasan bahwa sindrom berkurangnya CSF terjadi sebagai akibat dari peningkatan tekanan pada sinus sagittal atau berkurangnya tekanan CSF subarachnoid. Mereka mereka menggambarkan teorinya dalam rumus : 

Fcsf=Pcsf-Pss 

Dimana Fcsf menggambarkan aliran CSF melalui vili arachnoid, Pcsf adalh tekanan di arachnoid space ,Pss adalah tekanan vena di sinus sagital dan Rav adalah hambtan melalui vili arachnoid. Seperti yang bisa dilihat , kondisi yang menurunkan tekanan CSF subarachnoid (ketidakseimbangan hormonal), kondisi yang meningkatkan tekanan di sinus sagital ( otitis, thrombosis, trauma) dan kondisi yang meningkatkan hambtan melalui membrane arachnoid ( intoksikasi vitamin A, menelan tetrasiklin dan mungkin withdrowel karena steroid), semuanya bisa berperan pada pseudotumor berdasarkan persamaan di atas. Penulis lain menggunakan bukti seperti penelitian tentang transport RISA intra tecal(65) dan Penelitian CSF dinamik untuk mendukung anggapan tersebut.Argumen sering dibuat berlawanan dengan kesulitan resorbsi CSF adalah pasien tidak berkembang menjadi ventriculomegali. Johston dan Paterson beralasan bahwa pada populasi muda , ruang subarachnoid bisa meluas untuk mengakomodasi cairan tambahan. Lebih jauh , pengarang beralasan bahwa efek dari tekanan pada vena cortical dan subependymal vena mungkin berbeda pada pasien tersebut. Hal ini, kemudian, menyebabkan redistribusi cairan dan tekanan sehingga mengurangi ventrikulomegali. Hal ini diterima secara luas, apalagi terdapat juga elemen dari cairan interstitial. 



Managemen 

Yang lebih penting dari persoalan tersebut tentu saja adalah pertanyaan mengenai bagaimana terapinya. Hal itu secara luas telah dipikirkan bahwa kondisi tersebut self limiting dan terapi harus diberikan secra langsung untuk mengurangi gejala selama masa eksaserbasi. Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa semua pasien bisa diobati secara konservatif dengan menggunakan diuretic(67,68). Mereka menjadi bagian minoritas dalam hal ini. Nama jinak intracranial hypertension yang diperkenalkan oleh Foley pada tahun 1955 secara nyata telah menjadi suatu pertanyaan(67.68). Laporan dari klinil Mayo pada tahun1980 menunjukkan bahwa 11% dari pasien menderita visual loss yang signifikan(69). Data ini, diantara yang lainnya , membisikkan Hoffman untuk berpendapat agar lebih agresif dalam melakukan pendekatan bedah,berdasarkan fakta bahwa kehilangan penglihatan bisa terjadi secara permanen, , bisa dihindari dan sekarang ini tidak ada predictor sebagaiman pada pasien yang akan mengalamikeuntungan dari menegemen konservatif dan mereka yang menerima segera, vision saving surgery(70)




Batasan modalitas terapi yangbisa dan secara umum digunakan diringkas pada tabel10.7, Berlawanan dengan penelitian Mayo klinik. Steroid dan diuretic menjadi modalitas awal yang digunakan. Diikuti dengan pungsi lumbal secara serial. Lumboperitoneal shunting adalah jenis pendekatan bedah yang paling sering dipakai. Dekompresi bitemporal yang diperkenalkan oleh Frazier(71) dan digunakan dengan lebih luas oleh Dandy(59), tampaknya menjadi terapi yang efektif tapi jarang digunakan. Tantangan yang dihadapi oleh klinisi termasuk mendefinisi etiologi dan patofisiologi, lebih penting lagi mengembangkan indicator yang sensitive untuk mengukur pasien mana yang akan berespon terhadap pengobatan konservatif dan dalam kasus ini teknik Hoffman yang agresif bisa mencegah kehilangan penglihatan permanen . Perhatian anestesi tergantung oleh penyakit yang mendasari dan adanya tekanan intrakranial.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tentang Management Anestesi"

Post a Comment