Inhalasi dan Nebulisasi
Peak flow meter
Pengukuran arus puncak (peak
flow) sangat membantu pasien yang kurang peka sehingga lambat mendeteksi
memburuknya asma, dan juga digunakan untuk pasien dengan asma sedang atau berat.
Rentang standar peak flow meter dapat diterapkan untuk anak dan dewasa; peak
flow meter dengan rentang rendah sesuai untuk aliran udara yang
sangat terbatas pada anak dan dewasa. Pasien harus diberi petunjuk yang jelas
tentang tindakan yang harus diambil jika angka peak flow turun di bawah
level tertentu. Pasien dapat dianjurkan untuk mengatur terapinya sendiri (dalam
batas tertentu) sesuai dengan perubahan pada angka peak flow.
Alat-alat Inhalasi
Alat-alat inhalasi antara lain
inhaler dosis terukur bertekanan, inhaler breath actuated dan inhaler
serbuk kering. Banyak pasien dapat diajari untuk menggunakan inhaler dosis
terukur bertekanan secara efektif, tetapi anak dan lansia mengalami kesulitan
menggunakan alat tersebut. Spacer devices dapat membantu mereka karena
alat tersebut tidak membutuhkan koordinasi antara penekanan dengan inhalasi dan
efektif bahkan untuk anak di bawah 5 tahun. Alternatif lain, yaitu breath-actuated
inhaler atau inhaler serbuk kering (yang diaktifkan oleh inhalasi pasien)
dapat digunakan tetapi kurang cocok untuk anak kecil. Terkadang menyebabkan
batuk.
Pasien harus diberi petunjuk
dengan hati-hati untuk menggunakan inhaler dan penting untuk memeriksa bahwa
inhaler digunakan secara benar karena teknik inhalasi yang tidak memadai akan
disalahartikan sebagai respons obat yang kurang
Spacer devices
Spacer devices tidak membutuhkan koordinasi
antara penekanan inhaler dosis terukur bertekanan dengan inhalasi. Alat ini
mengurangi kecepatan aerosol dan benturan pada orofaring; serta menambah waktu
evaporasi aerosol sehingga semakin banyak partikel yang dapat terhirup dan
terdeposisi di paru-paru. Ukuran spacer penting diperhatikan dan spacer
yang lebih besar dengan katup satu arah adalah bentuk yang paling efektif. Alat
ini terutama sangat berguna untuk pasien yang mengalami kesulitan dengan cara
pemberian inhalasi, untuk anak, untuk pasien yang memerlukan dosis lebih
tinggi, untuk asma nokturnal, dan untuk pasien yang cenderung terkena kandidiasis
dengan pemakaian kortikosteroid inhalasi.
Penting untuk meresepkan spacer
device yang cocok dengan inhaler dosis terukur.
Cara pemakaian dan perawatan spacer device
Pasien harus menghirup dari spacer
sesegera mungkin setelah penekanan/penyemprotan; disarankan penekanan dosis
tunggal. Alat ini harus dibersihkan sekali sebulan dengan cara dicuci dengan
detergen ringan, dibilas, dan kemudian dibiarkan kering di udara (jangan
terlalu sering dibersihkan karena muatan eletrostatik dapat mempengaruhi penyampaian
obat). Alat ini harus diganti setiap 6–12 bulan.
Nebuliser
Nebuliser mengubah bentuk
larutan suatu obat menjadi aerosol untuk inhalasi. Alat ini digunakan untuk
membawa dosis obat yang lebih besar ke saluran napas dibandingkan dengan
penggunaan inhaler standar. Indikasi utama penggunaan nebuliser adalah untuk
membawa :
·
Agonis adrenoseptor beta-2 atau ipratropium pada pasien dengan eksaserbasi
akut asma atau penyakit paru obstruktif
kronik
·
Agonis adrenoseptor beta-2 atau ipratropium sebagai obat rutin pada pasien
dengan asma berat atau obstruksi saluran napas reversibel yang teratasi dengan
pengobatan rutin dalam dosis lebih tinggi.
·
Obat-obat profilaksis seperti kortikosteroid pada pasien yang tidak dapat
menggunakan alat inhalasi lainnya (terutama pada anak kecil)
·
Antibiotik (seperti kolistin) pada pasien dengan infeksi purulen kronik
(seperti pada fibrosis kistik atau bronkiektasis)
·
Pentamidin untuk profilaksis dan terapi pneumonia pneumosistik
Proporsi larutan nebuliser
yang mencapai paru-paru tergantung dari tipe nebuliser, dan walaupun dapat
mencapai hingga 30%, namun lebih sering sekitar 10%, atau kadang di bawah 10%.
Sisa larutan tertinggal di dalam nebuliser sebagai volume residual atau
menempel pada bagian mulut (tube). Banyaknya larutan nebulisasi yang sampai ke
saluran napas atau alveoli tergantung ukuran partikel. Partikel dengan diameter
massa 1-5 mikron terdeposit dalam saluran napas sehingga sesuai untuk
pengobatan asma. Ukuran partikel 1-2 mikron dibutuhkan untuk deposisi
pentamidin dalam alveolar pada pengobatan infeksi pneumosistis. Oleh karena itu
tipe nebuliser dipilih menurut deposisi yang dibutuhkan dan menurut viskositas
larutan (larutan antibiotik biasanya mempunyai viskositas yang lebih besar).
Beberapa nebuliser jet dapat
meningkatkan obat yang masuk saat inspirasi, sehingga dapat meningkatkan
efisiensi.
Pasien harus menyadari bahwa
dosis bronkodilator yang diberikan secara nebulisasi jauh lebih tinggi
dibandingkan dari inhaler aerosol.
Disarankan agar nebulisasi
bronkodilator diberikan pada pasien asma persisten kronik atau pada asma akut
berat. Pada asma kronik, nebulisasi bronkodilator hanya digunakan untuk
mengurangi sesak napas harian yang menetap. Penggunaan nebuliser pada asma
persisten kronik hanya diberikan:
·
setelah peninjauan ulang diagnosis asma persisten kronik;
·
jika obstruksi aliran udara dapat diatasi secara signifikan dengan
bronkodilator dan tanpa efek samping yang tidak dapat diterima;
·
setelah pasien dapat menggunakan inhaler tangan (tanpa spacer)
dengan benar;
·
setelah bronkodilator dosis lebih tingi dari inhaler tangan (dengan spacer
jika perlu) telah dicoba selama 2 minggu;
·
jika pasien mematuhi dosis dan frekwensi pemberian obat anti-inflamasi yang
diresepkan termasuk pemberian rutin kortikosteroid inhalasi dosis tinggi.
Sebelum meresepkan nebuliser,
uji coba di rumah sebaiknya dilakukan untuk memantau peak flow pada
terapi standar selama 2 minggu dan terapi nebuliser selama 2 minggu. Jika
diresepkan, pasien harus:
·
memperoleh instruksi yang jelas dari dokter, perawat khusus atau apoteker,
tentang penggunaan nebuliser dan cara
memantau peak flow;
·
diinstruksikan agar tidak mengatasi serangan akut di rumah tanpa mencari
juga pertolongan;
·
menerima program edukasi.
·
kontrol rutin termasuk peak flow yang dipantau oleh dokter, perawat
khusus atau fisioterapis.
Jet nebuliser
Alat ini digunakan lebih luas
dibanding nebuliser ultrasonik. Sebagian besar jet nebuliser memerlukan
kecepatan aliran gas optimum sebesar 6–8
liter/menit dan di rumah sakit dapat dijalankan dengan udara atau
oksigen; pada asma akut nebuliser harus dijalankan dengan oksigen. Untuk
penggunaan di rumah, silinder oksigen tidak memberikan kecepatan aliran yang
memadai, sehingga diperlukan kompresor elektrik.
Pasien dengan penyakit paru
obstruktif kronik dan hiperkapnea, penggunaan oksigen dapat membahayakan
sehingga nebuliser harus dijalankan dengan udara. Pada eksaserbasi penyakit
paru obstruktif kronik, nebuliser harus dijalankan dengan udara bertekanan pada
hiperkapnea atau asidosis. Jika oksigen diperlukan, harus diberikan secara
simultan melalui kanula hidung.
Pengencer nebuliser
Nebulisasi dapat dilakukan dengan menggunakan larutan
nebuliser yang tidak diencerkan atau perlu diencerkan sebelumnya. Pengencer
yang biasa digunakan adalah larutan NaCl 0,9% steril.
0 Response to "Inhalasi dan Nebulisasi"
Post a Comment