Latar Belakang Yogyakarta Sebagai Penjaga Kebudayaan Jawa

Walaupun pulau Jawa adalah pulau yang menempati beraneka ragam masyarakat yang menaati cara hidup nenek-moyang mereka, ada satu daerah yang terkenal sebagai penjaga kebudayaan, tradisi dan perilaku nenek-moyang mereka. Daerah ini adalah kota Yogyakarta dan desa-desa di sekitarnya. Dengan jelas Yogyakarta adalah satu kota yang sangat kaya dalam tradisi dan cara hidup yang unik. Bagi mayoritas penduduk asli Yogyakarta, pandangan pada pusat kraton dan sri sultan masih dianggap penting sebagai kesinambungan cara hidup mereka dalam dunia ini yang tetap berubah. Walaupun sekarang penduduk Yogyakarta cukup besar dan modern, kota ini adalah satu kota yang masih terkenal sebagai penjaga kebudayaan Jawa dimana masyarakat tetap melestarikan adat-istiadatnya. 



Pada zaman modern, Yogyakarta dan sekitarnya tetap menikmati posisi ini sebagai penjaga kebudayaan Jawa, khususnya pada saat status kawasan ini diubah menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan kemudian salah satu propinsi Indonesia. (ini terjadi sewaktu sultan Yogyakarta Hamengku Buwono IX mencanangkan pada 5 September 1945 bahwa Yogyakarta dan sekitarnya akan menjadi daerah istimewa di Indonesia [1]



Proklamasi ini sangat penting untuk menciptakan sebuah garisan gaib yang khusus untuk kota Yogyakarta dan sekitarnya. Setelah proklamasinya, daerah istimewa ini memegang wibawa dan peran penting yang baru untuk tetap menjaga dan melestarikan adat-istiadat yang ditaati nenek-moyang mereka. Proklamasi ini juga penting agar perasaan bangga muncul di hati orang-orang di masyarakat DIY dimana mereka melalui statusnya yang khusus, memegang identitas sebagai penjaga kebudayaan Jawa yang kuno. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Latar Belakang Yogyakarta Sebagai Penjaga Kebudayaan Jawa "

Post a Comment