Bentuk dan aspek-aspek kebudayaan Jawa

Bentuk dan aspek-aspek kebudayaan Jawa.Memang kebudayaan Jawa adalah salah satu kebudayaan di Asia yang paling kuno dan identik akan tradisi, perilaku dan peralatan kuno. Kekayaan ini cukup nyata dari sejarah kebudayaan Jawa yang berjalan terus-menerus selama lebih dari seribu tahun di daerah-daerah tertentu di pulau Jawa. Walaupun begitu, kebudayaan Jawa itu berasal dari beraneka ragam tradisi, kepercayaan dan cara hidup orang-orang dan bagi orang Jawa yang tinggal di pulau Jawa, ‘kebudayaan’ adalah sesuatu yang mereka anut sesuai dengan kondisi dan situasi lokal, sejarah dan pengaruh-pengaruh luar. Jadi, walaupun kebanyakan orang Jawa akan mengidentifikasi dirinya sendiri dengan ‘kebudayaan Jawa’, aspek-aspek dari cara hidup mereka akan bervariasi menurut dimana mereka tinggal. 



Sebab kebudayaan Jawa yang asli dari masyarakat-masyarakat di pulau Jawa sudah berjalan selama puluh-puluhan generasi, berarti kebudayaan ini sudah sangat kaya dalam unsur-unsur kebudayaan universal seperti sistem organisasi sosial, pengetahuan, kesenian, religi dan bahasa. Lagipula, setelah puluh-puluhan generasi kebudayaan Jawa ini tumbuh dari gagasan-gagasan saja tentang pergaulan antar manusia dan pandangan dunia sampai ciptanya benda-benda yang memantulkan identitas kongkret akan masyarakatnya. 



Ambil gotong-royong sebagai contoh. Saya yakin bahwa ratus-ratusan tahun silam ide ini muncul dalam benak orang-orang di masyarakat, yaitu tahap satu. Kemudian ide ini karena disetujui orang-orang sebagai ide yang manfaat seluruh masyarakat, mengadopsi ide ini dan munculnya organisasi sosial, yaitu tahap dua. Setelah ini, gotong royong ditulis pada dinding dan bongkah-bongkah batu besar agar masyarakat tetap ingat ide ini yang penting bagi mereka. 



Beberapa gagasan lain dari kebudayaan Jawa termasuk prinsip rukun atau harmonis [1] yang mengutamakan hubungan baik antar manusia melalui mencegah berkelahi terbuka [2], menggunakan ukuran pada dirimu sendiri (tepa selira), [3] dan bersifat ramah-tamah (antara lain). 



Selain itu ada konsep kuno dari masyarakat Jawa yang mengatakan ada roh-roh dimana-mana dan akibatnya harus waspada dalam segala hal supaya jangan membuat mereka marah melainkan membuat mereka tenang. Tentu saja dari konsep religi ini muncul strukturnya atau gagasan lain untuk menangani situasi ini dan bagaimana tinggal dalam dunia yang diciptakan seperti ini (munculnya pandangan dunia). Sebagai contoh, ‘slametan’ adalah tradisi lama dimana anggota masyarakat berkumpul setelah seorang menikah, meninggal atau masa waktu yang lain terjadi untuk makan bersama dan berdoa pada roh-roh (pandangan tradisional). [4] Tradisi yang lain mengatakan jangan membiarkan bayi merangkuk pada tanah atau roh-roh akan merasukinya, jadi harus dibawa ibunya. 



Bagian kecil dari keseluruhan kebudayaan Jawa ini diberikan sebagai contoh untuk dua alasan pokok. Pertama, untuk menggambarkan kekayaan tradisi dan sejarah kebudayaan Jawa dan kedua, supaya dapat melihat bagaimana satu konsep dalam masyarakat setelah ratus-ratusan tahun bisa menyebabkan munculnya tradisi-tradisi dan kemudian cara hidup untuk masyarakat Jawa ini, atau dari perspektif lain, sisi praktek pembentukan kebudayaan. 



Walaupun contoh-contoh sebelumnya hanya sebagian kecil yang diambil dari kebudayaan Jawa, tujuan studi ini adalah untuk meningkatkan kesadaran pembaca akan bentuknya kebudayaan dan bagaimana satu kebudayaan seperti di masyarakat Jawa dapat berubah dan dipengaruhi oleh konsep, gagasan, atau ide baru akan pergaulan antar manusia dan pandangan dunia. Dalam konteks ini, saya mengkonfirmasi kekayaan kebudayaan Jawa yang ada dalam tradisi, organisasi dan benda-bendanya, tetapi juga ingin menitikberatkan manfaat dan ancaman yang datang dari konsep, gagasan dan ide baru akan pergaulan antar manusia dan pandang dunia yang semakin diketahui antara masyarakat Jawa karena situasi sekarang ini di dunia. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bentuk dan aspek-aspek kebudayaan Jawa "

Post a Comment