BEBERAPA MANIFESTASI KRISIS KARAKTER DI INDONESIA
Dalam kasus Indonesia,
krisis karakter, mengakibatkan
bangsa Indonesia kehilangan kemampuan untuk mengerahkan potensi masyarakat guna
mencapai cita-cita bersama. Krisis karakter ini seperti penyakit akut
yang terus menerus melemahkan jiwa bangsa, sehingga bangsa kita kehilangan
kekuatan untuk tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang maju dan bermartabat
di tengah-tengah bangsa lain di dunia.
Krisis karakter di Indonesia tercermin dalam
banyak fenomena sosial ekonomi yang secara umum dampaknya menurunkan kualitas
kehidupan masyarakat luas. Korupsi, mentalitas peminta-minta, konflik
horizontal dengan kekerasan, suka mencari kambing hitam, kesenangan merusak
diri sendiri, adalah beberapa ciri masyarakat yang mengalami krisis karakter.
Korupsi. Korupsi adalah salah satu bentuk krisis
karakter yang dampaknya sangat buruk bagi bangsa Indonesia. Korupsi menjadi
penghambat utama kemajuan ekonomi bangsa ini, dan pada gilirannya menjadi
sumber dari berkembangnya kemiskinan di Indonesia. Dalam pergaulan
internasional, posisi Indonesia sebagai salah satu negara yang terkorup di dunia telah menyebabkan
bangsa ini kehilangan martabat di tengah-tengah bangsa lain. Korupsi terjadi karena orang-orang kehilangan beberapa karakter baik, terutama
sekali kejujuran , pengendalian diri (self regulation), dan tanggung jawab sosial. .
Kesenangan merusak diri
sendiri. Di samping
korupsi, memudarnya karakter di Indonesia ditunjukkan oleh meningkatnya
‘kesenangan’ dari sebagian warganya terlibat dalam kegiatan atau aksi aksi yang
berdampak merusak atau menghancurkan diri –bangsa kita- sendiri (act
of self distruction). Ketika bangsa-bangsa lain bekerja keras mengerahkan
potensi masyarakatnya untuk meningkatkan daya saing negaranya, kita di
Indonesia sebagian dari kita malah dengan bersemangat memakai energi masyakat
untuk mencabik-cabik dirinya sendiri, dan sebagian besar yang lain terkesan
membiarkannya. Memecahkan
perbedaan pendapat atau pandangan dengan menggunakan kekerasan, secara
sistematik mengobarkan kebencian untuk
memicu konflik horizontal atas dasar SARA, dan menteror bangsa sendiri adalah
beberapa bentuk dari kegiatan merusak diri sendiri. Ini terjadi karena makin
memudarnya nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup semangat dan kesediaan untuk
bertumbuh kembang bersama, secara damai,
dalam kebhinekaan.
Hipokrisi atau Kemunafikan.
Di atas telah disampaikan bahwa Indonesia dipandang sebagai salah satu
negara dengan tingkat korupsi tertinggi di dunia. Namun, di pihak lain
masyarakat Indonesia nampaknya adalah masyarakat yang sangat rajin melakukan
kegiatan keagamaan. Bahkan tidak jarang orang Indonesia membanggakan diri
sebagai masyarakat yang hidupnya sangat religius, dan sepanjang yang saya
ketahui, tindakan korupsi, atau mengambil yang bukan haknya atau milik orang
lain, seperti juga mencuri, dilarang oleh semua agama. Sungguh sebuah
‘keganjilan’ bahwa masyarakat yang merasa
riligius namun negaranya penuh korupsi. Lebih memprihantinkan lagi
adalah bahwa menurut salah seorang penjabat KPK, lembaga negara yang paling
korup adalah Departemen Agama [1]. Apabila pernyataan tersebut didasarkan pada
data yang dapat dipercaya, maka hal ini adalah contoh yang paling nyata dari
hipokrisi di Indonesia, di samping sekian banyak contoh yang lain. Hipokrisi atau
kemunafikan mengandung arti kepura-puraan atau menyuruh atau menasihati orang lain melakukan hal yang baik namun dia
sendiri melakukan hal sebaliknya.
Mentalitas makan siang
gratis. Berkembangnya
mentalitas ‘makan siang gratis’, adalah fenomena lain yang menunjukkan krisis
karakter. Ini adalah sikap mental yang memandang bahwa kemajuan bisa diperoleh
secara mudah, tanpa kerja keras, bisa dicapai dengan menandahkan tangan dan
dengan menuntut kekiri dan kekanan..
Kesenangan mencari kambing
hitam. Kebiasaan
menimpakan kesalahan kepada orang lain, merupakan salah satu karakter yang
menghambat kemajuan. Ini bukan kekuatan, namun kelemahan. Di masa lalu kita
masih sering mendengar banyak orang menyatakan bahwa sulitnya Indonesia
mencapai kemajuan lama sesudah kemerdekaan adalah akibat ulah penjajah Belanda.
Dalam mencari penyebab rusaknya ekonomi
Indonesia sekarang kita punya kambing hitam baru, konpirasi Amerika Serikat, IMF, World Bank,
dan akibat dominasi golongan minoritas. Seandainya sinyalemen itu benar,
sebenarnya ada cara bertanya yang lain: ’Apa yang salah dengan bangsa kita yang
menyebabkan kita beratus-ratus tahun bisa dijajah oleh Belanda -kerajaan yang
sangat kecil dari jumlah penduduk dan luas wilayah; bisa menjadi korban konspirasi Amerika Serikat,
IMF dan World Bank, dan kelompok mayoritas belum bisa menguasai sebagaian besar
kegiatan ekonomi di Indonesia ? Pertanyaan terakhir ini jarang sekali
dikemukakan, karena adanya arogansi bahwa ’kami selalu benar’. Akibatnya,
bangsa kita kurang bisa belajar dari pengalamannya sendiri, dan kurang mampu
berubah ke arah yang lebih baik karena merasa bahwa tak ada yang perlu
diperbaiki pada diri kita.
0 Response to "BEBERAPA MANIFESTASI KRISIS KARAKTER DI INDONESIA "
Post a Comment