Apa Itu Turisme dan Media Massa
Turisme
Turisme itu disampaikan pada saya sebagai pengaruh perubahan kebudayaan di Yogyakarta walau tidak sama menakutkan dengan yang lain dan mayoritas para responden berfikir bahwa dampak pada masyarakat dan kebudayaan jawa itu hanya kecil. Oleh karena itu, dampak dari turisme pada kebudayaan jawa di Yogyakarta tak begitu nyata sepintas dan penyelidikan sekilas itu dibutuhkan untuk menemukan dampak yang ada dari pengaruh ini.
Tentu saja turisme tak butuh penjelasan sebab itu sesuatu yang hampir setiap orang di dunia melakukan selama hidup mereka, berarti sudah tahu artinya, walau dampak yang mungkin pada kebudayaan dan cara hidup harus diselidiki agar orang-orang sadar akan dampak dari pengaruh ini. Kalau mengatakan seperti ini tidak tersirat bahwa perubahan ‘baik’ tidak dapat timbul dari dampak-dampak yang terjadi tetapi bahwa orang-orang seharusnya dididik akan dampak yang mungkin dari pengaruh ini.
Perubahaan paling nyata yang datang dari hasil turisme ini antara masyarakat di kawasan-kawasan turis (dapat mengajukan seluruh kota Yogyakarta dalam konteks itu) adalah perubahan yang datang pada masyarakat dari peluang-peluang pekerjaan baru dalam bidang jasa informasi, pemandu-pemandu atau penjual-penjual setempat yang memamerkan barang-barangnya. Bagi orang-orang yang mencari nafkah dari hasil turisme melalui menjual barang-barang yang terkandung kebudayaan setempat itu, misalnya tokoh wayang kulit, turisme itu dapat menjadi sumber upah tunggal maka harus mengandalkan bidang ini untuk mencari nafkah. Terkait dengan ini, seorang teman saya katakan pada saya bahwa dampak dari turisme itu berarti banyak para pembuat asli yang memiliki pengetahuan mendalam dan menjual barang-barang sejati dirugikan karena sejumlah para pembuat yang hanya mumpung pasar turis ini dan tak memiliki pengetahuan mendalam akan barang-barang setempat itu. Walaupun begitu, saya berfikir dampak dari fenomena ini mungkin kecil sekali dan tak akan berdampak pada struktur masyarakat atau kebudayaan maka lebih baik didaftar sebagai sesuatu yang memiliki ‘potensi’ berdampak pada kebudayaan jawa ini.
Dampak yang lebih besar terjadi sewaktu turisme itu menjadi cara hidup dan sebagian kebudayaan menjual barang-barang setempat pada orang asing (atau memang dari bagian-bagian lain di Indonesia) karena penduduk membuka kebudayaan mereka pada kebahayaan dimana harus mengandalkan sumber-sumber upah dari luar. Walaupun memang itu tak perubahan yang buruk, dampak dari perubahan itu diselidiki dari perspektif ke masa depan. Apa yang akan terjadi kalau masyarakat menaruh semua kepercayaan pada cara hidup ini dan tiba-tiba sumber ini diganggu, misalnya karena peperangan, kerugian atau baru-baru ini seperti peristiwa ‘terorisme’. Contoh yang paling baik untuk menunjukan dampak turisme itu pulau Bali. Masyarakat disini sejak mungkin tahun 1960-an mengalami perubahan masyarakat dan kebudayaan yang besar sekali karena pengaruh turisme dan masyarakat disini telah mengubah cara hidup mereka selaras dengan arah tujuan turisme itu. Pulau Bali itu juga dapat diambil sebagai contoh agar menunjukkan apa yang terjadi pada masyarakat setempat kalau turisme itu jatuh dalam kesusuhan seperti pemboman pada tahun 2002 dimana roda turisme selama beberapa bulan menjadi macet dan masyarakat dipaksa meminta dengan sangat pada orang asing untuk datang kembali agar mereka dapat mencari nafkah lagi. Meskipun kota Yogyakarta tak sepopuler pulau Bali maka tidak mengalami dampak sebesarnya, harus didaftar cara agar bisa membuat masyarakat sadar akan pengaruh turisme ini.
Media Massa
Apa itu media massa? Kalau diteliti menurut bentuk yang paling dasar, media adalah sarana komunikasi antara orang-orang maka media massa tersirat komunikasi ini diperbesarkan sehingga banyak orang terlibat dalam proses ini. Mass media terdiri atas alat-alat komunikasi seperti koran-koran, majalah-majalah, radio, televisi dan baru-baru ini lewat internet. Komunikasi menurut alat-alat ini dipakai untuk berbagai tujuan, walau kedua kategori yang mungkin paling besar adalah persediaan informasi melalui berita dan program-program pendidikan, serta penghiburan melalui opera sabun, komedi dan film-film.
Penyebab utama kekhwatiran di dunia sekarang ini adalah kenaikan hiburan dalam proses komunikasi karena dampak pada cara hidup orang-orang dan bagaimana mereka bergaul, ngomong dan saling memperlakukan satu sama lain. Sama seperti orang-orang mencari hiburan atau kenikmatan melalui menonton kegiatan sehari-hari di sekitar mereka baik yang sengaja (melalui drama atau pertunjukan) maupun yang tidak sengaja (proses alam), sama hal dengan popularitas televisi yang berbeda dari koran atau majalah (yang lebih untuk menyampaikan informasi) karena televisi (dan memang sinetron/bioskop) adalah sarana penghiburan yang dapat dinikmati. Ini harus digarisbawahi supaya dapat dimengerti dampak-dampak pada kebudayaan, masyarakat dan cara hidupnya.
Media massa itu mungkin yang paling unik dari semua pengaruh pada kebudayaan Jawa di Yogyakarta karena media massa itu bertanggung jawab atau mengontrabusikan pada kenaikan pengaruh-pengaruh lain pada kebudayaan dan cara hidup, khususnya globalisasi dan turisme tetapi juga kebudayaan asing dan sejumlah pengaruh lain. Namun, pertanyaan utama itu apakah media massa itu adalah pengaruh yang membawa manfaat atau kerusakan pada kebudayaan Jawa di Yogyakarta. Memang media mass mempunyai pengaruh besar atas kebudayaan, masyarakat dan politik, [1] jadi pandangan tentang ini dibutuhkan.
Selama saya meneliti dampak dari media massa pada masyarakat dan kebudayaan saya sangat tertarik pada dampak televisi yang mempunyai pada perubahan struktur sosial dan cara interaksi orang-orang satu sama lain. Selama bertamasya lewat Lombok utara naik sepeda motor saya pada awal tahun ini, saya dikagumkan bahwa pada malam hari, jumlah orang besar berkumpul di luar rumah yang memasang televisi di depan kemudian duduk di atas tanah dan menonton televisi bersama atau bergaul dengan teman-teman. Beberapa kali pun saya terpaksa melaju pelan untuk menghindari orang-orang yang duduk pada jalan karena begitu banyak orang yang berkumpul di luar rumah. Walaupun fenomena mungkin tak relevan pada penduduk kota Yogyakarta, sudah menunjukkan bahwa televisi sebagai sarana komunikasi itu dapat berdampak pada masyarakat melalui menciptakan pusat sosial baru dan juga cara interaksi baru bagi orang-orang ini. [2]
Satu hal lagi yang saya amati itu tentang pertunjukan wayang kulit di Yogykarta. Sekalipun masih populer khususnya dengan penonton asing, penunjukan wayang ini semakin ditayangkan lewat radio serta baru-baru ini lewat televisi. Walaupun itu satu cara yang bagus untuk melestarikan tradisi kebudayaan yang kaya, juga ada beberapa pertanyaan yang diajukan, antaranya dampak pada organisasi sosial dan interaksi. Selain dampak yang nyata pada organisasi sosial, media massa juga bekerja untuk mendidik masyarakat melalui meningkat kesadaran mereka akan kejadian-kejadian di hidupnya mereka sendiri, atau kejadian-kejadian di bangsa atau dunia ini. Dari pandangan ini saya percaya media massa adalah pengaruh positif untuk mengubah masyarakat dan kebudayaan karena merupakan alat berguna mendidik masyarakat lokal tentang kebudayaan mereka sendiri dan bagaiamana kemajuan masyarakat dan kebudayaan dapat diraih melalui teknik-teknik, konsep-konsep atau ide-ide yang baru. Harus diingat bahwa media massa itu hanya alat komunikasi maka potensi pengaruh baik atau buruk pada masyarakat dan kebudayaan tergantung siapa yang memegang kendali sarang komunikasi itu.
Bahaya nyata yang berada dalam media massa terjadi sewaktu orang-orang menjadi pecandu media massa dan memperlakukan media massa sebagai penghiburan mutlak. Sudah banyak orang di Yogyakarta yang menjadi pecandu atau dipengaruhi oleh pesan yang disampaikan dan sebagai akibat mengambil risiko akan membawa pengaruh yang merusak. Ini terjadi karena mereka putus hubungan dengan masyarakat umum dan menghayati hidup mereka sendiri menurut gaya hidup yang disampaikan lewat media itu. Ini juga satu contoh media massa yang bekerja bersama pengaruh-pengaruh lain untuk berdampak pada masyarakat dan kebudayaan dan karena itu orang-orang harus dididik untuk mengerti dampak dari sarana komunikasi baru seperti home theatre, cyber games dan internet.
Sebagaimana sudah diringkas pada satu sumber sekunder, masalah itu adalah program televisi yang sama dapat menghibur satu orang, mendidik yang lain, atau memengaruhi seseorang atau sekelompok orang. [3] Namun, pengaruh dari media massa yang merusak melalui menyebabkan orang-orang memutus sambungan dari masyarakat umum itu sedikit saja antara masyarakat jawa di Yogyakarta. Malahan, media massa itu lebih bermanfaat dan berdampak baik karena menjalankan perubahan kebudayaan melalui pengaturan kembali kelompok-kelompok sosial di sekitar sarana komunikasi seperti televisi yang dapat menyediakan baik informasi maupun penghiburan.
0 Response to "Apa Itu Turisme dan Media Massa "
Post a Comment