Relevansi Postmodernisme bagi kehidupan Masa Kini
Jika diamati dengan seksama, banyak hal menarik dan bisa diterima dari apa yang ditawarkan oleh pasca-modernisme. Lepas dari sah atau tidaknya keberadaan pasca-modernisme, kenyataannya dia ada dan keberadaanya harus diakui.
Pasca modernisme ingin menghilangkan pendasaran umum dan lebih melihat cerita-cerita. Tanpa ada kerangka atau dasar pijakan tersbut kita tidak bisa bicara apa-apa. Selain itu, jika kita hanya berpegang pada cerita-cerit lokal atau keyakinan setempat, sangat sulitlah untuk mengambil keputusan dan yang terjadi adalah siapa yang kuat, itulah yang menang.
Hal ini sudah terbukti jika kita menengok proses peradilan hukum di Indonesia yang sering kali orang kecil menjadi korban hanya karena buta hukum dan hukum ditafsirkan sesuai keinginan pihak tertentu yang tentunya mempunyai power.
Lalu apa yang harus dilakukan ? Saya setuju perlu adanya dekonstruksi, tetapi kurang sependapat jika itu dilakukan terhadap semua narasi besar.
Dengan melihat sisi negatif postmodernisme, apakah dengan demikian ia harus dibuang ? tentu sisi positifnya tetap ada. Ia telah mengingatkan pada kita agar kita mewaspadai teori-teori besar jangan sampai merek berkembang menjadi ideologi. Jangan sampai ideologi berlindung di balik teori-teori besar, tetapi ternyata di balik itu ia menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi.
Segala sesuatu perlu dikritisi, dipertanyakan apakah ia benar berjuang demi menegaskan martabat dan kebahagiaan manusia yang lebih besar.
Jadi, kita harus memegang kedua-duanya, yang universal dan yang lokal, menghargai cerita besar yang memang memperjuangkan martabat manusia dan juga menghargai cerita-cerita kecil sebagai tanda penghargaan terhadap manusia-manusia individu asal memperkembangkan individu tersebut. Dengn demikian, kehidupan kita menjadi tercerahkan.
B. Filsafat Strukturalisme
Tokoh yang berpengaruh dalam aliran filsafat strukturalisme dalah Michael Foucolt (1926 – 1984). Kesudahan ”manusia” sudah dekat, pendirian Fouclot yang sudah terkenal tentang ”kematian” manusia. Maksud Fouclot bukannya bahwa nanti tidak ada manusia lagi, melainkan bahwa akan hilang konsep ”manusia” sebagai suatu kategori istimewa dalam pemikiran kita. Manusia akan kehilangan tempatnya yang sentral dalam bidang pengetahuan dan dalam kultur seluruhnya.
Para penganut aliran filsafat strukturalisme ini memiliki corak yang beragam, namun demikian mereka memiliki kesamaan, yaitu : penolakan terhadap prioritas kesadaran. Bagi mereka manusia tidak lagi merupakan titik pusat yang otonom, manusia tidak lagi menciptakan sistem melainkan takluk pada sistem.
Secara garis besar ada dua pengertian pokok yang sangat erat kaitannya dengan strukturalisme sebagai aliran filsafat. Pertama, strukturalisme adalah metode atau metodologi yang digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip linguistik yang dirintis oleh Ferdinand de Saussure. Disini ilmu-ilmu kemanusiaan dimaksudkan sebagai ilmu-ilmu yang dalam terminologi Dilthey disebut Geistewissenschaften yang dibedakan dengan ilmu-ilmu pengetahuan alam atau Naturwissenschaften. Kedua, strukturalisme merupakan aliran filsafat yang hendak memahami masalah yang muncul dalam sejarah filsafat. Di sini metodologi struktural dipakai untuk membahas tentang manusia, sejarah, kebudayaan, serta hubungan antara kebudayaan dan alam.
C. Filsafat Hidup
Pada abad yang ke-19 dan awal abad ke-20 ilmu pengetahuan dan tehnik berkembang dengan cepat, yang mengakibatkan perkembangan industrialisasi yang cepat juga. Hal ini menjadikan segala pemikiran orang diarahkan kepada hal-hal yang bendani saja. Akal manusia dipakai untuk menyelidiki segala sesuatu. Segala sesuatu dianalisa, dibongkar dan ditaf¬sirkan, serta disusun kembali. Juga ilmu yang menyelidiki jiwa manusia (psikologi) berbuat demikian. Baik jagat raya maupun manusia dipandang sebagai mesin, yang terdiri dari banyak bagian, yang masing-masing menempati tempatnya sendiri-sendiri, serta yang bekerja menurut hukum yang telah ditentukan bagi masing-masing bagian itu. Demikianlah juga halnya dengan manusia. Roh bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri. Ker¬janya disebabkan karena akibat proses-proses bendani yang berjalan karena keharusan, seperti umpamanya ginjal harus mengeluarkan air ken¬cing, jantung harus memompa darah, otak harus mengeluarkan buah pikiran, dan lain sebagainya.
Salah satu reaksi terhadap pandangan yang demikian itu adalah filsafat hidup, yang salah seorang penganutnya adalah Henri Bergson (1859-1941), seorang yang berdarah campuran Perancis dan Yahudi, semula ia belajar matematika dan fisika. Tetapi justru karena kecakapannya untuk menganalisa itulah ia segera dihadapkan dengan persoalan-per¬soalan metafisika yang tersembunyi di belakang tiap ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan dia berpaling ke filsafat.
Banyak buah tulisannya, di antaranya: Essai cur les donn&s immMute de la conscience, atau "Karangan mengenai hal-hal yang langsung ditemui dalam kesadaran" (1889), yang diterbitkan dalam -bahasa Inggris di bawah judul Time and Free Will, atau "Waktu dan Kehendak Bebas"; L'Evolu¬tion creatrice, atau "Evolusi yang kreatif" (1907); Les Deux sources de la morale et de la religion, atau "Kedua cumber kesusilaan dan agama" (1932).
Seorang tokoh berdarah campuran Perancis - Yahudi, kelahiran Perancis, Henri Bergson (1859-19.41), melahirkan filsafat hidupnya sebagai reaksi atas pandangan materialisme dan pragmatisme.
Menurut Bergson, hidup adalah suatu tenaga eksplosif yang telah ada sejak awal. dunia, yang berkembang dengau melawan penentangan-penentangan materi. (yaitu sesuatu yang lamban yang menentang gerak, dan dipandang oleh akal sebagai materi atau benda). Manakala gerak, perkembangan hidup itu digambarkan sebagai gerak ke atas, materi adalah gerak ke bawah yang menahan gerak ke atas itu. Dalam perkembangannya sebagai gerak ke atas, hidup mempunyai penahanan gerak ke bawah. Hal ini mengakibatkan hidup terbagi-bagi menjadi arus yang menuju banyak jurusan, yang sebagian ditundukkan oleh materi, sedangkan sebagian lainnya tetap memiliki kecakapannya untuk berbuat secara babas dan dengan terus berjuang keluar dari.genggaman materi.
"Bergson yakin akan adanya evolusi, tetapi tidak seperti yang diajarkan Darwin.. Evolusi yang raeuggambarkan evolusi sebagai perkembangan linear (segaris), yang, satu sesudah yang lain dengan manusia sebagai puncaknya. Menurut Bergson, evolusi adalah suatu perkembangan.yang menciptakan, yang meliputi segala kesadarani. segala hidup, segala kenyataan, yang dalam perkembangannya terus-menerus menciptakan bentuk baru dan menghasilkan' kekayaan baru. Evolusi ini tidak terikat oleh keharusan seperti keharusan yang tersirat dalam hukum sebab-akibat mekanis. Evolusi menurut Bergson. bukan bergerak ke satu arah dibawah dorongan, suatu semangat hidup yang bersifat umum, tetapi evolusi itu berkembang ke arah bermacam-macam. Pada tumbuh-tumbuhan perkembangan itu kandas dalam bentuk-bentuk yang tanpa kesadaran. Pada binatang, perkembangan itu berhenti dalam naluri, sedangkan pada manusia, perkembangan itu berlangsung sampai ke akal.
1. Naluri
Naluri adalah tenaga bawaan kelahiran guna memanfaatkan alat-alat organis tertentu dengan cara tertentu. Kerja naluri terjadi otomatis, tanpa memberi tempat padsaspontanitas atau pembaharuan. Naluri semata-mata diarahkan pada kepentingan kelompok atau rumpunnya. Oleh karena itu, sifat individual ditaklukkan kepada sifat.kelompok.
2. Akal
Manusia mempunyai akal yaitu merupakan kecakapan untuk menciptakan alat kerja bagi dirinya dan secara bebas mengubah-ubah pembuatan alat kerja itu. Akal mencakapkan manusia untuk menyadarkan diri akan kepentiagan individu. Akan letapi, akal tidak dapat dipakai untuk menyelami hakikat yang sebenarnya dan segala kenyataan. Sebab, akal adalah basil perkembangan, yaitu perkembangan dalam rangka proses hidup. Akal itu timbul karena panyesuaaan manusia. Dengan akalnya, manusia dapat menyesuaikan diri dengan dunia sekitarnya. Oleh karena itu, akal memihki fungsi praktis. Itulah sebabnya, akal tidak dapat menyelami hakikat yang sebenarnya dari segala kenyataan. Akal hanya berguna bagi pemikiran ilmu fisika dan mekanika, tetapi akal tidak berguna bagi penyelaman ke dalam hakikat segala sesuatu.
3. Intuisi
Intuisi diperlukan untuk menyelami hakikat segala kenyataan. Intuisi adalah suatu kecakapan yang dapat molepaskan diri dan akal, kecakapan untuk menyimpulkan serta meininjau dengan sadar. Intuisi adalah naluri yang telahn mendapat kesadaran diri, yang telah dicakapkan untuk memikirkan sasarannya serta memperluas sasaran itu menurut kehendak sendiri tanpa batas.
4. Agama
Bergson membagi agama pada dua macam. Pertama, agama statis,. dan kedua, agama dinamis.
1. Agama statis ialah agama yang timbul karena hasil. karya perkembangan. Dalam perkembangan ini, alam telah memberikan kepada manusia kecakapan untuk menciptakan dongeng-dongen yang dapat mengikat manusia yang seorang dengan yang lain dan dapat mengikat manusia dengan hidup. Karena akalnya, manusia, tahu bahwa ia harus mati. Karena akalnya juga, manusia tahu bahwa ada rintangan-rintangan yang tak terduga sehingga menghalangi usahanya untuk mencapai tujuannya. Alam telah membantu manusia untuk memikul kesadaran yang pahit ini dengan khayalan-khayalan. Demikianlah, akhirnya timbul agama sebagai alat bertahan terhadap segala'sesuatu yang dapat menjadikan manusia putus asa.
2. Agama yang dinamis adalah agama yang diberikan oleh intuisi. Dengan perantaraan agama inilah, manusia dapat berhubungan dengan asas yang lebih tinggi yang lebih berkuasa daripada dirinya sendiri. Bentuk agama yang paling tinggi adalah mistik yang secara sempurna terdapat dalam agama Kristen. Itulah filsafat hidup Bergson yang besar sekali pengaruhnya di Perancis. Ketika ia membahas agama Kristen, yang berati sebagai pegangan hidup karena ia agama yang paling tinggi.
Kesimpulan
Dari uraian tersebut dapat kita pelajari bahwa filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Berapa pendapat telah dijelaskan bahwa post modernisme merupakan istilah yang mempunyai beberapa arti diantaranya pemutusan hubungan pemikiran total dari segala pola kemodernan dan isme yang berarti aliran atau sistem pemikiran yang menunjukkan pada kritik filosofis atas gambaran dunia, epistemologi, dan ideologi modern.
Dalam kaitannya dengan strukturalisme sebagai aliran filsafat terbagi menjadi dua. Pertama, strukturalisme adalah metode atau metodologi yang digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip linguistik yang dirintis oleh Ferdinand de Saussure. Kedua, strukturalisme merupakan aliran filsafat yang hendak memahami masalah yang muncul dalam sejarah filsafat. Di sini metodologi struktural dipakai untuk membahas tentang manusia, sejarah, kebudayaan, serta hubungan antara kebudayaan dan alam.
Sedangkan filsafat hidup adalah suatu tenaga eksplosif yang telah ada sejak awal. dunia, yang berkembang dengan melawan penentangan-penentangan materi. (yaitu sesuatu yang lamban yang menentang gerak, dan dipandang oleh akal sebagai materi atau benda).
Daftar Rujukan
Ali Maksum, 2008, Pengantar Filsafat, Ar Ruzz Media, Jogjakarta
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, 2008, Filsafat Umum, Pustaka Setia Bandung
Harun Hadi Wijono, Sari Sejarah Filsafat Barat II, Kanisius
0 Response to "Relevansi Postmodernisme bagi kehidupan Masa Kini"
Post a Comment