PEMERIKSAAN KLINIS DAN CHARTING PENYAKIT KUSTA
PEMERIKSAAN KLINIS1,5
Untuk memeriksa seseorang yang dicurigai kusta harus dilakukan:
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan klinis, yaitu:
a. Pemeriksaan kulit
b. Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya
Untuk diagnosis secara lengkap selain hal-hal tersebut di atas dilakukan pemeriksaan tambahan bila ada keraguan dan fasilitas memungkinkan, yaitu:
1. Pemeriksaan bakteriologis
2. Pemeriksaan histopatologis
3. Immunologis
Pemeriksaan tambahan tersebut hanya dilaksanakan oleh para ahli atau untuk keperluan penelitian.
Pemeriksaan klinis yang teliti dan lengkap sangat penting dalam menegakkan diagnosa kusta, pemeriksaan tersebut meliputi:
1. Anamnesa
Pada anamesa ditanyakan secara detil mengenai riwayat penyakitnya.
a. Kapan timbul bercak/keluhan yang ada?
b. Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama (apakah ada riwayat kontak)?
c. Riwayat pengobatan sebelumnya
2. Persiapan pemeriksaan:
a. Tempat
Tempat pemeriksaan sebaiknya diluar rumah tidak boleh langsung di bawah sinar matahari
b. Waktu pemeriksaan
Pemeriksaan diadakan pada siang hari (menggunakan penerangan sinar matahari)
c. Yang diperiksa
Diberikan penjelasan kepada yang akan diperiksa dan keluarganya tentang cara pemeriksaan. Anak-anak cukup memakai celana pendek, sedangkan orang dewasa (laki-laki dan wanita) memakai sarung tanpa baju.
Sedapat mungkin seluruh tubuh diperiksa, dengan memperhatikan batas-batas kesopanan.
3. Pelaksanaan pemeriksaan
a. Pemeriksaan Pandang
Tahap Pemeniksaan
1) Pemeriksaan dimulai dengan orang yang diperiksa berhadapan dengan petugas dan dimulai dari kepala (muka, cuping telinga kiri, pipi kiri, cuping telinga kanan, pipi kanan, hidung, mulut, dagu, leher bagian depan).
Penderita diminta untuk memejamkan mata, untuk mengetahui fungsi saraf dimuka. Semua kelainan kulit di perhatikan.
2) Pundak kanan, lengan bagian belakang, tangan, jari-jari tangan (penderita diminta meluruskan tangan ke depan dengan telapak tangan menghadap ke atas), telapak tangan, lengan bagian dalam, ketiak, dada dan perut ke pundak kiri, lengan kiri dan seterusnya (putarlah pendenita pelan-pelan dan sisi yang satu ke sisi yang lainnya untuk melihat sampingnya pada waktu memeriksa dada dan perut).
3) Tungkai kanan bagian luar dari atas ke bawah. bagian dalam dan bawah keatas, tungkai kin dengan cara yang sama.
4) Yang diperiksa kini diputar sehingga membelakangi petugas dan pemeriksaan dimulai lagi dari;
5) Bagian belakang telinga, bagian belakang leher, punggung, pantat, tungkai bagian belakang dan telapak kaki.
Perhatikan setiap bercak (makula), bintik-bintik (nodulus), jaringan parut, kulit yang keriput dan setiap penebalan kulit. Bilamana meragukan, putarlah penderita pelan-pelan dan periksa pada jarak kira-kira ½ meter.
Perhatikan kelainan dan cacat yang terdapat pada tangan dan kaki seperti atropi, jari kiting, pemendekan jari dan ulkus. Pada pemeriksaan pandang tentukan kelainan kulit yang akan dites berikutnya.
b. Pemeriksaan Rasa Raba pada Kelainan Kulit
Sepotong kapas yang dilancipkan dipakai untuk memeriksa rasa raba. Periksalah dengan ujung dari kapas yang dilancipkan secara tegak lurus pada kelainan kulit yang dicurigai. Sebaiknya penderita duduk pada waktu pemeriksaan. Terlebih dahulu petugas menerangkan bahwa bilamana merasa tersentuh bagian tubuhnya dengan kapas, ia harus menunjuk kulit yang disentuh dengan jan telunjuknya, menghitung jumlah sentuhan atau dengan menunjukkan jan tangan ke atas untuk bagian yang sulit dijangkau. Ini dikerjakan dengan mata terbuka. Bilamana hal ini telah jelas, maka ia diminta menutup matanya, kalau perlu matanya ditutup dengan sepotong kain. Kelainan-kelainan dikulit diperiksa secara bergantian dengan kulit yang normal disekitamya untuk mengetahui ada tidaknya anestesi.
Anestesi pada telapak tangan dan kaki kurang tepat diperiksa dengan kapas, gunakan bolpoin seprti dijelaskan pada bagian pencegahan cacat.
c. Pemeriksaan saraf (nervus)
Raba dengan teliti saraf tepi berikut: saraf aurikularis magnus, saraf ulnaris, saraf radialis, saraf medianus, saraf peroneous, saraf tibialis posterior (Dilapangan pemeriksaan saraf diutamakan pada saraf ulnaris, peroneus, tibialis posterior).
d. Bila hasil pemeriksaan memenuhi kriteria penyakit kusta maka catat dan gambar kelainan-kelainan yang ditemukan pada kartu penderita sesuai tanda-tanda yang telah ditentukan, jumlahnya, besarnya dan letaknya.
Perabaan (Palpasi) Saraf
1. Pemeriksa berhadapan clengan penderita.
2. Perabaan dilakukan dengan tekanan ringan sehingga tidak menyakiti penderita.
3. Pada saat meraba saraf perhatikan:
a. Apakah ada penebalan / pembesaran.
b. Apakah saraf kiri & kanan sama besarnya atau berbeda.
c. Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf..
Sementara waktu palpasi saraf melihat mimik penderita, apakah ada kesan kesakitan tanpa menanyakan sakit atau tidak.
Catatan:
Untuk dapat membedakan dengan mudah apakah ada penebalan/ pembesaran diperlukan pengalaman palpasi saraf yang normal pada orang sehat.
Teknik Perabaan Saraf1,5
1. Saraf ulnaris
a. Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah penderita dengan posisi siku sedikit sehingga lengan penderita relaks.
b. Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri pemeriksa mencari sambil meraba saraf Ulnaris di dalam sulkus nervi Ulnaris yaitu lekukan diantara tonjolan tulang siku & tonjolan kecil di bagian medial (epicondilus medialis).
c. Dengan memberi tekanan ringan pada Saraf Ulnaris — digulirkan dan menelusuri keatas dengan halus sambil melihat mimik/reaksi penderita adakah tampak kesakitan atau tidak.
Kemudian dengan prosedur yang sama untuk memeriksa saraf.ulnaris kiri (tangan kin pemeriksa memegang lengan kin penderita dan tangan kanan pemeniksa meraba saraf ulnaris kiri pendenita tersebut).
2. Saraf Peroneus Communis (Poplitea Lateralis)
a. Penderita diminta duduk di suatu tempat (kursi,tangga, dll) dengan kaki dalam keadaan relaks.
b. Pemeriksa duduk di depan penderita dengan tangan kanan memeniksa kaki kiri penderita dan tangan kiri memeriksa kaki kanan.
c. Pemeriksa meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada pertengahan betis bagian luar penderita sambil pelan-pelan meraba keatas sampai menemukan benjolan tulang (caput fibula), setelah menemukan tulang tersebut jari pemeriksa meraba saraf peroneus 1 cm ke arah belakang.
d. Dengan tekanan yang ringan saraf tersebut digulirkan bergantian ke kanan & ke kiri sambil melihat mimik / reaksi penderita.
3. Saraf Tibialis Posterior
a. Penderita masih dalam duduk relaks..
b. Dengan jari telunjuk dan tengah meraba Saraf Tibialis Posterior di bagian belakang bawah dari mata kaki sebelah dalam (maleolus medialis) dan menyilang (tangan kiri pemeriksa memeriksa saraf tibialis kiri dan tangan kanan pemeriksa memeriksa saraf tibialis posterior kanan pasien)
c. Dengan tekanan ringan saraf tersebut digulirkan sambil melihat mimik reaksi dari penderita.
0 Response to "PEMERIKSAAN KLINIS DAN CHARTING PENYAKIT KUSTA"
Post a Comment