Apa Itu Auskultasi
Auskultasi
o Penting pengetahuan fisiologi dan patofisiologi KVS à mampu memahami : apa, dimana, bagaimana mencari, mendengar, interpretasi bunyi dan bising jantung
o Sebaiknya dimulai dengan sisi mangkok, kemudian dengan diaphragma, dengan stetoskop
o Teknik Auskultasi:
§ Daerah auskultasi tradisional
· Daerah mitral di apeks
· Daerah trikuspid di parasternal kiri bawah
· Daerah pulmonal di sela iga ke 2 tepi kiri sternum
· Daerah aorta di sela iga 2 tepi kanan sternum (gb.18)
§ Dilengkapi dengan auskultasi jantung di seluruh bagian dada, punggung, leher, bahkan abdomen : deteksi bunyi dan bising jantung, bising akibat aliran turbulen arteri di rongga toraks dan abdomen
§ Biasakan dengan sistematika pemeriksaan tertentu :
· Mulai dari apeks
· Tepi kiri sternum bawah
· Ke atas sepanjang tepi kiri sternum
· Daerah infra dan supraclavicula kiri dan kanan
· Lekuk supra sternal
· Daerah karotis leher kiri dan kanan
· Seluruh sisa dada dan punggung
· Posisi pasien : telentang à miring à duduk
§ Auskultasi dimulai dengan memperhatikan bunyi jantung.
Kemudian setelah semua karakteristik bunyi jantung di identifikasi baru diperhatikan bising jantung
» Bunyi Jantung
o Bunyi akibat vibrasi pendek bunyi jantung
o Bunyi akibat vibrasi panjang lebih panjang = bising jantung
o Bunyi jantung
§ Bunyi jantung I, II, III, IV
Hampir tidak pernah ditemui

§ Irama derap
§ Klik
o Bunyi jantung I tanda fase sistolik
o Bunyi jantung II tanda fase diastolik
Kedua bunyi tersebut harus diidentifikasi secara akurat dan selalu terdengar pada setiap pasien
o Beberapa patokan :
§ Bunyi jantung I bersamaan dengan iktus cordis
§ Bunyi jantung I bersamaan dengan denyut karotis
§ Bunyi jantung I paling jelas di apeks
§ Bunyi jantung II paling jelas di sela iga 2 tepi kiri sternum
§ Bunyi jantung II normal terpecah pada inspirasi dan tunggal pada ekspirasi
§ Pada irama lambat:
Jarak bunyi jantung I dengan bunyi jantung II (= fase sistolik) lebih pendek drpd jarak antara bunyi jantung II dan bunyi jantung I (fase diastolik)
o Pada takikardi sulit
o Gb. 19
o Bunyi jantung I
§ Bunyi jantung I terjadi akibat bunyi penutupan katup atrioventrikuler
§ Komponen mitral bunyi jantung I disebut M 1
§ Komponen trikuspidnya disebut T 1
§ T 1 terjadi ± 0,03 detik setelah M1 à bunyi jantung I terpecah (split) sempit
§ Penilaian : bunyi jantung I : normal, melemah atau mengeras
§ Bunyi jantung I mengeras : defek septum atrium, stenosis mitral, stenosis trikuspid
§ Bunyi jantung I melemah : insufisiensi mitral dan trikuspid, myocarditis, pericarditis, efusi pericardium
o Bunyi jantung II
§ Bunyi jantung II terjadi dari kompleks bunyi akibat penutupan katup semiluner (aorta dan pulmonal)
§ Komponen aorta bunyi jantung II disebut A 2
§ Komponen pulmonal disebut P 2
§ Pada bayi, anak dan dewasa muda yang normal, bunyi jantung II terdengar terpecah (split) pada inspirasi dan tunggal pada ekspirasi
§ Pada inspirasi A 2 maju, P 2 mundur à bunyi jantung II terpecah
§ Pada ekspirasi bunyi jantung II tunggal/ terpecah sempit (gb. 20)
Keterangan fenomena di atas :
1. Pada inspirasi, tekanan neg intratorakal makin menurun à alir balik ke jantung kanan bertambah à pengisian atrium kanan dan ventrikel kanan bertambah à waktu ejeksi ventrikel kanan bertambah lama dan penutupan katup pulmonal (P2) lebih lambat
2. Pada inspirasi à resistensi vaskuler paru menurun à kapasitas pembuluh darah paru untuk menerima darah dari a.pulmonalis bertambah à tahanan ejeksi ventrikel kanan bertambah dan penutupan katup pulmonal (P2) lebih lambat
3. Pada inspirasi : terjadi penumpukan darah di pembuluh vena paru à alir balik ke atrium kiri bertambah à waktu ejeksi ventrikel kiri lebih pendek à A 2 terjadi lebih cepat
§ Bunyi jantung II pada anak penting
· Normal : bunyi jantung II harus terpecah saat inspirasi
· Bila tunggal pada seluruh siklus pernapasan : berarti ada obstruksi jalan keluar ventrikel kanan berat atau malposisi arteri-arteri besar
· Intensitas bunyi jantung II : normal, melemah, mengeras
· Bunyi jantung II terpecah lebar pada : right bundle branch block (RBBB), defek septum atrium, stenosis pulmonalis, gagal jantung kanan, insufisiensi mitral akut
· Kadang-kadang P2 mendahului A2 (reversed splitting):
ø Pada stenosis aorta, LBBB (left bundle branch block)
ø Pada keadaan tersebut bunyi jantung II pecahnya jelas pada saat ekspirasi dan pada inspirasi bunyi jantung II terdengar tunggal
· P2 lemah à bunyi jantung II terdengar tunggal pada seluruh siklus pernapasan : siklus pulmonalis berat, tetralogi Fallot, atresia pulmonalis, atresia trikuspidalis, transposisi arteri-arteri besar, truncus arteriosis
· P2 mengeras pada insufisiensi pulmonalis, hipertensi pulmonal
o Bunyi Jantung III
§ Nada rendah
§ 0.10 – 0.20 detik setelah bunyi jantung II
§ di apeks/ parasternal kiri bawah
§ pada anak dan dewasa muda normal
§ mengeras bila pengisian ventrikel bertambah
§ mengeras + takikardia à irama derap (patologis)
o Bunyi Jantung IV
§ Nada rendah
§ Oleh karena deselerasi darah pada pengisian ventrikel oleh atrium (bunyi atrium)
§ Tidak ada pada bayi dan anak normal
§ Terdengar pada keadaan patologi: dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikuler, fibrosis myokardium
(gb.21)
Bunyi jantung IV didengar dengan membran stetoskop yang ditekan kuat pada dinding dada : bunyi jantung IV menghilang – bunyi jantung I yang terpecah lebih jelas
» Irama Derap (Gallop Rhythm)
o Terjadi bila bunyi jantung III dan atau IV terdengar keras disertai takikardia à spt derap kuda lari
o Irama derap yang terdiri atas bunyi jantung I, II, dan III disebut : irama derap protodiastolik
o Bila t.d bunyi jantung IV, I dan II disebut irama derap presistolik
o Bila bunyi jantung III dan IV bergabung disebut irama derap sumasi (summation gallop)
o Adanya irama derap = keadaan patologik
o Pada neonatus = gagal jantung
» Opening Snap
| Bunyi pembukaan katup (mitral)
| Bunyi patologis : pada penderita dewasa = stenosis mitral (pada anak jarang)
| Terjadi setelah bunyi jantung II mendahului bising mid-diastolik (gb.22)
» Klik
o Bunyi detakan pendek bernada tinggi
o Ada beberapa jenis:
1. Klik ejeksi : stenosis aorta/ stenosis pulmonar valvular
2. klik sistolik : dilatasi aorta (tetralogi Fallot, syndroma Marfan)
3. klik midsistolik : prolaps katup mitral
(gb.23)
o pada myocarditis, cardiomegaly, pericarditis dengan efusi, edema anasarca berat : semua bunyi jantung melemah
o Pada pasien sangat kurus semua bunyi jantung mengeras (pengalaman !!!)
» Bising Jantung
o Terjadi akibat arus darah turbulen melalui jalan sempit/ jalan abnormal
o Pada setiap bising jantung harus diperinci :
1. Fase bising
Berdasar tempatnya pada siklus jantung ditentukan:
a. bising sistolik : terdengar antara bunyi jantung I dan bunyi jantung II
b. bising diastolik : terdengar antara bunyi jantung II dan bunyi jantung I
Penentuan bunyi jantung I dan bunyi jantung II secara akurat : suatu sine qua non (gb.24)
2. Kontur/ bentuk bising
a. Bising sistolik
º Bising holosistolik (pansistolik) ó mulai bersamaan bunyi jantung I à terdengar sepanjang fase sistolik à berhenti bersamaan bunyi jantung II :
i. Defek septum ventrikel
ii. Insufisiensi mitral
iii. Insufisiensi trikuspidal
º Bising sistolik dini : mulai bersamaan bunyi jantung I, dekresendo dan berhenti sebelum bunyi jantung II : defek septum ventrikel, kecil
º Bising ejeksi sistolik ó mulai setelah bunyi jantung I kresendo – dekresendo, berhenti sebelum bunyi jantung II ; terdapat pada :
« Bising inosen
« Bising fungsional
« Stenosis pulmonal
« Stenosis aorta
« Defek septum atrium
« Tetralogi Fallot
º Bising sistolik akhir ó mulai setelah pertengahan fase sistolik, kresendo, berhenti bersamaan dengan bunyi jantung II :
« Insufisiensi mitral kecil
« Prolaps katup mitral
b. Bising diastolik
º Bising diastolik dini ó mulai bersamaan bunyi jantung II, dekresendo, berhenti sebelum bunyi jantung I:
« Insufisiensi aorta
« Insufisiensi pulmonal
º Bising middiastolik (diastolik flow murmur) ó akibat aliran darah berlebih (stenosis relatif katup mitral/ trikuspid)
« Defek septum ventrikel besar
« Ductus arteriosus persisten besar
« Defek septum atrium besar
« Insufisiensi mitral/ trikuspidal berat
º Bising diastolik akhir/ bising presistolik ó mulai pertengahan fase diastolik, kresendo, berakhir pada bunyi jantung I :
« Stenosis mitral organik
c. Bising diastolik dan sistolik
º Bising kontinu ó mulai setelah bunyi jantung I, kresendo, capai puncak pada bunyi jantung II, dekresendo – berhenti sebelum bunyi jantung I berikut :
« Ductus arteriosus persisten
« Fistula arteri - vena
º Bising to and fro ó kombinasi bising ejeksi sistolik dan diastolik dini, pada:
« Stenosis aorta + insuf aorta, stenosis pulm + insuf pulm
3. Derajat bising
• Intensitas bising dinyatakan dalam 6 (enam) derajat : (Gb. 24)
§ Derajat 1/6 : sangat lemah (hanya oleh yang berpengalaman)
§ Derajat 2/6 : lemah tapi mudah terdengar – penjalaran minimal
§ Derajat 3/6 : keras, tapi tak disertai getaran bising – penjalaran sedang
§ Derajat 4/6 : disertai getaran bising – penjalaran luas
§ Derajat 5/6 : sangat keras – terdengar bila stetoskop ditempelkan sebag saja pd dinding dada – penjalaran luas
§ Derajat 6/6 : terdengar meskipun stetoskop diangkat dari dinding dada – penjalaran sangat luas
4. Pungtum maksimum bising (yg paling keras)
Tempat terdengar yang paling keras :
o Bising mitral di apeks
o Bising trikuspid di parasternal kiri bawah
o Bising pulmonal di sela iga ke-2 tepi kiri sternum
o Bising aorta di sela iga ke 2 tepi kanan atau kiri sternum
5. Penjalaran bising
Arah bising paling baik dijalarkan:
o Bising mitral ke lateral/ aksila
o Bising pulmonal ke sepanjang tepi kiri sternum
o Bising aorta ke apeks dan daerah karotis
6. Kualitas bising
º Dapat terdengar spt meniup (blowing) spt defek dan insuf mitral
º Dapat “rumbling” spt pada stenosis mitral
7. Perubahan intensitas bising dengan perubahan posisi dan respirasi
ø Bising mitral mengeras : pada miring ke kiri
ø Bising pulmonal dan aorta mengeras : pada menunduk
ø Bising jantung kanan mengeras pada inspirasi
0 Response to "Apa Itu Auskultasi"
Post a Comment