Layanan Kesehatan Rujukan: Sekunder dan Tertier

Sebagai rujukan dari layanan kesehatan primer atau puskesmas, Pemerintah Kuba menyediakan rumah-rumah sakit. Rumah sakit rujukan pertama atau secondary health care di Kuba berupa rumah sakit yang disediakan bagi masyarakat Kuba yang membutuhkan layanan rawat inap dan rujukan. Pembagian peran administrasi pemerintahan dalam penanganan program dan layanan kesehatan sangat jelas, rumah sakit rujukan pertama di Kuba merupakan tanggung jawab dari pemerintah provinsi sementara puskesmas merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.

Layanan kesehatan tertinggi di Kuba berupa layanan kesehatan tertier atau tertiary health care diwujudkan dalam bentuk layanan rumah sakit-rumah sakit nasional dan pusat penelitian kedokteran tingkat tinggi yang mampu memberikan layanan kesehatan bertaraf internasional. Rumah sakit rujukan dan pusat penelitian ini merupakan tanggung jawab badan-badan rumah sakit dan semuanya dalam koordinasi Ministrio Salud Publica atau Departemen Kesehatan Masyarakat.

Pada saat itu, rombongan berkesempatan mengunjungi rumah sakit pusat di Kuba yaitu RS Hermanos Almeijeras, Rumah Sakit dan Pusat Penelitian Oncology, dan RS Pusat Restorasi Syaraf (CIREN). Di ketiga rumah sakit pusat itu kami sempat menyaksikan bagaimana pelayanan kesehatan tingkat tinggi diberikan kepada para pasien warga Kuba dan pasien internasional dari negara Amerika Latin, Afrika dan Eropa.

RS Hermanos Almeijeras adalah rumah sakit umum rujukan tertinggi yang memberikan layanan hospitalisasi untuk seluruh jenis penyakit. Rumah sakit ini terletak lebih kurang 1 km dari pantai Havana. Sepintas rumah sakit yang memiliki 950 tempat tidur ini mirip RSCM, karena berukuran besar dan luas seperti halnya RSCM. Kembali, yang mencolok perbedaannya dengan rumah sakit di Indonesia adalah masalah perawatan dan kebersihan ruangan rumah sakit. Rumah sakit ini sudah cukup tua dan pernah kebanjiran akibat bencana tsunami beberapa tahun lewat. Tapi hal itu tidak kelihatan karena dirawat dengan baik walaupun kalau melihat dinding-dindingnya terkesan kusam karena telah beberapa tahun tidak dicat lagi.

Saat itu kami diajak berkeliling melihat-lihat ruang-ruang perawatan rumah sakit. Kami diajak ke unit rawat jalan untuk terapi kimia bagi penderita kanker. Di ruang tunggu beberapa pasien dengan sabar menunggu giliran. Sementara itu di ruang terapi beberapa pasien sedang menjalani terapi. Ruang terapi sederhana dan terdapat empat buah kursi duduk biasa yang tempat pasien menerima terapi bersama-sama dan mereka bisa saling berkomunikasi atau mengobrol sesama mereka sambil menjalani terapi. Untuk pasien yang tak mampu duduk disediakan kamar terapi seperti biasa.

RS Hermanos Almeijeras ini terdiri atas 12 lantai. Pada lantai kesebelas terdapat beranda terbuka yang beratap dan menghadap ke pantai Havana. Pada pagi dan sore hari di beranda ini para perawat membawa pasien, yang mampu untuk dibawa pergi, untuk menikmati pemandangan pantai Havana. Disana pasien bisa bercengkrama menikmati segarnya udara di Kota Havana dan hal itu diyakini sebagai bagian dari terapi rumah sakit yang bermanfaat untuk mempercepat kesembuhan.

Di RS Oncology kami di terima secara resmi oleh jajaran direktur RS dan para dokter senior penanggung jawab pelayanan RS, kepala bagian hubungan masyarakat, serta seorang professor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Havana yang menjadi konsultan epidemiologi serta statistik RS. Menurut penjelasan mereka, di RS ini pelayanan tingkat tinggi dan menyeluruh untuk pelayanan kanker diberikan dan didukung dengan penelitian yang mendalam. Salah satu kerhasilan dari RS ini dalam penelitian adalah mengembangkan berbagai vaksin dan obat terapi kanker. Karena terus berkembang maka bagian penelitian RS ini kemudian dikembangkan menjadi sebuah BUMN pusat penelitian yang disebut Centro de Inmunologia Molecular (CIM atau pusat penelitian biologi molekular) yang telah memproduksi berbagai antibody monoklonal, recombinan, dan chemo therapy dan telah memasarkan ke luar negeri.

Kami sempat diajak ke ruang perawatan anak yang menderita berbagai kanker dan tumor. Di ruang itu terdapat sepuluh tempat tidur yang dilengkapi dengan dapur dan tempat bermain anak. Saat itu sedang dirawat sekitar 8 anak berbagai usia dan setiap anak ditemani oleh satu orang tua mereka yang menggunakan baju seragam khusus. Walaupun itu ruang rawat inap anak tak terdengar tangisan anak padahal mereka dirawat bersama-sama. Gambaran keadaan yang ada adalah anak-anak yang sedang dirawat namun berwajah ceria karena mereka diperbolehkan main video-game, menonton televisi, memainkan mainan secara bersama-sama walaupun di tangan mereka tertancap selang infus. Rumah sakit di Kuba umumnya tidak memiliki kelas-kelas kamar, kecuali untuk ruang rawat inap bagi pasien internasional yang meminta pelayanan khusus. Oleh karenanya suasana kebersamaan terasa sekali karena tak ada perbedaan perlakukan kepada setiap pasien.

Kami pun sempat meninjau ruang radio therapi. Di ruang ini berbagai alat canggih kedokteran untuk radio terapi penyakit kanker disediakan, semuanya cuma-cuma untuk warga Kuba. Bahkan kami sempat melihat pasien sedang menjalani radioterapi dengan sebuah alat radio terapi yang sangat canggih buatan Inggris, yang menurut Direktur Penunjang Medik RS Kanker Dharmais berharga belasan milyar rupiah yang mana RSK Dharmais baru berencana membelinya tahun ini.

Rumah sakit terakhir yang kami kunjungi adalah Centro Internacional de Reastaracion Nurologia (CIREN atau Pusat Internasional untuk Restorasi Neurlogi). Rumah sakit berbasis penelitian kedokteran tingkat tinggi ini memberikan pelayanan untuk melakukan perbaikan atau restorasi bagi berbagai penyakit saraf seperti rehabilitasi saraf, anti penuaan (ageing), dan penyakit parkinson. Ke sinilah legenda tinju kelas berat dunia Muhammad Ali pernah berobat beberapa kali.

Kami berkesempatan mengunjungi tempat rehabitasi saraf, tepatnya pada bagian fisioterapi. Saat itu kami melihat beberapa pasien yang sedang dirawat. Pasien yang datang bukan hanya warga Kuba, namun dari Mexico, Venezuela, Brazil dan bahkan saat itu ada seorang warganegara Inggris yang sedang dirawat akibat patah tulang kaki yang membuatnya lumpuh. Kami saat itu menyaksikan beberapa pasien penderita parkinson sedang menjalani terapi, pasien pasca stroke yang sedang menjalani pemulihan, dan seorang pasien yang sedang menjalani terapi bicara. Pada saat itu menjelang sore hari, kami melihat beberapa pasien kembali ke ambulan menuju ke tempat penginapan masing-masing. Sesuai dengan kemampuannya pasien diminta untuk berjalan dari ruang rehabilitasi menuju ambulan. Ada yang tertatih-tatih berusaha berjalan, ada yang mempergunakan kruk, dan ada yang menggunakan kursi roda. Para perawat mengawasi dari dekat dan tidak memberikan pertolongan langsung karena tidak dibutuhkan. Hal ini mereka lakukan agar pasien tumbuh kepercayaan dirinya untuk mau berusaha agar proses penyembuhan berjalan lebih cepat.

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Layanan Kesehatan Rujukan: Sekunder dan Tertier"

Post a Comment