STUDI TENTANG PERAN KADER POS MALARIA DESA (POSMALDES) DI KOTA KUPANG
Erny E. Pua Upa 1, Elisabeth Laure 2
Abstract: Health is human basic
rights which needs attention from all elements of society, therefore all
elements of society important role to determine success, autonomy and
continuity of the health program. Among other things community plays. The
establishment of village malaria post cadres (posmaldes) is one of the
community roles. Posmaldes is an umbrella of communication and health
information and community development in order to deal with malaria on their
own based. Based one the data from health department of East Nusa Tenggara Province ,
posmaldes has been built in Kupang since 2004, that consist of 12 posmaldes and
35 cadres. On Oebobo subdistrict
of Kupang has 6 (six)
posmaldes and 18 cadres. The purpose of this research is to know the role of
posmaldes cadres in Oebobo subdistrict
of Kupang City. This
study was a descriptive analytic using qualitative approach. The source of this
research is from the posmaldes cadres in Oebobo subdistrict that consists of 18
people. Data analysis is aimed at
knowing the role of posmaldes cadres with objective description based on
interview result in the research field. The result of research shows that posmaldes
cadres do their job successfully, for example : the cadres found surferers of
malaria, diagnosed them, gave medical treatment, succeed the process of survey,
motivated the community and collected the reports; each of them collected a 100 % report, the cadres that made the
health illumination of malaria were 88,88 % of people, those that helped
vectors control were 66,67 % of people and those that made patient reference
were 22,22 % of people.
Key words: Cadres Role,
Posmaldes
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peran
serta masyarakat sangat menentukan terhadap keberhasilan, kemandirian dan
kesinambungan pembangunan kesehatan, hal ini berdasarkan hasil pengamatan,
pengalaman lapangan serta peningkatan cakupan program yang dikaji secara
statistik (Depkes, 1997). Oleh karena itu peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan terus
dipupuk karena kesehatan bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan kesehatan
(provider), melainkan juga merupakan
masalah masyarakat sendiri (consumer).
Salah satu bentuk peran serta masyarakat adalah memberdayakan masyarakat
melalui pembentukan kader Pos Malaria Desa (Posmaldes).
Posmaldes
merupakan wadah komunikasi dan informasi kesehatan serta pengembangan
masyarakat dalam rangka penanggulangan malaria atas dasar swadaya masyarakat.
Disamping itu Posmaldes juga dapat didefinisikan sebagai tempat dimana
masyarakat dengan mudah memperoleh pelayanan pengobatan malaria di bawah
pengawasan tenaga kesehatan yakni petugas Puskesmas atau Pustu yang
membawahinya (Dinkes,2004).
Pembentukan
Posmaldes ini merupakan hasil kerjasama Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(Depkes RI) dengan Global Fund AIDS, TB dan Malaria (GFATM) sebagaimana
tertuang dalam MOU yang ditandatangani tahun 2003. Pembiayaannya berasal dari
dana Global Fund ditambah APBN dan APBD. Di Indonesia, Posmaldes dipusatkan di
bagian timur Indonesia yang terkenal sebagai daerah endemik malaria yaitu
Papua, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di Propinsi NTT berdasarkan Annual Malaria Incidence (AMI), tercatat angka kejadian malaria
tahun 2003 sebesar 196,56 ‰, angka yang masih jauh dari standar nasional yakni
AMI di bawah 50 ‰ yang bisa menyatakan daerah tersebut bebas malaria. Oleh
karena itu NTT mendapat dana GFATM untuk pendirian Posmaldes. Sejak tahun 2004
sampai sekarang, Posmaldes sudah ada di delapan Kab/kota di NTT yaitu Kota
Kupang, Kab. Kupang, TTS, TTU, Belu, Sumba Timur, Sumba Barat dan Alor karena
ke delapan Kab./Kota memiliki angka kesakitan malaria yang cukup tinggi (Dinkes
Prop. NTT,2005).
Diakui bahwa keberadaan Posmaldes memberi hasil yang baik
terhadap upaya menurunkan angka kejadian malaria. Di Kab. TTU jumlah penderita
malaria mengalami penurunan yang sangat signifikan setelah terbentuknya
Posmaldes dari tahun 2004 sampai tahun 2006 (Pos Kupang, 2007).
Dari hasil kunjungan rombongan kepala Dinas Kesehatan
Sumba Barat dan Suara Pembaruan ke Desa Praikaroku Jangga, Kecamatan Umbu
Ratunggai, Kab Sumba Barat, diketahui bahwa masyarakat sangat terbantu dengan
keberadaan Posmaldes. Menurut Yunus Kataucu Djewa Harang salah satu kader
Posmaldes di Desa Praikaroku Jangga, penderita malaria mendatangi Posmaldes
untuk diperiksa atau mengambil obat
(Suara Pembaruan, 2005).
Kota Kupang adalah daerah yang sudah memiliki Posmaldes
sejak tahun 2004 dan sudah memberikan hasil yang nyata yaitu dengan menurunnya
AMI. Hal ini terlihat dalam Tabel 1
Tabel
1. Angka Kejadian Malaria, Jumlah Posmaldes Dan Jumlah Kader Posmaldes Di Kota
Kupang Tahun 2006
|
Sumber: Dinkes Kota Kupang tahun 2006
Melihat pentingnya keberadaan posmaldes maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang peran kader
posmaldes. Secara umum tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui peran kader Posmaldes di
Kecamatan Oebobo, Kota Kupang. Sedangkan tujuan khusus adalah mengetahui
kegiatan kader Posmaldes dalam menemukan penderita malaria, melakukan diagnosa
kepada penderita malaria, melakukan pengobatan secara klinik kepada penderita
malaria, melakukan rujukan penderita malaria, melakukan penyuluhan malaria,
membantu kegiatan pemberantasan vektor malaria, menggerakkan masyarakat untuk
pemberantasan malaria, membantu kegiatan survey yang dilakukan oleh petugas
Puskesmas, dan peran kader dalam membuat laporan ke Puskesmas.
Pos Malaria Desa (Posmaldes)
Posmaldes mempunyai dua tujuan besar yakni tujuan umum
dan tujuan khusus. Tujuan umumnya adalah menurunkan angka kesakitan malaria dan
kematian terutama di daerah yang jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan
(daerah sulit). Sedangkan tujuan khususnya adalah menampung seluruh kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat dalam penanggulangan malaria agar dapat
terlaksana secara terencana, terarah, terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan
sehingga dapat memberi hasil optimal dalam penemuan dan pengobatan penderita
serta pencegahan penularan malaria (Dinkes, 2004).
Posmaldes tidak didirikan pada semua daerah melainkan ada
syarat dimana suatu daerah menjadi tempat berdirinya Posmaldes. Sarat pendirian
posmaldes meliputi berada pada desa atau dusun yang endemis malaria tinggi, daerahnya
sulit memperoleh pelayanan dari unit pelayanan kesehatan (Puskesmas) karena
transportasi sulit dan diutamakan untuk masyarakat marginal atau miskin
(Dinkes, 2004).
Sesuai dengan definisinya, Posmaldes merupakan tempat
dimana masyarakat dapat dengan mudah memperoleh pelayanan pengobatan malaria.
Pekerja dari Posmaldes tersebut disebut kader, yakni seorang yang dipilih oleh
masyarakat untuk bekerja sebagai kader malaria secara sukarela, untuk ikut
serta dalam upaya pencegahan dan penanggulangan malaria yang ada diwilayahnya,
dan yang telah mendapat pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan diagnosa dan memberikan pengobatan malaria
(Dinkes, 2004).
Seorang kader Posmaldes harus memenuhi beberapa kriteria
sebagai berikut: Bertempat tinggal di wilayah RT/RW yang bersangkutan sehingga
pelayanannya benar-benar dirasakan masyarakat, mempunyai cukup waktu untuk
melaksanakan tugas sebagai kader sehingga pekerjaan kader tidak terbengkalai,
mau bekerja secara sukarela karena kader mempunyai tugas yang cukup banyak dan
menuntut tanggung jawab yang tidak sedikit. Sarat kader posmaldes yang lain
adalah : mau dilatih untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan karena kader
bukan berasal dari orang berlatar belakang pendidikan kesehatan melainkan
masyarakat umum, bisa membaca dan menulis karena kader bertanggung jawab
terhadap pencatatan dan pelaporan kepada Puskesmas dan pemberian obat kepada
penderita, diterima oleh masyarakat sehingga memudahkan interaksi dengan
masyarakat dan pelaksanaan tugasnya di masyarakat, juga seorang kader
diharapkan mampu menyelesaikan masalah di masyarakat dan mampu bekerja sesuai
prosedur yang ada (Dinkes, 2004).
Dalam menjalankan tugasnya, kader Posmaldes akan
berinteraksi dengan masyarakat sehingga untuk memilih seorang kader harus
melibatkan tokoh masyarakat. Mekanisme
perekrutan kader adalah sebagai berikut :
Advokasi
Untuk
mendapat dukungan dari pengambil keputusan ditingkat kecamatan perlu dilakukan
advokasi tentang perlunya pembentukan Posmaldes untuk mendekatkan pelayanan
kesehatan di daerah endemis malaria yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan.
Sasaran advokasi adalah : Muspida, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan,
PPL Kecamatan, PU Kecamatan, KUA.
Sosialisasi
Sosialisasi
dilakukan secara bertahap mulai dari tingkat kecamatan, desa dan dusun.
Materi-materi yang disosialisasikan adalah : Situasi malaria di wilayah kerja
Puskesmas, kerugian ekonomi akibat malaria, dampak/ akibat bahaya malaria,
penemuan dan pengobatan penderita, faktor resiko terjadinya penularan malaria,
pembentukan Posmaldes.
Pembentukan Tim Malaria Kecamatan
Tim
malaria kecamatan yang dibentuk anggotanya terdiri dari : Camat sebagai ketua,
Kepala Puskesmas sebagai sekrataris, Kepala cabang dinas pendidikan kecamatan
sebagai anggota, PU kecamatan, PKK, LSM, Toga/Toma. Agar Posmaldes mendapat
dukungan dari masyarakat secara berkesinambungan, perlu mendapat dukungan dari
pimpinan setempat baik pemerintah maupun sektor terkait seperti masyarakat,
LSM, swasta, organisasi profesi dan Toma/Toga.
Penentuan Lokasi
Lokasi
Posmaldes disesuaikan dengan daerah endemis malaria yang sulit dijangkau oleh
pelayanan kesehatan.
Penentuan
Tenaga
Tenaga
yang direkrut untuk menjadi kader posmaldes perlu memenuhi kriteria sebagai
berikut : penduduk setempat, diterima oleh masyarakat, dapat membaca dan
menulis, bersedia bekerja secara sukarela, dipilih secara bersama sama oleh
masyarakat dengan diketahui oleh kepala desa atau lurah (Depkes, 1999).
Tugas dan Fungsi Kader Posmaldes
Kader
yang telah dipilih oleh masyarakat, memiliki tanggung jawab sebagai berikut :
Menemukan penderita baik yang dilakukan secara aktif maupun pasif. Yang
dimaksudkan dengan penemuan penderita secara aktif yakni kader melakukan
kegiatan kunjungan rumah untuk menemukan penderita dengan gejala klinis
malaria. Yang diharapkan disini adalah kader menemukan penderita
sebanyak-banyaknya dari kunjungan rumah tersebut. Setelah ditemukan penderita,
kader melakukan kunjungan untuk mengetahui apakah penderita meminum obat secara
teratur atau tidak. Sedangkan penemuan penderita secara pasif yakni kader
menunggu penderita datang ke Posmaldes untuk berobat (Dinkes, 2004).
Selanjutnya, kader melakukan pemeriksaan klinis.
Penderita dengan gejala klinis seperti demam berkala, menggigil disertai sakit
kepala, pusing, mual dan muntah diberi obat anti malaria, yang diminum setelah
makan selama tiga hari. Pengobatan pencegahan juga dilakukan kader kepada ibu
hamil diatas 3 bulan dengan dosis tunggal yakni dua tablet seminggu (Dinkes,2004).
Kader juga melakukan rujukan penderita ke tempat
pelayanan terdekat baik Pustu, Puskesmas maupun Rumah Sakit. Penderita yang
dirujuk adalah penderita yang sudah minum obat sesuai petunjuk selama tiga hari
tetapi tidak ada perubahan. Gejala-gejala yang dialami penderita rujukan adalah
: kejang-kejang, tidak sadar, mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja,
tingkah laku berubah, kuning pada mata, kencing warna teh tua, nafas cepat,
panas tinggi, pingsan, dan muntah terus menerus. Disamping itu penderita yang
dirujuk adalah ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari tiga bulan
(Dinkes,2004).
Selain kegiatan pengobatan, kader juga memiliki fungsi
sebagai penyuluh malaria yakni memberikan penerangan atau penjelasan tentang
malaria kepada masyarakat baik yang dilakukan dengan target perorangan maupun
kelompok. Secara perorangan, kader dapat melakukan penyuluhan pada saat
penemuan dan pengobatan kasus baik secara aktif maupun pasif dengan materi :
gejala klinis penyakit malaria, bagaimana minum obat yang benar, penyebab
malaria, cara penularan, pencegahan dan bahaya penyakit malaria.
Penyuluhan kelompok biasanya dilakukan di tempat–tempat
umum seperti gereja, masjid, posyandu, sekolah, dan dalam kegiatan PKK.
Kegiatan penyuluhan ini bukan saja oleh kader tetapi juga bisa oleh tokoh
masyarakat dengan materi : gejala – gejala penyakit malaria, cara minum obat
yang benar, penyebab, cara penularan, pencegahan dan bahaya malaria, manfaat
Posmaldes bagi masyarakat, pencegahan gigitan nyamuk, pemberantasan sarang nyamuk
dengan membersihkan lumpur pada genangan air, menebar ikan pemakan jentik,
mengalirkan genangan air, serta membersihkan semak – semak di sekitar rumah
(Dinkes,2004).
Kegiatan lain yang juga menjadi tugas kader
adalah membantu petugas Puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan pemberantasan
vektor malaria setelah dilakukan pemetaan dari penemuan kasus. Pemberantasan
vektor dilakukan berdasarkan pertimbangan
REESA .
Rasional yakni Lokasi kegiatan pemberantasan vektor yang
diusulkan memang terjadi penularan dan tingkat penularannya memenuhi kriteria
yang ditetapkan secara langsung dalam kegiatan kerja bakti membersihkan tempat
– tempat yang diduga merupakan tempat perindukan vektor malaria setelah ada
penemuan kasus.
Efektif yakni Dipilih salah satu metode/jenis kegiatan
pemberantasan vektor atau kombinasi
kedua metode yang saling menunjang, dan metode tersebut dianggap paling
berhasil mencegah atau menurunkan penularan. Pemilihan metode yang efektif
perlu didukung data epidemiologi, entomologi dan KAP masyarakat.
Efisien yakni Diantara beberapa metode kegiatan pemberantasan
vektor yang efektif harus dipilih metode yang biayanya paling murah.
Sustainable yakni kegiatan pemberantasan vektor yang dipilih harus
dilaksanakan secara berkesinambungan sampai mencapai tingkat penularan
tertentu, dan hasil yang sudah dicapai harus dapat dipertahankan dengan
kegiatan yang lain yang biayanya lebih murah, antara lain dengan penemuan dan
pengobatan penderita.
Acceptable yakni kegiatan yang dilaksanakan harus dapat diterima dan
didukung oleh masyarakat setempat.
Kegiatan pemberantasan vektor dapat dilakukan antara lain
: (untuk nyamuk dewasa) penyemprotan rumah, pencelupan kelambu dengan
insektisida, (untuk larva) Biological
Control yakni penebaran ikan pemakan jentik khusus untuk daerah yang
terdapat tempat perindukan vektor potensial,
air permanen dan cocok untuk perkembangbiakan ikan pemakan jentik, Larvaciding : diusulkan untuk desa High
Case lncidence (HCI) setelah dilakukan pemetaan Tempat Perindukan Potensial
(TPP) yang tidak luas, tidak terlalu menyebar, jarak dengan pemukiman penduduk
masih dalam jarak terbang vektor (2 km) dan periode waktu di tempat perindukan
tersebut diketahui (Depkes, 1999).
Kader juga berperan melakukan kegiatan pemberantasan
vektor bersama petugas Puskesmas setelah ditemukan penderita. Survey dilakukan
pada semua penghuni rumah penderita dan empat rumah sekitarnya. Kegiatan survey
tersebut bisa berupa :Mass Fever Survey
(MSF) untuk tujuan konfirmasi, dilakukan di wilayah yang secara historis pernah
HCl dan kunjungan kader tidak teratur; Malariometric
Survey Dasar (MSD), dilakukan di wilayah sampel yang terletak di desa
indeks dimana jumlah kasus malarianya terbanyak dan desa indeks tersebut
mewakili satu wilayah epidemioligi tertentu (seperti persawahan, dan
sebagainya) yang belum dilakukan pemberantasan vektor (Depkes, 1999).
Seorang kader Posmaldes diharapkan juga mampu
menjalankan fungsi sebagai inspirator atau penggagas dan motivator atau
penggerak kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan di masyarakat. Selanjutnya
kader harus memberi teladan dengan turut menjadi pelaksana kegiatan di
masyarakat dan mampu menjadi penghubung antara masyarakat dengan lembaga
swadaya masyarakat atau instansi seperti Puskesmas (Dinkes, 2004).
Sebagai tenaga yang berada di bawah Puskesmas, kader
mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan setiap bulan untuk hal – hal yang
berhubungan dengan hasil kerja, penggunaan obat dan peralatan Posmaldes.
Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan kader meliputi : pencatatan kasus yang
dilakukan setiap ada penemuan kasus pada buku register penderita, pencatatan
penerimaan dan penggunaan obat, slide dan bahan lain dilakukan setiap ada
penerimaan dan penggunaan dan pencatatan kematian yang diduga karena malaria
setiap ada kematian (Dinkes, 2004).
Keberhasilan Posmaldes dapat diukur dengan : Adanya
penemuan penderita klinis malaria baik secara aktif maupun pasif, penderita
minum obat secara lengkap sesuai dengan aturan minum yang diberikan, adanya
laporan kasus dari Posmaldes ke Puskesmas, adanya peta rumah penderita dan
tempat perindukan di Posmaldes dan tidak terjadinya kematian karena malaria
serta menurunnya absensi anak sekolah kasus malaria (Dinkes, 2004).
CARA
PENELITIAN
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
menggunakan pendekatan kualitatif untuk
mendapatkan informasi tentang peran kader posmaldes. Penelitian
ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Oebobo dan Wilayah Kerja Puskesmas
Bakunase. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 18 orang kader posmaldes.
Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yakni Penemuan Penderita Malaria, Diagnosa Penderita Malaria, Pengobatan Klinis
Malaria, Rujukan penderita Malaria, Penyuluhan Malaria, Pemberantasan Vektor
Malaria, Penggerakkan Masyarakat, Membantu Kegiatan Survey Puskesmas dan Pembuatan Laporan ke Puskesmas. Variabel
terikat yakni Peran Kader Posmaldes.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kader Posmaldes melakukan perannya dengan baik, diantaranya
kader menemukan penderita, mendiagnosa penderita, melakukan pengobatan klinik,
membantu kegiatan survey, mengerakkan masyarakat dan memasukan laporan,
masing-masing sebanyak 100 %. Sedangkan jumlah kader yang melakukan peran
penyuluhan malaria sebanyak 88,88 %, membantu kegiatan pemberantasan vektor
sebanyak 66,67 % sedangkan yang terendah adalah kader yang melakukan peran
rujukan pasien sebesar 22,22 %.
Karakteristik Responden
Responden
dalam penelitian ini sebanyak 18 orang, yang tersebar di dua wilayah Puskesmas
yakni Puskesmas Oebobo sebanyak 12 orang dan Puskesmas Bakunase sebanyak 6
(enam) orang. Sebagian besar responden berusia 36 – 55 tahun (83.33 %). Bila
dilihat dari jenis kelamin dan pekerjaan maka
88,99 % berjenis kelamin perempuan dan 83,33 % ibu rumah tangga (tidak
bekerja). Hal ini menunjukan bahwa ibu rumah tangga yang tidak bekerja banyak
yang berminat menjadi kader posmaldes. Bila ditinjau dari tingkat pendidikan
maka 83.33 % tamat SMU, ini berarti
bahwa kader posmaldes mempunyai tingkat pendidikan yang memadai sehingga mampu
melaksanakan semua tugas kader.
Variabel Penemuan Penderita Malaria
Salah
satu peran kader yang nyata terlihat adalah menemukan penderita. Penemuan
penderita dapat bersifat aktif yaitu bila kader mendatangi rumah masyarakat
untuk mencari penderita malaria, sedangkan penemuan penderita bersifat pasif
adalah menunggu penderita mendatangi kader untuk mendapatkan pengobatan malaria
(Dinkes,2004).
Hasil
penelitian terhadap 18 responden menunjukan bahwa 100 % kader melakukan
tugasnya menemukan penderita baik yang bersifat aktif maupun yang bersifat
pasif. Dari hasil wawancara, kader paling sedikit menemukan 3 – 5 orang
penderita setiap bulannya yang terdiri dari penderita hasil penemuan aktif dan
pasif karena kader mencatat secara umum penderita yang ditemukan. Sementara
itu, beberapa kader juga melakukan kunjungan kepada penderita malaria yang
sedang menjalani pengobatan dari posmaldes. Data penemuan penderita yang
diperoleh dari kader menunjukan bahwa tiap tahun mengalami penurunan. Bila
dirata-ratakan maka jumlah penderita pertahun adalah sebagai berikut tahun
2004 sebanyak 1.307 orang, tahun 2005
sebanyak 1.004 orang dan tahun 2006 sebanyak 626 orang. Dari data ini diketahui
bahwa penderita malaria mengalami penurunan setiap tahunnya.
Dalam
melakukan perannya, kader malaria menerima honor sebesar Rp.75.000/ bulan.
Namun selama penelitian, ditemukan bahwa kader tidak lagi menerima honor sejak
bulan Pebruari sampai dengan Agustus
2007.
Variabel Diagnosa Penderita Malaria
Mendiagnosa
penderita adalah memastikan penyakit yang diderita penderita setelah
mendengarkan keluhan dari penderita. Seseorang dikatakan menderita malaria jika
mengalami demam berkala, menggigil disertai sakit kepala, pusing, mual dan
muntah (Depkes,2004).
Hasil penelitian menujukkan bahwa semua (100 %) responden
melakukan diagnosa terhadap pengunjung posmaldes sebalum memberikan obat anti
malaria. Kader posmaldes mendiagnosa penderita malaria jika mengalami demam
berkala, menggigil disertai sakit kepala, pusing, mual dan muntah. Diagnosa ini
sangat penting untuk menghindari kesalahan dalam penanganan terhadap penderita
malaria. Kader-kader posmaldes ini juga dibekali dengan pelatihan sebelum
direkrut menjadi kader dan diberikan buku pedoman kerja kader.
Variabel Pengobatan Klinis Malaria
Melakukan
pengobatan klinik adalah pengobatan yang diberikan terhadap penderita malaria
klinik (demam, menggigil, berkeringat, biasanya disertai dengan sakit kepala,
penderita pucat, badan terasa lemah dan mual) atau pada penderita tanpa
pemeriksaan laboratorium.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100 % responden
melakukan pengobatan klinik terhadap penderita malaria sesuai dengan pedoman
dosis obat yang diberikan kepada penderita. Melalui wawancara diketahui juga
bahwa responden tidak melakukan pengobatan kepada ibu hamil walau kader telah
dilatih untuk memberikan obat kepada ibu hamil. Jika ada ibu hamil yang
ditemukan dengan gejala malaria, kader langsung memberikan kartu rujukan untuk
dirujuk ke puskesmas. Hal ini dikarenakan kader tidak berani mangambil resiko.
Variabel Rujukan Penderita Malaria
Memberikan
rujukan kepada penderita dimaksudkan agar mendapat penanganan lebih lanjut
karena tidak ada perubahan yang berarti setelah mendapatkan pengobatan dari
pihak posmaldes. Rujukan dapat dilakukan ke Pustu, Puskesmas atau RS
(Dinkes,2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya (22,22 %)
responden yang melakukan rujukan penderita, hal ini dikarenakan penderita yang
ditemukan adalah penderita yang bukan merupakan penderita malaria sehingga
perlu mendapat penanganan dari pihak Puskesmas dan ada juga penderita yang
sudah terinfeksi malaria dari desa atau kabupaten lain sehingga ketika
ditemukan sudah dalam kondisi yang buruk. Sedangkan sebanyak (77,78 %) tidak
melakukan rujukan, karena penderita yang ditemukan merupakan penderita dengan
gejala dini sehingga setelah menjalani pengobatan dari responden penderita
langsung sembuh atau tidak ada lagi keluhan malaria.
Variabel
Penyuluhan Malaria
Yang
dimaksudkan dengan penyuluhan malaria adalah memberikan informasi kepada
masyarakat maupun penderita tentang gejala malaria, manfaat Posmaldes, cara
minum obat yang benar, penyebab malaria, cara penularan dan bahaya malaria,
cara pencegahan gigitan nyamuk dan cara pemberantasan sarang nyamuk. Penyuluhan
dapat dilakukan secara perorangan khususnya kepada penderita saat berobat dan
keluarga penderita atau kepada masyarakat di kelurahannya (Dinkes, 2004).
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 88,88 % responden melakukan penyuluhan
malaria baik kepada penderita maupun kepada masyarakat di kelompok arisan,
posyandu dan kelompok ibu gereja. Penyuluhan juga dilakukan saat bertamu ke rumah warga atau saat mengobati
penderita. Informasi yang disampaikan dalam penyuluhan meliputi gejala malaria,
manfaat Posmaldes, cara minum obat yang benar, penyebab malaria, cara penularan
dan bahaya malaria, cara pencegahan gigitan nyamuk dan cara pemberantasan
sarang nyamuk. Penyuluhan biasanya dilakukan tiga kali dalam setahun, pada
awal, pertangahan dan akhir musim hujan (berkisar bulan Nopember, Januari dan
Maret).
Responden yang tidak melakukan penyuluhan sebanyak (11,12
%). Hal ini karena responden sudah mempunyai pekerjaan lain dan ada juga yang
sudah tidak rutin lagi melakukan penyuluhan secara berkelompok tetapi lebih secara
perorangan atau kepada keluarga. Alasan lain yang dikemukakan dalam wawancara
adalah honor yang sudah tidak diterima. Walau demikian, responden masih
melakukan peran yang lain seperti masih adanya penderita yang berobat dan masih
memberikan laporan kepada Puskesmas secara teratur setiap bulannya.
Variabel
Pemberantasan Vektor Malaria
Pemberantasan
vektor malaria adalah membersihkan tempat-tempat yang dicurigai sebagai tempat
perindukan nyamuk malaria maupun penyemprotan (foging) rumah masyarakat (Dinkes,2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 66,67 %
responden terlibat dalam kegiatan pemberantasan vektor malaria. Dalam
penelitian ditemukan bahwa kegiatan yang diikuti responden antara lain :
pembagian abate dan pembersihan tempat perindukan nyamuk. Hal ini dilakukan
sebanyak dua kali dalam setahun yakni pada bulan Nopember dan bulan Maret.
Kegiatan ini dilakukan bila ada undangan dari pihak puskesmas atau dari Dinas
Kesehatan Kota Kupang untuk kegiatan di wilayah kelurahan responden. Sedangkan sisanya
(33,33 %) responden tidak terlibat dalam kegiatan pemberantasan vektor karena
sibuk dengan pekerjaannya.
Variabel
Penggerakan Masyarakat
Yang
dimaksudkan dengan penggerakkan masyarakat yaitu mengajak dan melibatkan
masyarakat untuk setiap kegiatan pemberantasan malaria atau untuk setiap
program posmaldes (Dinkes,2004)
Hasil penelitian menunjukan bahwa 100 % responden
melibatkan masyarakat dalam programnya untuk pemberantasan malaria baik
melakukan pembersihan lingkungan maupun untuk pemberantasan jentik nyamuk.
Biasanya dilakukan dua kali dalam setahun yakni pada bulan Nopember dan bulan
Maret. Hal lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah bahwa responden
mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat sehingga tidak mengalami
kesulitan ketika mengajak masyarakat terlibat dalam kegiatannya. Masyarakat
memiliki kesadaran yang tinggi untuk terlibat dalam program posmaldes, salah
satunya adalah menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Variabel
Membantu Kegiatan Survey Puskesmas
Survey
yang diikuti oleh responden adalah survey yang dilakukan oleh pihak Puskesmas
diwilayah kerjanya atau di kelurahan responden. Survey bisa berupa Mass Fever Survey (MSF), Malariometric Survey Dasar (MSD) atau
yang lainnya. (Dinkes,2004)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100 % responden pernah
terlibat dalam kegiatan survey yang di lakukan Puskesmas, namun hanya
berlangsung pada dua tahun pertama menjadi kader, hal ini dikarenakan sepanjang
tahun 2006 - 2007 pihak Puskesmas tidak lagi melibatkan responden dalam kegiatan
survey. Kegiatan survey yang pernah diikuti responden adalah Mass Blood Survey (MBS) dan survey
tempat perindukan nyamuk namun hanya dua kali dalam kurun waktu dua tahun
tersebut.
Variabel
Pembuatan Laporan Ke Puskesmas
Yang
dimaksud dengan membuat laporan ke puskesmas adalah memberikan informasi berupa
hasil kerjanya kepada pihak puskesmas antara lain pencatatan jumlah penderita
malaria yang ditemukan, pengunaan obat dan peralatan posmaldes lainnya
(Dinkes,2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100 % responden
melakukan tugasnya memasukan laporan berupa jumlah penderita yang ditemukan,
penggunaan obat dan slide kepada Puskesmas secara teratur setiap akhir bulan,
atau pada minggu pertama bulan berikutnya.
0 Response to "STUDI TENTANG PERAN KADER POS MALARIA DESA (POSMALDES) DI KOTA KUPANG"
Post a Comment