SIAPA YANG BERPARTISIPASI DAN MENGAPA


Sejauh ini kita hanya menyinggung masalah apati, tetapi dalam menyelidiki sebab-sebab untuk berpartisipasi tidak boleh tidak kita harus bertanya mengapa beberapa orang mengihindari semua bentuk partisipasi politik, atau hanya berpartisipasi pada tingkat yang paling rendah saja. Semua ini menjadi semakin penting sehubungan dengan fakta bahwa mereka yang benar-benar berpartisipasi dalam bnetuk yang paling banyak dalam aktivitas politik, merupakan minoritas dari anggota masyarakat. Macam-macam istilah diterapkan pada mereka yang tidak turut serta dan mereka dilukiskan secara berbeda-beda sebagai apatis, sinis, alienasi dan anomi.
Sejauh ini partisipasi politik, sifat yang paling penting dari seseorang yang paling apatis adalah kepasifannya atau tidak adanya kegiatan politik namun demikian adalah penting untuk dipertimbangkan, apakah apati harus dibatasi pada mereka yang menjauhkan diri dari semua tipe partisipasi poltik, atau apakah istilah tersebut harus diterapkan secara luas terhadap mereka yang menjauhkan diri dari partisipasi yang aktif.
Morris Rosenberg, mengsugestikan tiga alasan pokok untuk menerangkan apati politik. Kesimpulannya didasarkan pada satu seri wawancara tidak berstruktur yang mendalam. Alasan pertama adalah konsekwensi yang ditanggung dari aktivitas politik. Hal ini dapat mengambil beberapa bentuk individu yang merasa bahwa aktivitas politik merupakan ancaman terhadap berbagai aspek kehidupannya. Alasan Rosenberg kedua adalah individu dapat menganggap aktivitas politik sebagai sia-sia saja. Sinisme, seperti halnya apati meliputi kepasifan dan ketidak aktifan relatif, merupakan suatu sikap yang dapat diterapkan baik pada aktivitas maupun ketidak aktifan. Robert Agger dan rekanan mendefinisikan sinisme sebagai kecurigaan yang buruk dari sifat manusia dan dengan bantuan suatu alat skala sikap yang dibuat untuk mengukur derajat terhadap para responden mereka bersikap sinis, baik secara pribadi maupun secara politis.
Maka sinisme merupakan perasaan yang menghayati tindakan dan motif orang lain dengan rasa kecurigaan, bahwa pesimisme adalah lebih realistis daripada optimisme dan bahwa individu harus memperhatikan kepentingan sendiri, karena masyarakat itu pada dasarnya bersifat egosentris. Secara politisme menampilkan diri dalam berbagai cara. Seseorang yang sinis luar biasa mungkin saja merasa bahwa partisipasi politik dalam bentuk apapun juga adalah sia-sia dan tidak berguna, dengan demikian dia mengikuti barisan orang yang apatis secara total. Akan tetapi bagi orang lain sinisme mereka hanya membatasi partisipasi atau hanya dianggap sebagai satu-satunya cara realistis untuk melihat persoalan. Karena itu sinisme tidak dapat menghindari partisipasi pada semua tingkat hierarki, walaupun sinisme itu mingkin memberikan suatu penjelasan mengenai non partisipasi oleh orang-orang tertentu pada tingkat khusus.

Dalam setiap kasus, Templeton menemukan bahwa apara responden yanmg memiliki score anomi tinggi memiliki tingkat lebih rendah pada minat pengetahuan dan partisipasi polotik daripada mereka dengan score anomi rendah. Ada sedikit keraguan bahwa apati dapat diterangkan dengan sinisme, alienasi atau anomi. Namun sangat diragukan apakah secara tunggal atau secara kolektif kata-kata tersebut memeberikan penjelasan yang lengkap. Tingkah laku politik seperti dikemukakan oleh proses sosialisai politik, merupakan bagian integral dari tingakah laku sosial.
Akan tetapi penting untuk membedakan dengan jelas antara apati, sinisme, alienasi dan anomi. Didefinisikan secara sederhana apati adalah tidak ada atau kurangnya minat, sinisme adalah suatu sikap tidak senang dan kecewa, sedangkan alienasi dan anomi keduanya menyangkut perasaaan kerenggangan atau keterpisahan dari masyarakat, tetapi alienasi mempunyai ciri permusuhan, anomi dicirikan dengan kebingungan. Fakta yang terdapat mengemukakan, bahwa mereka yang apatis secara total, paling tidak adalah sinis dan lebih sering terasing atau bersifat anomis. Karena itu adalah penting untuk menghubungkan alienasi dengan ungkapan permusuhan yang ekstrim, termasuk penggunaan kekerasan. Ditengah masyarakat yang alienasi bersifat luas dan sistem politiknya hanya memiliki legitimasi yang terbatas sebagai benstuk permusuhan terhadap sistem politik khususnya dan sistem sosial pada umumnya.

Penggunaan kekerasan untuk tujuan politik dapat dianggap sebagai suatu manivestasi alienasi politik. Rasa permusuhan terhadap suatu rezim tertentu atau bahkan terhadap suatu sistem sosial tertentu tidak perlu mengambil satu bentuk kekerasan. Sejak penggunaan kekerasan untuk tujuan politik dapat dianggap sebagai manivestasi daripada alienasi politik, adalah menyesatkan untuk mengasosiasikan hal terakhir itu semata-mata dengan ketidak aktifan politik. Jelas bahwa bayak dari mereka yang aktif secara politis pada beberapa tingkat tertentu bisa bersikap sinis terhadap gejala politik dan bersikap apatis tehadap tipe partisipasi lainnya.
Sejumlah studi electoral di berbagai negara menunjukkan bahwa hasil voting ternyata banyak sekali berbeda dari kelompok pemilih yang satu dengan yang lain, dan penelitian ini telah di ikhtisarkan oleh S.M. Lipset. Semakin peka atau terbuka seseorang terhadap perang sang politik lewat kontak pribadi dan organisatoris dan lewat media massa, maka besar kemungkinan dia turut serta dalam kegiatan politik. Jelas bahwa keterbukaan atau kepekaan ini kiranya berbeda dari satu orang dengan orang lainnya, dan bagaimana pun juga hal ini merupakan bagian dari proses sosialisai politik.

Karakteristik sosial seseorang seperti status sosio ekonomisnya, kelompok ras atau etnis, usia, seks dan agamanya baik ia hidup didaerah pedesaan atau dikota, maupun ia termasuk dalam organisasi sukarela tertentu dan sebagainya, semua memepengaruhi partisispasi polotiknya. Walaupun penerimaan rangsangan politik dan sifat dari karakteristik pribadi maupun karakteristik sosial seseoran itu penting dalam mempengaruhi luasnya aktivitas politik, tetapi penting juga untuk memeprhitungkan lingkungan atau keadaan politiknya.
            Demikian pula syarat legal bagi suatu sistem pemilihan dapat mempengaruhi partisipasi politik. Faktor lain seperti sifat dari sistem partai juga penting. Perbedaan regional juga menyajikan tipe  dari factor lingkungan lainnya yang sering menjadi dasar munculnya keaneka ragaman dalam tingkah laku electoral dan bentuk-bentuk lain dari partisipasi politik. Betapapun juga diluar contoh-contoh khusus, perbedaan yang benar-benar penting dalam lingkungan politik adalah hal-hal yang memadai suatu sistem olitik yang menjadi bagian dari suatu tipe atau kelompok tertentu.
Ada cukup alasan untuk percaya, bahwa cirri-ciri pribadi karakterisik sosial seseorang adalah penting dalam semua tipe sistem politik, walaupun cirri-ciri khusus yang penting ternyata berbeda dari satu sistem ke sistem lain.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SIAPA YANG BERPARTISIPASI DAN MENGAPA "

Post a Comment