Pengertian manajemen



Banyak ahli telah mengemukakan pendapatnya mengenai definisi atau pengertian manajemen. Beberapa diantaranya merimuskan manajemen sebagai berikut :
  1. Stoner & Wankel : Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi  dan proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
  2. Terry : Manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan  yang telah ditetapkan.

Masih banyak lagi definisi atau pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai manajemen, namun demikian dari sekian banyak definisi tersebut  dapat dikatakan bahwa permasalahan manajemen berkaitan dengan usaha untuk memelihara kerjasama sekelompok orang dalam satu kesatuan serta usaha memanfaatkan sumberdaya yang lain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian sebenarnya kegiatan manajemen itu hampir selalu ada pada setiap kegiatan manusia, sebab sebagai makhluk sosial manusia akan selalu berusaha berkumpul dan bekerja sama.
Jika dilihat dari pengertian paling mendasar dari organisasi (lihat bab 4), maka dapat dilihat bahwa untuk menjalankan suatu organisasi, apapun bentuk organisasi tersebut, dibutuhkan manajemen.

Unsur-unsur manajemen
Dari pengertian manajemen di atas telah dikemukakan bahwa manajemen adalah suatu proses untuk memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan tertentu. Sumber daya manusia dan sumber daya lain tersebut disebut sebagai unsur-unsur manajemen.

Lebih lengkapnya, unsur-unsur manajemen ini dapat dikelompokkan menjadi :
  1. manusia(men).
  2. bahan (materials).
  3. mesin/peralatan (machine).
  4. metode/cara kerja (methods).
  5. modal uang (money).

Unsur-unsur ini dikenal pula sebagai 5 m, bila dinyatakan dalam bahasa inggris. Bahan (materials) tidak harus diartikan sebagai logam seperti dalam industri manufaktur logam misalnya. Ia juga bisa berarti informasi yang diolah misalkan dalam manajemen perkantoran.
Berkenaan dengan unsur-unsur atau sumber daya ini harus diingat bahwa semua itu tidak tersedia secara berlimpah-limpah. Ada keterbatasan yang mengakibatkan pemanfaatannya harus dilakukan sehemat dan secermat mungkin. Dengan demikian proses manajemen yang baik harus bisa memanfaatkan keterbatasan tersebut untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Tingkatan manajemen
Suatu organisasi mempunyai tingkatan-tingkatan tertentu yang berbeda satu sama lain. Ada tingkatan organisasi yang bersifat operasional atau pelaksanaan misalnya dalam suatu kegiatan industri adalah  operator-operator mesin, ada tingkatan yang bersifat strategis misalkan direksi.

Berdasarkan tingkatan-tingkatan organisasi inilah dapat dibedakan pula tingkatan manajemen. Pada dasarnya terdapat tiga tingkatan manajemen, yaitu :
  1. Tingkatan manajemen terbawah atau disebut juga first line management yaitu tingkatan manajemen pada tingkatan bawah dari suatu organisasi. Pada tingkatan ini manajemen berfungsi mengarahkan pekerja-pekerja operasional. Jika dilihat  dari segi perencanaan  yang dibuat pada tingkatan ini maka jangkauan perencanaan yang dibuat biasanya hanya melingkupi jangka waktu harian. Mandor-mandor berada pada tingkatan manajemen ini.
  2. Middle management sd tingkatan manajemen yang berfungsimengarahkan kegiatan dari manajemen terbawah. Perencanaan yang dibuat disini jangka waktunya bersifat menengah.
  3. Top management adalah tingkatan paling tinggi dari manajemen yang biasanya terdiri atas beberapa orang saja. Jangkauan perencanaan yang dibuat disini biasanya bersifat strategis dan meliputi kurun waktu rencana jangka panjang.

Perkembangan ilmu manajemen
Jika dilihat hakikatnya, sebenarnya proses manajemen atau kegiatan bermanajemen sudah dilakukan orang sejak dahulu, yaitu sejak manusia mulai merasa perlu untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Namun sebagai disiplin ilmu, manajemen belum cukup lama berkembang. Dapat dikatakan revolusi industri I berproduksi menjadi produksi massal menimbulkan pemikiran untuk mengelola usaha produksi tidak dengan cara’coba-coba’ lagi. Dan masa-masa selanjutnya muncul banyak hal yang mendorong perkembangan ilmu manajemen hingga mencapai kondisi seperti saat ini.
Secara kronologis, perkembangan ilmu manajemen dan sebab-sebab yang melatarbelakanginya dapat dikemukakan sebagai berikut :

  1. Manajemen ilmiah (Scientific Management) :
Manajemen ilmiah dipelopori oleh seorang Amerika bernama F. W. Taylor. Setelah revolusi industri yang mengakibatkan perubahan struktur industri di Amerika timbul masalah peningkatan produktivitas. Pada saat itu banyak orang melihat bahwa peningkatan produktivitas suatu sistem produksi dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi tenaga kerjanya.
Pendapat Taylor bahwa persoalan manajemen dapat dipecahkan secara ilmiah dimulai dengan penelitian yang dilakukan pada sebuah pabrik baja tempat Taylor bekerja. Taylor mengembangkan teknik-teknik pengukuran waktu kerja untuk menganalisis suatu pekerjaan. Dalam penelitian waktu kerja tersebut, Taylor memecahkan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan seorang pekerja menjadi elemen-elemen kerja tertentu. Taylor kemudian menetapkan kecepatan kerja yang terbaik yang harus dilakukan dan menetapkan pula metoda kerja terbaik berdasarkan elemen-elemen kerja tersebut. Waktu pengerjaan  yang menjadi standar tersebut akhirnya membawa Taylor pada pemberian upah perangsang. Bonus akan diberikan pada pekerja yang bekerja melebihi standar kerja yang telah ditentukan. Dengan cara ini Taylor mengharapkan produktivitas pekerja mengemukakan pemikiran tentang pengaturan jam dan frekuensi istirahat pekerja.
Secara garis besar pendekatan Taylor dalam pemecahan masalah-masalah manajemen berorientasi pada pendekatan ilmiah yang memiliki pola sebagai berikut :
  1. Identifikasi persoalan.
  2. Pengumpulan informasi persoalan melalui pengamatan.
  3. Perumusan hipotesis awal.
  4. Pembuktian hipotesis.
  5. Pemecahan persoalan.
Taylorlah yang memulai prinsip pemecahan masalah manajemen secara ilmisah sehingga aliran manajemennya disebut mana ilmiah (scientific management).
Pendapat-pendapat Taylor ini banyak diikuti orang pada masa itu, terlebih-lebih setelah ia membukukan hasil penelitiannya dalam buku “ Shop Management and The Principles od Scientific Management”. Pada dasarnya prinsip-prinsip dalam manajemen ilmiah yang dikembangkan Taylor adalah :
  1. Pemakaian cara-cara ilmiah dalam pecahan masalah-masalah manajemen sebagai ganti cara coba-coba.
  2. Pemilihan pekerja secara ilmiah dengan tujuan menyesuaikan kemampuan pekerja dan spesifikasi jabatan/pekerjaan.
  3. Pengembangan kerja sama yang baik antar manager dengan pekerja.
Pemikiran-pemikiran mengenai manajemen ilmiah ini diperkaya dengan pendapat-pendapat para ahli lainnya. Salah satu yang terkenal adalah pasangan suami istri Frank B. Dan Lilian M. Gilberth yang mengembangkan studi gerakan (motion study) untuk perbaikan metode kerja.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa awal perkembangan manajemen secara formal dimulai dari dunia industri. Namun demikian prinsip-prinsip yang dikembangkan disini dapat pula dipakai dalam bidang-bidang lain selain industri.
Banyak sumbangan positif yang diberikan oleh  aliran manajemen ini, seperti pengukuran waktu kerja dan konsep-konsep penetapan efisiensi, yang sampai saat ini masih digunakan. Selain sumbangan positif yang diberikan yang dirasakan adalah dalam masalah “memanusiakan pekerja”. Manajemen ilmiah dinilai memandang pekerja semata-mata hanya sebagai obyek kerja saja. Pendapat yang menyatakan bahwa bonus untuk  kelebihan kerja dapat mendorong produktivitas kerja, ternyata tidak selamanya benar. Walaupun sudah diberikan bonus ternyata perbaikan produktivitas yang dihasilkan kurang memadai. Kenyataan ilmiah yang kemudian mendorong pemikiran-pemikiran baru dikalangan ilmuwan manajemen.

  1. Pendekatan Hubungan Manusia (Human relation Behavioral Approach) :
Masalah manusia yang tidak dapat dijawab oleh pendekatan manajemen ilmiah menjadi pendorong bagi perkembangan ilmu manajemen berikutnya. Bersamaan dengan itu berkembang pula ilmu psikologi industri, yang dipelopori oleh Hugo Munsterberg, dan ilmu sosiologi yang ikut memberi pengaruh pada  ilmu manajemen.
Ditinjau dari  sudut hubungan antar manusia (human relations) praktek manajemen dapat dilihat sebagai pola hubungan antara manager (atasan) dengan bawahannya. Kondisi efisiensi kerja yang rendah merupakan petunjuk adanya hubungan yang buruk antara bawahan dan atasan. Atasan harus mengetahui faktor-faktor sosial dan faktor-faktor lain yang dapat memotivasi bawahan agar ia dapat membina hubungan yang lebih baik dengan bawahannya.
Pelopor dri aliran manajemen ini adalah Elton Mayo. Mayo merumuskan pendapatnya melalui serangkaian penelitian yang sangat terkenal, yaitu “The Hawthorne Experiments”. Berdasarkan penelitian tersebut, Mayo yang dibantu juga oleh beberapa temannya mengemukakan beberapa hasil temuannya, antara lain :
  1. Perangsang finansial atau bonus uang tidak selamanya akan meningkatkan produktivitas pekerja.
  2. Perilaku manajemen, dalam hali ini manager atau pengawas, juga mempengaruhi produktivitas pekerja. Perhatian pengawas pada bawahannya bisa memberi pengaruh baik pada produktivitas kerja.
  3.  Kelompok informal pada lingkungan pekerja yang berfungsi sebagai lingkungan sosial pekerja juga mempengaruhi produktivitas kerja.
Dalam perkembangannya, pendekatan hubungan antar manusia (human relation) ini berkembang menjadi ilmu perilaku (behavior science), dan pendekatannya dalam manajemen menjadi pendekatan perilaku. Pengikut aliran ini memandang praktek-praktek manajemen sebagai rangkaian pola tingkah laku manusia yang berperan di dalamnya. Berdasarkan pandangan tersebut, aliran manajemen ini tidak lagi melihat manusia sebagai manusia rasional dan ekonomis tetapi melihat manusia sebagai makhluk sosial (“social-man”). Kebutuhan manusia tidak hanya kebutuhan fisiologis saja (makan, rumah, pakaian) tetapi mencakup juga kebutuhan-kebutuhan lain seperti keinginan untuk diterima dan dihargai oleh orang lain yang harus dipenuhi juga dalam bekerja.
Dalam praktek manajemen, pendekatan perilaku banyak memberikan perbaikan dari segi kemanusiaan. Penemuan-penemuan yang dihasilkan pendekatan ini seperti tentang bagaimana kelompok berperilaku, bagaimana hubungan antar individu terjadi dalam bekerja, menyebabkan makin diperbaikinya cara-cara berhubungan antara atasan dengan bawahannya. Ini berarti gaya manajer mengalami perubahan dan akibatnya terjadi perubahan pada pola pelatihan manajemen (management training).
Kelemahan-kelemahan ternyata juga ada dalam pendekatan manajemen ini. Hasil-hasil penelitian dengan ilmu perilaku (behavioral science) ini seringkali sulit diterapkan dengan praktis. Lebih dari itu tingkah laku manusia itu sendiri sangat rumit, sehingga sangat sulit untuk dipelajari.

  1. Penyelidikan Operasional (Management Science) :
Perang Dunia II juga memberi pengaruh pada perkembangan ilmu manajemen. Pada saat itu pihak sekutu tengah mengembangkan teknik-teknik optimasi – operations research – untuk menghadapi pasukan kapal selam pihak Jerman. Ketika perang selesai ternyata teknik-teknik optimasi yang dikembangkan tersebut dapat dipakai dalam dunia industri, bahkan selanjutnya terjadi pengembangan terus-menerus dalam teknik optimasi tersebut. perkembangan inilah yang kemudian mempengaruhi perkembangan ilmu manajemen.
Penyelidikan operasional dikenal juga sebagai aliran kuantitatif dalam manajemen. Berbeda dengan aliran-aliran sebelumnya, aliran ini memanfaatkan matematika sebagai alat untuk memecahkan persoalan-persoalan manajemen. Aliran ini memandang manajemen sebagai suatu kesatuan logis dari tindakan-tindakan yang dapat dinyatakan secara matematis dan dapat diukur. Menurut aliran ini persoalan dalam manajemen adalah :
  1. Optimasi masukan-keluaran.
  2. Pemodelan persoalan secara matematis.
Sebagai contoh, misalkan ingin dicapai biaya penghematan produksi tanpa mengurangi mutu produk tersebut. Dengan mengadakan optimasi variabel-variabel yang mempengaruhi biaya produksi (masukan) seperti biaya untuk bahan, biaya untuk tenaga kerja, yang dengan sendirinya mempengaruhi mutu produk, maka tujuan yang diinginkan dapat dicapai.
Teknik-teknik yang dikembangkan dalam penyelidikan operasional ini tidak hanya dipakai dalam sistem produksi. Metode-metode CPM, PERT adalah metode yang dikembangkan dengan pendekatan ini yang dimanfaatkan dalam manajemen proyek.
Tidak dapat dipungkiri bahwa teknik-teknik kuantitatif tersebut merupakan alat yang sangat tangguh untuk memecahkan persoalan-persoalan dalam manajemen. Namun demikian, pemecahan tersebut hanya terbatas pada masalah manajemen yang bersifat kuantitatif seperti persediaan, perencanaan produksi, dan lain-lain. Bila masalah yang dihadapi sangat komprehensif sehingga sulit untuk dikuantitatifkan, maka pendekatan ini sulit diterapkan.
                                                                                                            
  1. Manajemen Dengan Pendekatan Sistem :
Perkembangan teknologi menyebabkan semakin rumitnya sistem produksi dan semakin pendeknya umur suatu produk. Selain itu penyebaran teknologi yang begitu cepat, ditambah dengan adanya perdagangan yang bebas menyebabkan makin ketatnya persaingan, tidak lagi antar perusahaan dalam satu negara melainkan sudah mencapai tingkatan antar negara. Hal ini menuntut pengelolaan usaha yang makin baik, yang dengan perkataan lain makin mendorong perkembangan ilmu manajemen.
Perkembangan berikutnya dari ilmu manajemen adalah manajemen dengan pendekatan sistem dan manajemen dengan pendekatan situasional (Contingency approach).
Pendekatan sistem memandang manajemen sebagai suatu sistem. Sistem itu sendiri adalah suatu kesatuan dari beberapa bagian yang disebut subsistem, dan mempunyai suatu tujuan tertentu. Setiap sistem memiliki masukan-masukan tertentu dan memiliki proses transformasi tertentu yang memproses masukan-masukan tersebut menjadi keluaran-keluaran tertentu. Sistem berada dalam suatu lingkungan tertentu yang sangat mempengaruhi, dan sifat khas lingkungan adalah sulit untuk dikendalikan. Misalkan suatu perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka situasi ekonomi, dan persaingan, merupakan lingkungan sistem (perusahaan) yang akan mempengaruhi setiap aktivitas perusahaan dan sulit untuk dikendalikan.
Manajemen yang baik harus dapat mengendalikan subsistem-subsistem yang dimilikinya dengan baik dan dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang dapat terjadi dalam lingkungan. Dengan kata lain, pendekatan ini berusaha melihat persoalan-persoalan manajemen dalam perspektif  kesatuan sebab-akibat yang bersifat menyeluruh, bukan sebagai satuan-satuan yang terpisah-pisah.
Dalam prakteknya pendekatan-pendekatan kuantitatif dalam penyelidikan operasional banyak dipakai dalam pendekatan sistem ini. Dapat dibayangkan betapa rumitnya penyesuaian yang harus dilakukan mengingat persoalan dilihat dalam perspektif kesatuan, sehingga komputer banyak dipakai dalam penerapan manajemen dengan pendekatan sistem ini.

  1. Manajemen dengan Pendekatan Situasional (Contingency Approach) :
Pengembangan lebih lanjut dari manajemen dengan pendekatan sistem adalah manajemen dengan pendekatan situsional. Pendekatan situasional ini dikembangkan berdasarkan kenyataan bahwa banyak pemecahan masalah manajemen yang efektif  di suatu tempat belum tentu berhasil di tempat lain. Timbul pendapat bahwa faktor-faktor keadaanlah (situational factor) yang menyebabkan hal-hal tersebut terjadi.
Sesuai dengan prinsipnya, maka tugas dari seorang manajer adalah mencari atau menentukan teknik-teknik manajemen yang dapat memecahkan persoalan sesuai dengan tujuan dan situasi yang dihadapi, batasan-batasan, jangka waktu yang tesedia. Sebagai contoh, bila suatu perusahaan  ingin meningkatkan produktivitas pekerjanya, manajemen dengan pendekatan perilaku akan segera mengusahakan pengembangan motivasi kerja pekerja. Tetapi dengan pendekatan situasional, pihak manajemen akan terlebih dahulu melihat keadaan pekerja. Bila pekerja msaih belum memiliki keterampilan yang baik, maka manajemen mungkin akan mengusulkan program penyederhanaan kerja (work simplification). Sebaliknya jika pekerja sudah terampil program yang mungkin baik dilakukan bukan penyederhanaan kerja, melainkan pengayaan kerja (job enrichment).
Dalam pendekatan ini kecermatan dalam memandang  setiap situasi yang rumit sangat diperlukan, dan manajerlah yang harus berperan aktif dalam menentukan apa yang baik bagi situasi yang dihadapinya itu. Pendekatan manajemen situasional ini  dikembangkan oleh beberapa ahli antara lain Fremont Kast, James Rosenzweig, Robert Kahn dan lain-lain.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian manajemen"

Post a Comment