Pengertian manajemen
Banyak ahli telah mengemukakan pendapatnya mengenai
definisi atau pengertian manajemen. Beberapa diantaranya merimuskan manajemen
sebagai berikut :
- Stoner &
Wankel : Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin,
mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
- Terry :
Manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain
untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Masih banyak lagi definisi atau pengertian yang diberikan
oleh para ahli mengenai manajemen, namun demikian dari sekian banyak definisi
tersebut dapat dikatakan bahwa
permasalahan manajemen berkaitan dengan usaha untuk memelihara kerjasama
sekelompok orang dalam satu kesatuan serta usaha memanfaatkan sumberdaya yang
lain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan demikian sebenarnya kegiatan manajemen itu hampir selalu ada pada setiap
kegiatan manusia, sebab sebagai makhluk sosial manusia akan selalu berusaha
berkumpul dan bekerja sama.
Jika dilihat dari pengertian paling mendasar dari
organisasi (lihat bab 4), maka dapat dilihat bahwa untuk menjalankan suatu
organisasi, apapun bentuk organisasi tersebut, dibutuhkan manajemen.
Unsur-unsur manajemen
Dari pengertian manajemen di atas telah dikemukakan bahwa
manajemen adalah suatu proses untuk memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber
daya lain untuk mencapai tujuan tertentu. Sumber daya manusia dan sumber daya
lain tersebut disebut sebagai unsur-unsur manajemen.
Lebih lengkapnya, unsur-unsur manajemen ini dapat dikelompokkan menjadi :
- manusia(men).
- bahan
(materials).
- mesin/peralatan
(machine).
- metode/cara
kerja (methods).
- modal uang
(money).
Unsur-unsur ini dikenal pula sebagai 5 m, bila dinyatakan
dalam bahasa inggris. Bahan (materials) tidak harus diartikan sebagai logam
seperti dalam industri manufaktur logam misalnya. Ia juga bisa berarti
informasi yang diolah misalkan dalam manajemen perkantoran.
Berkenaan dengan unsur-unsur atau sumber daya ini harus
diingat bahwa semua itu tidak tersedia secara berlimpah-limpah. Ada
keterbatasan yang mengakibatkan pemanfaatannya harus dilakukan sehemat dan
secermat mungkin. Dengan demikian proses manajemen yang baik harus bisa
memanfaatkan keterbatasan tersebut untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Tingkatan manajemen
Suatu organisasi mempunyai tingkatan-tingkatan tertentu
yang berbeda satu sama lain. Ada tingkatan organisasi yang bersifat operasional
atau pelaksanaan misalnya dalam suatu kegiatan industri adalah operator-operator mesin, ada tingkatan yang
bersifat strategis misalkan direksi.
Berdasarkan tingkatan-tingkatan organisasi inilah dapat
dibedakan pula tingkatan manajemen. Pada dasarnya terdapat tiga tingkatan
manajemen, yaitu :
- Tingkatan
manajemen terbawah atau disebut juga first line management yaitu tingkatan
manajemen pada tingkatan bawah dari suatu organisasi. Pada tingkatan ini
manajemen berfungsi mengarahkan pekerja-pekerja operasional. Jika
dilihat dari segi perencanaan yang dibuat pada tingkatan ini maka
jangkauan perencanaan yang dibuat biasanya hanya melingkupi jangka waktu
harian. Mandor-mandor berada pada tingkatan manajemen ini.
- Middle
management sd tingkatan manajemen yang berfungsimengarahkan kegiatan dari
manajemen terbawah. Perencanaan yang dibuat disini jangka waktunya
bersifat menengah.
- Top management
adalah tingkatan paling tinggi dari manajemen yang biasanya terdiri atas
beberapa orang saja. Jangkauan perencanaan yang dibuat disini biasanya
bersifat strategis dan meliputi kurun waktu rencana jangka panjang.
Perkembangan ilmu manajemen
Jika dilihat hakikatnya, sebenarnya proses manajemen atau
kegiatan bermanajemen sudah dilakukan orang sejak dahulu, yaitu sejak manusia
mulai merasa perlu untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Namun sebagai disiplin ilmu, manajemen belum cukup lama berkembang. Dapat
dikatakan revolusi industri I berproduksi menjadi produksi massal menimbulkan
pemikiran untuk mengelola usaha produksi tidak dengan cara’coba-coba’ lagi. Dan
masa-masa selanjutnya muncul banyak hal yang mendorong perkembangan ilmu
manajemen hingga mencapai kondisi seperti saat ini.
Secara kronologis, perkembangan ilmu manajemen dan
sebab-sebab yang melatarbelakanginya dapat dikemukakan sebagai berikut :
- Manajemen
ilmiah (Scientific Management) :
Manajemen ilmiah dipelopori oleh seorang Amerika bernama F. W. Taylor. Setelah revolusi industri yang mengakibatkan perubahan
struktur industri di Amerika timbul masalah peningkatan produktivitas. Pada
saat itu banyak orang melihat bahwa peningkatan produktivitas suatu sistem
produksi dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi tenaga kerjanya.
Pendapat Taylor bahwa persoalan manajemen dapat
dipecahkan secara ilmiah dimulai dengan penelitian yang dilakukan pada sebuah
pabrik baja tempat Taylor bekerja. Taylor mengembangkan teknik-teknik
pengukuran waktu kerja untuk menganalisis suatu pekerjaan. Dalam penelitian
waktu kerja tersebut, Taylor memecahkan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan
seorang pekerja menjadi elemen-elemen kerja tertentu. Taylor kemudian
menetapkan kecepatan kerja yang terbaik yang harus dilakukan dan menetapkan
pula metoda kerja terbaik berdasarkan elemen-elemen kerja tersebut. Waktu
pengerjaan yang menjadi standar tersebut
akhirnya membawa Taylor pada pemberian upah perangsang. Bonus akan diberikan
pada pekerja yang bekerja melebihi standar kerja yang telah ditentukan. Dengan
cara ini Taylor mengharapkan produktivitas pekerja mengemukakan pemikiran
tentang pengaturan jam dan frekuensi istirahat pekerja.
Secara garis besar pendekatan Taylor dalam pemecahan
masalah-masalah manajemen berorientasi pada pendekatan ilmiah yang memiliki
pola sebagai berikut :
- Identifikasi
persoalan.
- Pengumpulan
informasi persoalan melalui pengamatan.
- Perumusan
hipotesis awal.
- Pembuktian
hipotesis.
- Pemecahan
persoalan.
Taylorlah yang memulai prinsip pemecahan masalah
manajemen secara ilmisah sehingga aliran manajemennya disebut mana ilmiah
(scientific management).
Pendapat-pendapat Taylor ini banyak diikuti orang pada
masa itu, terlebih-lebih setelah ia membukukan hasil penelitiannya dalam buku “
Shop Management and The Principles od Scientific Management”. Pada dasarnya
prinsip-prinsip dalam manajemen ilmiah yang dikembangkan Taylor adalah :
- Pemakaian
cara-cara ilmiah dalam pecahan masalah-masalah manajemen sebagai ganti
cara coba-coba.
- Pemilihan
pekerja secara ilmiah dengan tujuan menyesuaikan kemampuan pekerja dan
spesifikasi jabatan/pekerjaan.
- Pengembangan
kerja sama yang baik antar manager dengan pekerja.
Pemikiran-pemikiran mengenai manajemen ilmiah ini
diperkaya dengan pendapat-pendapat para ahli lainnya. Salah satu yang terkenal
adalah pasangan suami istri Frank B. Dan Lilian M. Gilberth yang mengembangkan
studi gerakan (motion study) untuk perbaikan metode kerja.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa awal perkembangan
manajemen secara formal dimulai dari dunia industri. Namun demikian prinsip-prinsip
yang dikembangkan disini dapat pula dipakai dalam bidang-bidang lain selain
industri.
Banyak sumbangan positif yang diberikan oleh aliran manajemen ini, seperti pengukuran
waktu kerja dan konsep-konsep penetapan efisiensi, yang sampai saat ini masih
digunakan. Selain sumbangan positif yang diberikan yang dirasakan adalah dalam
masalah “memanusiakan pekerja”. Manajemen ilmiah dinilai memandang pekerja
semata-mata hanya sebagai obyek kerja saja. Pendapat yang menyatakan bahwa
bonus untuk kelebihan kerja dapat
mendorong produktivitas kerja, ternyata tidak selamanya benar. Walaupun sudah
diberikan bonus ternyata perbaikan produktivitas yang dihasilkan kurang
memadai. Kenyataan ilmiah yang kemudian mendorong pemikiran-pemikiran baru
dikalangan ilmuwan manajemen.
- Pendekatan
Hubungan Manusia (Human relation Behavioral Approach) :
Masalah manusia yang tidak dapat dijawab oleh pendekatan
manajemen ilmiah menjadi pendorong bagi perkembangan ilmu manajemen berikutnya.
Bersamaan dengan itu berkembang pula ilmu psikologi industri, yang dipelopori
oleh Hugo Munsterberg, dan ilmu sosiologi yang ikut memberi pengaruh pada ilmu manajemen.
Ditinjau dari
sudut hubungan antar manusia (human relations) praktek manajemen dapat
dilihat sebagai pola hubungan antara manager (atasan) dengan bawahannya.
Kondisi efisiensi kerja yang rendah merupakan petunjuk adanya hubungan yang
buruk antara bawahan dan atasan. Atasan harus mengetahui faktor-faktor sosial
dan faktor-faktor lain yang dapat memotivasi bawahan agar ia dapat membina
hubungan yang lebih baik dengan bawahannya.
Pelopor dri aliran manajemen ini adalah Elton Mayo. Mayo
merumuskan pendapatnya melalui serangkaian penelitian yang sangat terkenal,
yaitu “The Hawthorne Experiments”. Berdasarkan penelitian tersebut, Mayo yang
dibantu juga oleh beberapa temannya mengemukakan beberapa hasil temuannya,
antara lain :
- Perangsang
finansial atau bonus uang tidak selamanya akan meningkatkan produktivitas
pekerja.
- Perilaku
manajemen, dalam hali ini manager atau pengawas, juga mempengaruhi
produktivitas pekerja. Perhatian pengawas pada bawahannya bisa memberi
pengaruh baik pada produktivitas kerja.
- Kelompok informal pada lingkungan pekerja
yang berfungsi sebagai lingkungan sosial pekerja juga mempengaruhi
produktivitas kerja.
Dalam perkembangannya, pendekatan hubungan antar manusia
(human relation) ini berkembang menjadi ilmu perilaku (behavior science), dan
pendekatannya dalam manajemen menjadi pendekatan perilaku. Pengikut aliran ini
memandang praktek-praktek manajemen sebagai rangkaian pola tingkah laku manusia
yang berperan di dalamnya. Berdasarkan pandangan tersebut, aliran manajemen ini
tidak lagi melihat manusia sebagai manusia rasional dan ekonomis tetapi melihat
manusia sebagai makhluk sosial (“social-man”). Kebutuhan manusia tidak hanya
kebutuhan fisiologis saja (makan, rumah, pakaian) tetapi mencakup juga
kebutuhan-kebutuhan lain seperti keinginan untuk diterima dan dihargai oleh
orang lain yang harus dipenuhi juga dalam bekerja.
Dalam praktek manajemen, pendekatan perilaku banyak
memberikan perbaikan dari segi kemanusiaan. Penemuan-penemuan yang dihasilkan
pendekatan ini seperti tentang bagaimana kelompok berperilaku, bagaimana
hubungan antar individu terjadi dalam bekerja, menyebabkan makin diperbaikinya
cara-cara berhubungan antara atasan dengan bawahannya. Ini berarti gaya manajer
mengalami perubahan dan akibatnya terjadi perubahan pada pola pelatihan
manajemen (management training).
Kelemahan-kelemahan ternyata juga ada dalam pendekatan
manajemen ini. Hasil-hasil penelitian dengan ilmu perilaku (behavioral science)
ini seringkali sulit diterapkan dengan praktis. Lebih dari itu tingkah laku
manusia itu sendiri sangat rumit, sehingga sangat sulit untuk dipelajari.
- Penyelidikan
Operasional (Management Science) :
Perang Dunia II juga memberi pengaruh pada perkembangan
ilmu manajemen. Pada saat itu pihak sekutu tengah mengembangkan teknik-teknik
optimasi – operations research – untuk menghadapi pasukan kapal selam pihak
Jerman. Ketika perang selesai ternyata teknik-teknik optimasi yang dikembangkan
tersebut dapat dipakai dalam dunia industri, bahkan selanjutnya terjadi
pengembangan terus-menerus dalam teknik optimasi tersebut. perkembangan inilah
yang kemudian mempengaruhi perkembangan ilmu manajemen.
Penyelidikan operasional dikenal juga sebagai aliran
kuantitatif dalam manajemen. Berbeda dengan aliran-aliran sebelumnya, aliran
ini memanfaatkan matematika sebagai alat untuk memecahkan persoalan-persoalan
manajemen. Aliran ini memandang manajemen sebagai suatu kesatuan logis dari
tindakan-tindakan yang dapat dinyatakan secara matematis dan dapat diukur.
Menurut aliran ini persoalan dalam manajemen adalah :
- Optimasi
masukan-keluaran.
- Pemodelan
persoalan secara matematis.
Sebagai contoh, misalkan ingin dicapai biaya penghematan
produksi tanpa mengurangi mutu produk tersebut. Dengan mengadakan optimasi
variabel-variabel yang mempengaruhi biaya produksi (masukan) seperti biaya
untuk bahan, biaya untuk tenaga kerja, yang dengan sendirinya mempengaruhi mutu
produk, maka tujuan yang diinginkan dapat dicapai.
Teknik-teknik yang dikembangkan dalam penyelidikan
operasional ini tidak hanya dipakai dalam sistem produksi. Metode-metode CPM,
PERT adalah metode yang dikembangkan dengan pendekatan ini yang dimanfaatkan
dalam manajemen proyek.
Tidak dapat dipungkiri bahwa teknik-teknik kuantitatif
tersebut merupakan alat yang sangat tangguh untuk memecahkan
persoalan-persoalan dalam manajemen. Namun demikian, pemecahan tersebut hanya
terbatas pada masalah manajemen yang bersifat kuantitatif seperti persediaan,
perencanaan produksi, dan lain-lain. Bila masalah yang dihadapi sangat
komprehensif sehingga sulit untuk dikuantitatifkan, maka pendekatan ini sulit
diterapkan.
- Manajemen
Dengan Pendekatan Sistem :
Perkembangan teknologi menyebabkan semakin rumitnya
sistem produksi dan semakin pendeknya umur suatu produk. Selain itu penyebaran
teknologi yang begitu cepat, ditambah dengan adanya perdagangan yang bebas
menyebabkan makin ketatnya persaingan, tidak lagi antar perusahaan dalam satu
negara melainkan sudah mencapai tingkatan antar negara. Hal ini menuntut
pengelolaan usaha yang makin baik, yang dengan perkataan lain makin mendorong
perkembangan ilmu manajemen.
Perkembangan berikutnya dari ilmu manajemen adalah
manajemen dengan pendekatan sistem dan manajemen dengan pendekatan situasional
(Contingency approach).
Pendekatan sistem memandang manajemen sebagai suatu
sistem. Sistem itu sendiri adalah suatu kesatuan dari beberapa bagian yang
disebut subsistem, dan mempunyai suatu tujuan tertentu. Setiap sistem memiliki
masukan-masukan tertentu dan memiliki proses transformasi tertentu yang
memproses masukan-masukan tersebut menjadi keluaran-keluaran tertentu. Sistem
berada dalam suatu lingkungan tertentu yang sangat mempengaruhi, dan sifat khas
lingkungan adalah sulit untuk dikendalikan. Misalkan suatu perusahaan dipandang
sebagai suatu sistem, maka situasi ekonomi, dan persaingan, merupakan
lingkungan sistem (perusahaan) yang akan mempengaruhi setiap aktivitas
perusahaan dan sulit untuk dikendalikan.
Manajemen yang baik harus dapat mengendalikan
subsistem-subsistem yang dimilikinya dengan baik dan dapat mengantisipasi
perubahan-perubahan yang dapat terjadi dalam lingkungan. Dengan kata lain,
pendekatan ini berusaha melihat persoalan-persoalan manajemen dalam perspektif kesatuan sebab-akibat yang bersifat
menyeluruh, bukan sebagai satuan-satuan yang terpisah-pisah.
Dalam prakteknya pendekatan-pendekatan kuantitatif dalam
penyelidikan operasional banyak dipakai dalam pendekatan sistem ini. Dapat
dibayangkan betapa rumitnya penyesuaian yang harus dilakukan mengingat
persoalan dilihat dalam perspektif kesatuan, sehingga komputer banyak dipakai
dalam penerapan manajemen dengan pendekatan sistem ini.
- Manajemen
dengan Pendekatan Situasional (Contingency Approach) :
Pengembangan lebih lanjut dari manajemen dengan
pendekatan sistem adalah manajemen dengan pendekatan situsional. Pendekatan
situasional ini dikembangkan berdasarkan kenyataan bahwa banyak pemecahan
masalah manajemen yang efektif di suatu
tempat belum tentu berhasil di tempat lain. Timbul pendapat bahwa faktor-faktor
keadaanlah (situational factor) yang menyebabkan hal-hal tersebut terjadi.
Sesuai dengan prinsipnya, maka tugas dari seorang manajer
adalah mencari atau menentukan teknik-teknik manajemen yang dapat memecahkan
persoalan sesuai dengan tujuan dan situasi yang dihadapi, batasan-batasan,
jangka waktu yang tesedia. Sebagai contoh, bila suatu perusahaan ingin meningkatkan produktivitas pekerjanya,
manajemen dengan pendekatan perilaku akan segera mengusahakan pengembangan
motivasi kerja pekerja. Tetapi dengan pendekatan situasional, pihak manajemen
akan terlebih dahulu melihat keadaan pekerja. Bila pekerja msaih belum memiliki
keterampilan yang baik, maka manajemen mungkin akan mengusulkan program penyederhanaan
kerja (work simplification). Sebaliknya jika pekerja sudah terampil program
yang mungkin baik dilakukan bukan penyederhanaan kerja, melainkan pengayaan
kerja (job enrichment).
Dalam pendekatan ini kecermatan dalam memandang setiap situasi yang rumit sangat diperlukan,
dan manajerlah yang harus berperan aktif dalam menentukan apa yang baik bagi
situasi yang dihadapinya itu. Pendekatan manajemen situasional ini dikembangkan oleh beberapa ahli antara lain Fremont
Kast, James Rosenzweig, Robert Kahn dan lain-lain.
0 Response to "Pengertian manajemen"
Post a Comment