PEMAHAMAN TENTANG PSIKOFARMAKA
Pengertian
Psikofarmaka
adalah obat-obat yanng berkhasiat terhadap susunan saraf pusat dengan
mempengaruhi fungsi psikis dan proses mental. Dalam pembahasan psikofarmaka ini
hanya akan dibicarakan obat-obat penyakit jiwa sejati tidak termasuk obat-obat
hipnotika, sedativa, anti konvulsi dan amfetamin.
Perubahan
dan kemajuan farmakoterapi diawali dengan ditemukannya klorpromazin, reserpin
sampai ke meprobramat dan senyawa benzodiazepin yang digunakan sebagai transquilizer,
tetapi obat-obat modern tersebut tidak dapat menggantikan terapi shock atau
terapi renjatan listrik (ECT = Electro Convulsive Therapy) yang masih digunakan
oleh psikiater untuk mengatasi depresi hebat dengan kecenderungan bunuh diri.
Tetapi keuntungan pengobatan menggunakan obat-obatan ini adalah mudah, murah
dan pasien tidak perlu menginap di rumah sakit.
Obat-obatan
psikofarmaka bekerja langsung terhadap saraf otak dengan mempengaruhi kerja
neurotransmitter yaitu suatu neurohormon yang meneruskan impuls dari sistem
adrenergik di otak seperti noradrenalin, serotonin dan dopamin.
Penggolongan
Psikofarmaka dibagi dalam 3
kelompok besar, yaitu:
1)
Obat-obat yang menekan fungsi psikis tertentu
dalam SSP, dibagi menjadi 2, yaitu:
·
Neuroleptika, yaitu obat yanng bekerja sebagai
anti psikotis dan sedativa yang dikenal dengan mayor tranquilizer
·
Ataraktika / anksiolitika, yaitu obat yangn
bekerja sedativa, relaksasi otot dan anti konvulsi yang digunakan dalam keadaan
gelisah, takut dan stress, dikenal dengan minor transquilizer.
2) Obat-obat yang
menstimulasi fungsi psikis tertentu dalam SSP, dibagi menjadi 2 yaitu:
·
Anti depressiva, dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang dapat melawan
melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta thimeretika yaitu menghilangkan
inaktivitas fisik dan mental tanpa memperbaiki suasana jiwa.
·
Psikostimulansia, yaitu obat yang dapat
mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan prestasi fisik dan mental dimana rasa
letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan rasa nyaman (euforia) dan kadang
perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi (disforia).
3) Obat-obat yang
mengacaukan fungsi mental tertentu antara lain psikodisleptika
seperti zat-zat halusinasi, contoh : LSD dan fenasklidin
(a) Neuroleptika
Memiliki beberapa khasiat, yaitu:
·
Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan
agresi, mengurangi atau menghilangkan halusinasi, mengembalikan kelakuan
abnormal dan schizoprenia.
·
Sedativa, yaitu menghilangkan rasa bimbang,
takut dan gelisah, contoh tioridazina
·
Anti emetika, yaitu merintangi neurotransmiter
ke pusat muntah, contoh proklorperazin
·
Analgetika, yaitu menaikan ambang rasa nyeri,
contoh haloperidol
Obat-obatan
ini tidak dapat dikombinasikan dengan obat-obat golongan adrenergik seperti
adrenalin, efedrin dan wekamin, karena dapat mengakibatkan penimbunan
noradrenalin sehingga menyebabkan hipertensi dan aritmia.
Hampir
semua obat-obatan neuroleptika memiliki efek samping, antara lain :
·
Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor
dan kaku anggota gerak, karena disebabkan kekurangan kadar dopamin dalam otak.
Gejala ini dapat dihilangkan dengan mengurangi dosis atau menggunakan
neuroleptika yang lain.
·
Sedativa, disebabkan efek anti histamin antara
lain mengantuk, lelah dan pikiran keruh.
·
Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja
terutama pada otot muka (bibir dan rahang).
·
Hipotensi, disebabkan adanya blokade reseptor
alfa adrenergik dab vasodilatasi.
·
Efek anti kolinergik dengan ciri-ciri mulut
kering, obstipasi dan gangguan penglihatan.
·
Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karena
menstimulasi napsu makan.
·
Galaktorea yaitu meluapnya ASI karena
menstimulasi produksi ASI secara berlebihan.
(b) Ataraktika / Anksiolitika
Perbedaan
antara ataraktika/anksiolitika dengan neuroleptika adalah pada
ataraktika/anksiolitika tidak berkhasiat anti psikotis, tidak berkhasiat
langsung terhadap system saraf otak serta tidak menyebabkan efek
ekstrapiramidal
Obat-obat
ataraktika memiliki sifat-sifat lain yaitu toksisitasnya ringan, indeks
terapinya luas dan dapat menyebabkan adiksi terutama meprobramat. Oleh jarena
itu pemberiannya harus hati-hati dengan jangka waktu pemakaian paling lama 4 –
6 minggu.
Pada
pemakaiannya golongan benzodiazepin seringkali dikombinasikan dengan
neuroleptika atau anti depresif untuk mendapatkan efek yang lebih kuat.
Sebaiknya dihindaripemakaian obat ini bersama
alkohol karena dapat memperkuat kerja obat tersebut.
Pengolongan obat-obat ataraktika,
dibagi menjadi 2 yaitu :
·
Derivat Benzodiazepin
Golongan ini
paling banyak digunakan diseluruh dunia. Menurut lama kerjanya dibagi menjadi 2
golongan yaitu:
(1)
Yang bekerja long acting (plasma t ½ lebih dari 20 jam)
dengan pemberian dosis tunggal pada malam hari, contohnya klordiazepoksida,
klorazepam, klobazam, diazepam dan medazepam.
(2)
Yang bekerja short acting (plasma t ½ kurang dari 14 jam) dengan pemberian beberapa
kali sehari agar efeknya bertahan, contohnya oksazepam, oksazolam, lorazepam
dan temazepam.
·
Kelompok lain
Contoh :
Benzoktamin, Hidroksizin dan Meprobramat
c) Anti depresiva
Obat-obat
anti depresiva bekerja dengan jalan menghambat penyerapan kembali
neurotransmiter noradrenalin dan serotonin sehingga otak kekurangan
neurotransmiter tersebut.
Dikenal 5 macam depresi, yaitu :
·
Depresi ndogen atau dikenal dengan melankolia
·
Depresi eksogen yang disebabkan efek samping
penggunaan obat seperti obat hipertensi, kortikosteroid, pil KB dan
benzodiazepin long acting .
·
Depresi post natal, terjadi pada sementara
wanita pasca persalinan
·
Depresi post menopause, terjadi setelah haid
terhenti
·
Depresi sinilis, terjadi pada usia lanjut diatas
70 – 75 tahun
Anti depresiva dibagi dalam 2
golongan, yaitu :
·
Anti depresiva generasi pertama, seringkali
disebut anti depresiva trisiklis dengan efek samping gangguan pada sisten
otonom dan jantung, contohnya imipramin
dan amitriptilin.
·
Anti depresiva generasi kedua, tidak menyebabkan
efek anti kolinergik dan gangguan jantung, contohnya meprotilin dan mianserin.
Semua
anti depresiva menunjukan kelambatan dalam efek anti depresivnya setelah
pengobatan dimulai yang dikenal dengan waktu laten berkisar 2 – 4 minggu. Satu
kurun pengobatan anti depresiva umumnya diteruskan selama sedikitnya 4 bulan
dan tidak boleh dihentikan secara mendadak karena dapat menimbulkan mimpi
buruk. Penghentian dilakukan dengan mengurangi dosis sedikit demi sedikit
berangsur menurun. Anti depresiva tidak boleh diberikan kepada penderita
epilepsi, glaukoma dan prostitis.
0 Response to "PEMAHAMAN TENTANG PSIKOFARMAKA"
Post a Comment