Obat generik, indikasi, kontra Indikasi


Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

Indikasi
Analgesik selama dan setelah pembedahan, analgesi pada situasi lain.
Kontra indikasi
Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala
Efek samping
Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan dan dapat menyebabkan kematian.
Sediaan
Morfin HCl (generik) siruf  5mg / 5ml, tablet 10mg, 30mg, 60mg, injeksi 10mg / ml,   20mg / ml

Kodein fosfat
Indikasi
Nyeri ringan sampai sedang
Kontra indikasi
Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala
Efek samping
Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan dan dapat menyebabkan kematian.
Sediaan
Kodein fosfat (generik) tablet 10 mg, 15 mg, 20 mg

Fentanil
Indikasi
Nyeri kronik yang sukar diatasi pada kanker
Kontra indikasi
Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala
Efek samping
Mual, muntah, konsipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan dan dapat menyebabkan kematian.
Sediaan
Bentuk sediaan dapat berupa injeksi atau cakram transdermal (lama kerja  yang panjang)

Petidin HCl
Indikasi
Nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah
Kontra indikasi
Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala
Efek samping
Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan
Sediaan
Petidin (generik) injeksi 50 mg/ml, tabl 50 mg


Tramadol HCl
Indikasi
Nyeri sedang sampai berat
Kontra indikasi
Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala
Efek samping
Mual, muntah, konstpasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan dan dapat menyebabkan kematian.
Sediaan
Tramadol (generik) injeksi 50 mg/ml,      tablet 50 mg

Nalorfin, Nalokson
          Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin, dan bersifat analgesik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi obat-obat analgetik narkotik.

2)      Analgesik non opioid (non narkotik)
          Disebut juga analgesik perifer karena tidak mempengaruhi susunan syaraf pusat. Semua analgesik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu bada pada saat demam.
          Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya parasetamol, asetosal, dll. Dan berkhasiat pula sebagai anti inflamasi , anti radang atau anti flogistik.
          Anti  radang sama kuat dengan analgesik, digunakan sebagai anti nyeri atau rematik contohnya asetosal, asam mefenamat, ibuprofen. Anti radang yang lebih kuat  contohnya fenilbutazon. Sedangkan yang bekerja serentak sebagai anti radang dan analgesik contohnya indometazin






Penggolongan 
          Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer digolongkan menjadi :
a)      Golongan salisilat.
          Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin .Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam dan lain-lain. Saat ini asetosal makin banyak dipakai karena sifat anti plateletnya. Sebagai contoh aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan trombosis koroner dan cerebral.     
          Asetosal adalah analgetik antipiretik dan anti inflamasi  yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Masalah efek samping yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau membuat menjadi sediaan salut enterik (enteric-coated). Karena salisilat bersifat hepatotoksik maka tidak dianjurkan diberikan pada penderita penyakit hati yang kronis

b)      Golongan para aminofenol
          Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol). Tahun–tahun terakhir penggunaan asetaminofen yang di Indonesia lebih terkenal dengan nama parasetamol meningkat dengan pesat.
          Efek analgesik golongan ini serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Fenasetin karena toksisitasnya terhadap hati dan ginjal saat ini sudah dilarang penggunaannya.
          Efek samping parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.

c)      Golongan pirazolon (dipiron)
          Fenilbutazon dan turunannya saat ini yang  digunakan adalah dipiron sebagai analgesik antipiretik, karena efek inflamasinya lemah. Efek samping semua derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia.
          Dibeberapa negara penggunaannya sangat dibatasi bahkan dilarang karena efek samping tersebut, tetapi di Indonesia frekuensi pemakaian dipiron cukup tinggi meskipun sudah ada laporan mengenai terjadinya agranulositosis. Fenilbutazon digunakan untuk mengobati arthritis rheumatoid.

d)            Golongan antranilat (asam mefenamat)
          Digunakan sebagai analgesik karena sebagai anti inflamasi kurang efektif dibanding dengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi mukosa lambung dan gangguan saluran cerna sering timbul

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Obat generik, indikasi, kontra Indikasi "

Post a Comment