MERANCANG PENELITIAN
(Tidak ada sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, tiap-tiap sesuatu yang terjadi pasti ada penyebabnya)
Perlakuan adalah suatu pengkondisian atau kondisi untuk atau dari satuan dan/atau bahan penelitian. Jadi perlakuan bisa merupakan karater dari suatu bahan penelitian atau sering disebut perlakuan karateristik, misalnya jenis kelamin, umur, dan sebagainya, dan bisa juga suatu kondisi yang dibuat atau dihipotesiskan oleh peneliti atau sering disebut perlakuan hipotetik. Perlakuan hipotetik dibuat untuk mencari penyebab dari sesuatu yang terjadi.
Perlakuan yang akan dicobakan atau diteliti dalam penelitian seharusnya ditentukan dari tujuan, sasaran dan kegunaan yang hendak dicapai dari pengujian pilihan pemecahan masalah melalui metode percabaan.
Merancang suatu penelitian bila hanya terdiri dari dua perlakuan maka dapat diperhatikan dari homogenetas sampel yang digunakan, ada tidaknya peubah penggangu dan cara melakukan penelitian. Bila sample cukup homogen dan tidak ada peubah pengganggu maka digunakan rancangan penelitian tidak berpasangan. Sebaliknya jika sample tidak homogen dan peubah pengganggu dapat terdefinisikan maka digunakan rancangan penelitian berpasangan. Kedua rancangan ini tentu cara melakukan penelitiannya berbedam sehingga derat bebasnya juga berbeda.
Meranrancang suatu perlakuan berdasarkan kondisi materi percobahan atau homogenitas sampel dan ada tidaknya peubah antara/penggangu dan juga banyaknya peubah pengganggu disebut Rancangan Lingkungan. Rancangan Lingkungan dengan materi homogen atau tidak ada peubah pengganggu disebut Rancangan Acak Lengkap (RAL), bila ada satu peubah penggangu disebut Rancangan Acak Kelompok (RAK), bila ada dua peubah antara disebut Rancangan Bujur Sangkar Latin(RBSL) dan bila ada tiga peubah pengganggu disebut Rancangan Bujur Sangkar Griko Latin (BSGL).
Sedangkan merancang suatu perlakuan berdasarkan strategi melakukan percobaan atau cara melakukan percobaan disebut Rancangan Perlakuan (Treament Design). Dalam merancang suatu perlakuan dikenal tiga yaitu cara kombinasi, berjanjang dan tersarang, cara ini dalam rancangan perlakuan disebut pula pola yaitu Pola Faktorial untuk yang kombinasi, Pola Spit-plot atau Split-time untuk yang berjenjang dan Pola Tersarang untuk yang tersarang. Disamping itu merancang suatu percobaan berdasarkan pula hasil yng ingin dicapai, merancang seperti ini disebut Rancangan Respon, rancangan renpon penting dalam menentukan rentang perhatian suatu perlakuan yang bersifat kuantitatif, sebab rentang perhatian ini sangat menentukan respons yang akan terjadi.
Jadi Rancangan Percobaan (Experiment Design) terdiri dari Rancanag Lingkungan, Rancanan Perlakuan dan Rancangan Respons, rancangan percobaan harus dibuat sebelum melakukan suatu percobaan.
3.1. Model Tetap dan Model Acak.
Penentuan suatu faktor apakah termasuk model tetap atau model acak sangat berkaitan atau tergantung dari penguasaan bidang ilmu yang sedang diteliti. Namun demikian pengetahuan tentang klassifikasi model tetap dan model acak sangat penting untuk memberikan gambaran kepada para peneliti sehingga dapat memberikan keseragaman definisi dan persepsi.
1. Model Tetap.
Percobaan yang perlakuannya atau taraf faktornya ditetapkan sebelum penelitian oleh peneliti, dalam hal ini peneliti tentunya mempunyai suatu alasan berdasarkan bidang ilmunya menetapkan bahwa, taraf-taraf faktor tersebut mempunyai suatu ciri tertentu yang dapat membedakan dengan taraf yang lain. Jadi tiap taraf dapat mewakili populasi yang dihipotesiskan atau dibayangkan ada.
Sebagai teladan, penelitian pengaruh pejantan sapi Bali terhadap berat lahir anak dari induk yang dikawini. Misalnya digunakan 4 ekor pejantan yang masing-masing dikawinkan dengan 5 ekor sapi betina yang seragam, maka faktor pejantan bisa model tetap bisa juga model acak.
Pejantan sapi Bali dikatakan model tetap, jika tiap-tiap pejantan dapat diidentifikasi mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat ditetapkan oleh peneliti sebelum penelitian dilakukan. Misalnya pejantan pertama umur 2 tahun, pejantan kedua umur 2,5 tahun,pejantan ketiga umur 3 tahun dan pejantan keempat umur 3,5 tahun. Bisa juga diidentifikasi berdasarkan bobot tubuhnya pada umur yang sama, misalkan bobotnya masing-masing 250, 300, 350, dan 400 kg. jadi tiap-tiap pejantan dapat mewakili himpunan populasi yang dihipotesiskan atau dibayangkan oleh peneliti.
Sebaliknya pejantan sapi Bali dikatakan model acak, jika peneliti tidak menetapkan ciri-ciri tertentu dari pejantan yang digunakan sebelum penelitian dilakukan. Peneliti menambil 4 ekor pejantan secara acak dari suatu populasi sapi jantan. Jadi, tiap pejantan tidak dapat mewakili suatu populasi hipotetik, melainkan mewakili populasi sapi jantan. Dalam penelitian ini peneliti ingin menguji apakah ada variasi dari pejantan dalam memberikan berat lahir anak sapi dari induk yang dikawininya. Kesimpulan ditunjukkan kepada populasi pejantan, bukan himpunan dari sapi jantan dengan ciri tertentu.
Pada model tetap, peneliti sebenarnya telah mendefinisikan T=t populasi inferensinya, dalam hal ini dibayangkan ada T=t populasi. Secara statistika suatu faktor model tetap dicirikan sebagai berikut. Misalkan αi (i=1,2,3,…..t) melambangkan pengaruh tetap taraf ke-I factor A. Karena αi dianggap konstan, maka E(αi)= αi, yaitu rataan sebenarnya αi.
2. Model Acak.
Seperti teladan pada model tetap suatu faktor termasuk dalam model acak, jika peneliti mengambil t taraf dari suatu factor (t<T) yang akan diteliti sebagai suatu contoh berukuran t yang representative, digunakan untuk mewakili populasinya (T). Jadi inferensi tidak dimaksudkan untuk t taraf dari factor yang diteliti.
Dalam pengertian statistika , suatu faktor model acak dicirikan sebagai berikut. Misalkan Ai (I,1, 2, 3,……..,t) melambangkan pengaruh acak taraf ke-I faktor A, rataan sebenarnya Ai=E(Ai)=0, untuk semua I, karena Ai dianggap sebagai peubah acak. Pengulangan untuk memperoleh t taraf faktor A mengandung unsur ketakpastian. Keragaman timbul bukan karena keragaman nilai-nilai Ai, tetapi juga oleh keragaman contoh-contoh berukuran t berdasarkan penarikan dengan pemilihan. Dalam pengujian hipotesis model acak ditunjukkan kepada variasi antar taraf yang diteliti, bukan perbedaan anta taraf yang diteliti, dengan kata lain uji-uji lanjutan antar taraf ke-I tidak diperlukan lagi.
Dalam percobaan yang melibatkan lebih dari satu factor, baik klasifikasi silang, tersaranr maupun berjanjang yang salah satu faktornya factor tetap dan faktor yang lain faktor acak disebut model campuran.
0 Response to "MERANCANG PENELITIAN "
Post a Comment