GANGGUAN SOMATOFORM

Somatoform diambil dari bahasa Yunani soma, yang artinya tubuh. Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang ditandai oleh simtom fisik, yang tidak dapat dijelaskan oleh abnormalitas organik. Biasanya simtom fisik itu merefleksikan faktor atau konflik psikologis, misalnya kecemasan. Gangguan somatoform merupakan gejala-gejala fisik tanpa penjelasan fisiologis yang jelas, tidak berada di bawah kendali volunteer, diasumsikan berhubungan dengan faktor-faktor psikologis (berkaitan dengan gangguan emosi). 


JENIS-JENIS GANGGUAN SOMATOFORM 

1. PAIN DISORDER (GANGGUAN NYERI) 
Gangguan nyeri yang berlebihan 
Disebabkan oleh tekanan atau hendaya (impairment) nyata 
Tidak dapat dibuktikan melalui pemeriksaan patologi organis 
Kadangkala atau mungkin berhubungan dengan stress, membolehkan individu untuk menghindar, menjaga perhatian atau simpati orang lain. 
Diagnosis yang tepat sulit karena pengalaman nyeri yang subjektif. Sehingga tidak mudah untuk memutuskan kapan suatu nyeri merupakan nyeri somatoform atau nyeri sungguhan. 





2. BODY DISMORPHIC DISORDER 

Orang yang mengalami gangguan ini terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka. Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksakan diri di depan cermin dan mengambil tindakan untuk mencoba memperbaiki sesuatu yang dianggap salah. Tindakan yang dilakukan dapat berupa tindakan ekstrem, seperti menjalani operasi plastik yang tidak dibutuhkan. 


Seseorang terpreokupasi (terpaku) pada defek/kerusakan yang dibayangkan atau berlebihan dalam hal penampilan 
Sangat menekan dan sering mengarah untuk tindakan operasi plastik 
Prevalensi lebih banyak pada perempuan 
Sulit menentukan kapan persepsi suatu ketidakpuasan menjadi suatu gangguan 
Dipengaruhi secara dominan oleh faktor sosial budaya 





3. HYPOCONDRIASIS DISORDER (GANGGUAN HIPOKONDRIASIS) 

Ciri utama dari hipokondriasis adalah ketakutan bahwa simtom fisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius, seperti jantung atau kanker. Ketakutan tetap ada walaupun sudah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidak berdasar. 

Gangguan ini muncul pada usia berapapun, namun paling sering pada usia 20 dan 30 tahun. Secara umum, gangguan ini dianggap paling biasa terjadi di antara orang lanjut usia. 


Individu terpaku pada ketakutan memiliki penyakit serius 
Bereaksi berlebihan pada sensasi fisik dan abnormalitas minor 
Mengembangkan keyakinan yang salah (kebanyakan melakukan doctor shopping untuk membuktikan keyakinannya) 



Ciri Diagnostik Hipokondriasis : 



1. Individu terpaku pada ketakutan memiliki penyakit serius. Orang tersebut menginterpretasikan sensasi tubuh atau tanda fisik sebagai bukti dari penyakit fisiknya. 

2. Ketakutan terhadap suatu penyakit fisik, atau keyakinan memiliki suatu penyakit fisik, yang tetap ada meski telah diyakinkan secara medis. 

3. Keterpakuan tidak pada intensitas khayalan (orang itu mengenali kemungkinan bahwa ketakutan dan keyakinan ini terlalu dibesar-besarkan atau tidak mendasar) dan tidak terbatas pada kekhawatiran akan penampilan. 

4. Keterpakuan menyebabkan distress emosional yang signifikan atau mengganggu satu atau lebih area fungsi yang penting, seperti fungsi sosial atau pekerjaan. 

5. Gangguan telah bertahan selama 6 bulan atau lebih. 

6. Keterpakuan tidak muncul secara eksklusif dalam konteks gangguan mental lainnya. 



4. CONVERSION DISORDER (GANGGUAN KONVERSI) 

Ciri dari gangguan ini adalah adanya perubahan besar dalam fungsi fisik atau hilangnya fungsi fisik. Simtom ini tidak dibuat secara sengaja, namun biasanya muncul dalam kondisi yang penuh dengan tekanan. Gangguan ini dinamakan konversi karena adanya keyakinan dari psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran/konversi, dari energi seksual/agresif ke simtom fisik. 


Merupakan gejala klasik menunjukkan adanya gangguan yang berkaitan dengan kerusakan neurologis, padahal secara fisiologis tidak ada masalah. 
Gangguan diadopsi secara involunter atau tak sadar 
Pada sepertiga kasus ditemukan adanya ‘la belle indifference’ yaitu ketidakpedulian relative terhadap gejala. 
Kelumpuhan parsial atau total pada tangan atau kaki, gangguan seizures dan koordinasi, sensasi gatal, mati rasa, dll. 
Pada fungsi penglihatan dapat terjadi buta total, tunnel vision (lapangan penglihatan terbatas) 
Pada fungsi suara dapat terjadi aphonia (kehilangan suara hanya berbisik) 
Pada fungsi penciuman dapat terjadi anosmia (kehilangan sense penciuman) 
False pregnancy, penderita merasa dirinya hamil padahal secara organis tidak terjadi apa-apa 
Muncul dalam situasi stress, berhubungan dengan psikologis, membolehkan individu untuk menghindar dan mendapat perhatian orang lain. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "GANGGUAN SOMATOFORM "

Post a Comment