Etika dan Interaksi Sosial


Etika dan Interaksi Sosial. Sewaktu ditanyakan pengertian mereka tentang etika Jawa, kebanyakan para responden mencoba menyampaikan penjelasan melalui memberikan contoh-contoh sikap atau moral yang seharusnya dimiliki orang Jawa seperti sopan santun, toleransi tinggi, unggah-ungguh dan hormati orang tua, sekaligus yang lain menjelaskan etika Jawa itu tentang norma-norma atau kebiasaan yang diturunkan dari leluhur akan upacara-upacara atau sikap-sikap yang seseorang seharusnya memiliki. Walaupun jelas bahwa masyarakat Jawa di Yogyakarta mempunyai ide nyata terhadap etika dan moral yang sebaiknya dimiliki para seorang pribadi, tidak jelas sejauh mana orang-orang sebenarnya menaati atau menuruti jalan-jalan etika itu tanpa mengerjakan penelitian pada skala lebih besar ke dalam cara berpikir dan psikologi orang-orang dalam masyarkat ini. Banyak responden yang tetap berfikir setelah meminta menjelaskan kebudayaan atau etika Jawa dan sering kali menyetujui penjelasan atau daftar sikap-sikap yang saya berikan untuk membantu mereka setelah pikirannya jadi macet. 



Sudah pasti bahwa kebanyakan responden setuju bahwa lunturnya ketaatan etika terpaut dengan lunturnya penggunaan bahasa Jawa dan sebagai akibatnya masa depan etika Jawa itu tergantung pada kesehatan sistem bahasa Jawa. Agar melestarikan etika Jawa, para responden mendaftar agama dan pengajaran di rumah sebagai sarana terbaik mengajar etika, walaupun sekolah dan televisi tak merupakan sarana baik untuk pengajaran ini. Para responden setuju bahwa di rumah, anak-anak harus diajari etika dan perilaku moral sejak usia muda supaya terbiasa. Dengan pasti, bahasa Jawa itu juga dianggap para responden sebagai sarana baik mengajar etika karena pengajaran-pengajaran seperti unggah-ungguh dan sopan santun berada dalam penggunaannya. Juga, bagi mayoritas responden, baik orang Islam maupun orang Kristen, agama itu dianggap baik untuk mengajar nilai-nilai etis serta memastikan pertumbuh moral maupun spiritual. 




Agama 



Khususnya pada bidang agama saya menilik lanjut tentang aliran-aliran pokok agama islam tetapi juga kepercayaan dan adat-istiadat setempat seperti yang terkandung dalam ilmu kejawen yang berasal kecampuran kepercayaan animisme dan tradisi-tradisi islam. Sewaktu ditanyakan, mayoritas para responden percaya bahwa ilmu kejawen itu masih sangat aktif dan dituruti sejumlah besar orang-orang di Yogyakarta dalam tradisi-tradisi seperti slametan; satu upacara yang terpaut dengan kelahiran, pernikahan dan kematian dimana hadirin berkumpul untuk makan dan memanjatkan doa pada Tuhan atau roh-roh. Tradisi-tradisi ini masih sering ditayangkan pada acara televisi jadi dengan pasti merupakan tradisi kebudayaan di Yogyakarta yang berjalan, walaupun karena perkumpulan ini sekeluarga atau sekelompok desa/dusun berarti sulit diketahui sewaktu berlangsung. 



Meskipun begitu, apa yang menarik itu adalah bagaimana ilmu kejawen serta tradisi-tradisi kebudayaan lain mulai dianggap masyarakat sebagai zaman dulu dan bercenderung jarang diikuti orang-orang. Beberapa responden berkomentar bahwa sejumlah orang yang mengerti atau berpartisipasi dalam tradisi-tradisi seperti slametan atau sesajen itu berangsur-angsur luntur. Tanpa menjalankan penyelidikan perincian dalam fenomena ini, saya tetap ingin tahu bagaimana ilmu kejawen ini bisa tahan melawan tantangan-tantangan yang ada seperti globalisasi, modernisasi dan kebudayaan lain. 



Jika menatap pada dampak media massa, sejumlah acara-acara televisi baru yang terkandung tema mistik seperti ‘misteri gunung merapi’ atau ‘nyai loro kidul’ dengan pasti akan berdampak pada ilmu kejawen. Apakah melalui acara-acara ini yang ditayangkan perusahaan-perusahaan televisi indonesia ilmu kejawen akan menemukan expresi atau muka baru dalam penghiburan dalam media massa? Apakah acara-acara televisi ini pun akan menciptakan jalan baru dimana masyarakat tetap eling (ingat) tradisi-tradisi dan cara hidup mistik yang dulu meskipun hanya untuk penghiburan? 



Selain pengaruh dari media massa, modernisasi dan globalisasi akan berdampak pula pada jumlah orang-orang yang berminat pada ilmu kejawen karena masyarakat sekarang lebih bercenderung memperdulikan hal-hal dunia ini seperti masalah pribadi atau keuangan misalnya yang berdampak pada mereka. Saya mengatakan begini sebab dalam penelitian, sejumlah orang-orang yang tak mengetahui apa-apa tentang ilmu kejawen selain pengetahuan dasar itu luar biasa, dan pengetahuan mendalam itu cenderung dimiliki dalam benak minoritas orang-orang. Misalnya, teman satu responden memiliki pengetahuan mendalam akan hal-hal ilmu kejawen dan merasa bangga mengucapkan peribahasa-peribahasa jawa kuno yang terkait dengan pikiran ilmu kejawen tradisional. (selain saya, semua teman-temannya tersenyum dan tertawa sewaktu dia mengucapkan begini karena mereka pun sebenarnya kagum atas pengetahuan seorang teman mereka) 



Minat saya yang lain tentang bagaimana masyarakat dan kebudayaan itu sedang berubah dalam hal-hal religi berhubungan dengan apakah agama Islam Jawa tradisional sedang diganti dengan ajaran fundamentalis yang berasal Timur Tengah sebagaimana globalisasi dan kecanggihan transportasi dan komunikasi membuat dunia semakin kecil dewasa ini. Namun, ide ini secara cepat ditolak oleh semua para responden yang menyatakan ajaran-ajaran agama Islam di Yogyakarta dan memang di Jawa itu sangat dipengaruhi pikiran-pikiran dan tradisi-tradisi Jawa saja. Minat ini lebih merupakan minat sampingan dan tidak diteliti lebih mendalam sebagaimana ilmu kejawen diteliti. 



Secara ringkas, ilmu kejawen itu masih aktif dalam masyarakat melalui upacara-upacara tradisional seperti slametan dan sesajen dan memang juga melalui upacara-upacara kraton seperti grebeg. Namun di masa yang akan datang saya yakin bagian kebudayaan ini akan mengalami perubahan berangsur-angsur sebagaimana globalisasi, modernisasi dan pengaruh-pengaruh lain semakin berdampak ke masa depan pada prioritas-prioritas masyarakat dalam hidupnya sehari-hari. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Etika dan Interaksi Sosial "

Post a Comment