Efek Hipertensi Pada Pembuluh Darah Serebral

Beberapa keadaan berikut terjadi pada pembuluh darah serebral pada mereka yang diketahui menderita hipertensi : 

1. Aterosklerosis 

Aterosklerosis ditandai gambaran patologik berupa fatty streaks, plak fibrous dan plak komplikata, dimana lesi ateroslerotik dimulai dengan proses inflamasi diikuti proliferasi sel otot polos dan penebalan dinding arteri. Hipertensi, disfungsi endotel, shear stres, peningkatan lipoprotein densitas rendah, radikal bebas dan respons inflamasi kronik adalah semua faktor yang erat hubungannya dengan terjadinya aterosklerosis.




Demikian pula peran dini nitric oxide (NO), peningkatan molekul adhesi pada endotelium dan migrasi leukosit ke dinding arteri dengan peran dari lipoprotein densitas rendah yang teroksidasi. Akhir akhir ini di ketahui bahwa hipertensi berkaitan dengan disfungsi endotel menyebabkan progresifitas aterosklerosis, NO merupakan mediator penting vasodilatasi endotelium dan NO yang berkurang akan menyebabkan proses proinflamasi, protrombotik dan prokoagulasi endotel dan juga akan menyebabkan perubahan struktur dinding pembuluh darah. Meningkatnya stress oksidatif diduga merupakan mekanisme yang menyebabkan berkurangnya peran endotel dalam kaitannya dengan NO dan beberapa faktor seperti nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADPH) oksidase, NO synthetase dan xantin oxidase yg diketahui sebagai sumber utama terjadinya reactive oxygen species (ROS) pada hipertensi. Peningkatan stress oksidatif vaskuler menyebabkan disfungsi endotel pada hipertensi




2. Nekrosis fibrinoid dan lipohyalinosis 

Nekrosis fibrinoid disebabkan karena insudasi dari plasma protein yaitu fibrin kedinding arteria. Daerah yang terkena terlihat gambaran yang sangat eosinofilik dan tidak berstruktur atau bergranula halus oleh karena degenerasi dari otot polos dan kolagen (hialinisasi). Lipohialinosis adalah kerusakan vaskuler yang ditandai dengan hilangnya struktur arteri yang normal, sel busa dan adanya nekrosis fibrinoid dinding pembuluh darah merupakan sebuah proses dimana secara perlahan akan menyumbat pembuluh darah yang sudah menyempit lumennya 

3. Autotoregulasi serebral. 

Autoregulasi serebral adalah kemampuan otak untuk menjaga aliran darah otak (ADO) relatif konstan terhadap perubahan tekanan perfusi. Batas atas dan bawah dari mekanisme autoregulasi individu normotensi masing masing terjadi pada MAP antara 50 – 60 mmHg dan 150 – 160 mmHg. Resistensi serebrovaskuler menurun atau meningkat dengan perubahan tekanan perfusi rata-rata dari otak dan memungkinkan ADO tetap konstan. Perubahan dari resistensi sebagai akibat vasodilatasi dan vasokontriksi dari pial arteri dan arteriol. Banyak faktor seperti hipertensi kronik, aktivitas simpatis, tekanan CO2 arteri dan obat obat farmakologik akan mengubah batas atas dan bawah autoregulasi. Pada individu dengan hipertensi baik batas atas dan bawah kurva autoregulasi akan bergeser ke MAP dengan nilai absolut yang lebih tinggi. Gejala gejala dari iskemia serebral secara signifikan terjadi pada MAP yang lebih tinggi pada mereka dengan hipertensi dan selanjutnya kerusakan yang berat oleh karena iskemia serebral terjadi pada beberapa penderita setelah penurunan mendadak tekanan darah ke level normotensi dan pada studi observasi menunjukkan pasien dengan accelerated hipertensi dapat berkembang menjadi perburukan gejala neurologik setelah terapi anti hipertensi yang agresif. Pergeseran dari autoregulasi dikaitkan dengan peningkatan tonus miogenik yang diinduksi oleh peningkatan sensitivitas Ca terhadap sel sel miosit, remodeling dan hipertrofi, juga berperan pada pergeseran tersebut karena terjadinya penurunan diameter lumen dan peningkatan resistensi pembuluh darah serebrovaskuler.




4. Neurovascular coupling 

Neurovascular coupling mengacu adanya hubungan aktivitas sel saraf dan perubahan pada ADO. Besaran perubahan aliran darah serebral sangat erat hubungannya dengan aktivitas neuron melalui rangkaian komplek yang melibatkan neuron, glia dan sel pembuluh darah. Namun dalam beberapa keadaan seperti hipertensi, stroke hubungan aktivitas saraf dengan pembuluh darah serebral akan terganggu dan menyebabkan ketidak seimbangan homeostatik yang akan berperan pada disfungsi otak. Hipertensi akan mempengaruhi hubungan aktivitas neuron dan aliran darah otak, dan perubahan ini melibatkan perubahan mediator kimia dari neurovascular coupling dan dinamika dari sistim pembuluh darah itu sendiri. Dari beberapa studi diperlihatkan bahwa saluran ion pada otot pembuluh darah dapat dipengaruhi oleh hipertensi dan diabetes melitus yang menyebabkan vasodilatasi abnormal setelah suatu aktivitas neuron. 




Secara garis besar mekanisme gangguan peredaran darah otak yang akan menimbulkan keadaan-keadaan iskemia, infark atau pun perdarahan dapat terjadi melalui empat cara yaitu : 

1. Penyumbatan pembuluh darah oleh trombus atau embolus 

2. Robeknya dinding pembuluh darah 

3. Penyakit-penyakit dinding pembuluh darah 

4. Gangguan susunan normal komponen darah 

Bagaimana mekanisme hipertensi dapat menyebabkan perdarahan masih merupakan topik pembicaraan. Dengan bertambahnya usia, adanya hipertensi dan aterosklerosis, pembuluh darah akan berkelok-kelok atau spiral yang memudahkan ruptur arteri, kapiler atau vena. Hipertensi lama akan menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid yang memperlemah dinding pembuluh darah yang kemudian menyebabkan ruptur intima dan menimbulkan aneurisma. Hipertensi kronik dapat juga menimbulkan eneurisma- aneurisma kecil yang tersebar di sepanjang pembuluh darah

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Efek Hipertensi Pada Pembuluh Darah Serebral "

Post a Comment