Apa Itu Resolusi

 RESOLUSI 

Konflik tidak dapat dihilangkan sama sekali, karena konflik dapat menjadi stimulus organisasi PTS untuk tetap dinamis dan tanggap terhadap perubahan. Hanya saja, yang hares dipahami oleh anggota organisasi PTS bahwa konflik dapat berimplikasi terhadap keefektifan organisasi PTS itu sendiri. Untuk itu konflik, perlu dikendalikan dalam organisasi PTS untuk menjadi konflik yang konstruktif (fungsional) yang memacu organisasi PTS, (1) bergairah , (2) kritis terhadap diri sendiri dan (3) inovatif. Memperhatikan uraian di atas, pada dasarnya terdapat tiga kegiatan dalam pengelolaan konflik dalam organisasi PTS, yaitu : 

1. PERENCANAAN ANALISIS KONFLIK 

Pada tahap ini dilakukan identifikasi konflik yang terjadi untuk menentukan sumber penyebab dan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. Jika konflik sudah dalam tahap terbuka akan dapat mudah dikenali, tetapi jika masih dalam tahap potensi (tersembunyi) perlu diberi stimulus sehingga akan menjadi terbuka dan dapat dikenali. 

2. EVALUASI KONFLIK 

Pada tahap ini dilakukan evaluasi apakah konflik tersebut sudah mendekati titik patah, sehingga perlu diredam agar tidak menimbulkan dampak negatif. Atau konflik tersebut masih berada pada sekitar krisis yang justru menimbulkan dampak positif. Atau justru dalam tahap tersembunyi, sehingga perlu diberi stimulus agar mendekati titik kritis dan memberikan dampak positif. 

3. MEMECAHKAN KONFLIK 

Pada tahap ini pemimpin mengambil tindakan untuk mengatasi konflikyang terjadi , termasuk memberi stimulus jika memang konflik masih dalam tahap tersembunyi dan perlu dibuka. Dalam memecahkan konflik ini, pimpinan hendaldah tidak berjalan sendiri, tetapi melibatkan semua unsur yang terlibat dalam pelaksanaan. 

PENUTUP 

1. KESIMPULAN 

Konflik dalam organisasi PTS dapat berbentuk konflik substantif (substantive conflict) yang meliputi ketidaksesuaian paham tentang hal-hal seperti (1) tujuan ; (2) alokasi sumberdaya, distribusi imbalan­imbalan , kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur-prosedur serta penugasan kerja 

dan konflik emosional (Emotional Complicts) seperti (1) perasaan marsh ; (2) ketidak percayaan ; (3) ketidak senangan ; (4) takut dan sikap menentang dan (5) bentrokan­bentrokan kepribadian. 

Kedua bentuk dalam konflik dalam organisasi tersebut dapat bersifat konstruktif ataupun destruktif dan akan selalu ada dalam organisasi selama organisasi tersebut berfungsi sebagai satu kesatuan sosial yang berkeinginan untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. 

2. IMPLIKASI 

Konflik dalam organisasi PTS dapat berimplikasi terhadap efektivitas organisasi PTS itu sendiri. Untuk tingkat konflik yang rendah atau tidak ada efektivitas organisasi rendah, tingkat konflik optimal, efektivitas organisasi tinggi dan tingkat konflik tinggi efektivitas organisasi rendah. 

3. REKOMENDASI 

Untuk mengoptimalkan konflik dalam organisasi PTS yang dapat menghasilkan efektivitas organisasi tinggi, maka konflik sebaiknya sudah dapat diidentifikasi dari semenjak desain organisasi PTS dibuat. Karena desain organisasi PTS mempertimbangkan konstruksi dan mengubah struktur organisasi PTS untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi PTS, maka pada proses mengkonstruksi dan mengubah sebuah organisasi PTS dalam desain organisasi PTS sudah dapat dirancang bagaimana konflik tersebut dapat diarahkan pada konflik konstruktif. Hal ini dapat dilakukan melalui pertimbangan­pertimbangan manajerial yang melaksanakan fungsi-fungsi manajemen ataupun dan proses departementalisasi pada saat struktur organisasi PTS dibuat. 


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Apa Itu Resolusi"

Post a Comment