ANGKA KECUKUPAN GIZI (AKG)

Pada tahun 1973 penyusunan AKG dikoordinasikan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dalam forum Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi dengan tetap mengacu pada AKG yang dikeluarkan FAO/WHO. Selanjutnya setiap 5 tahun sekali AKG dievaluasi sesuai dengan kemajuan Ilmu Gizi, perubahan kependudukan dan sosial ekonomi.


Untuk pertama kali AKG hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V pada tahun 1993 disyahkan oleh Menteri Kesehatan dengan SK No. 332/MENKES/ SK/IV/1994 tanggal 16 April 1994


2. DATA UNTUK PENYUSUNAN ANGKA KECUKUPAN GIZI

Data yang digunakan untuk penyusunan AKG di Indonesia adalah sebagai berikut:


a. standar FAO/WHO

b. hasil survei tentang gizi 

c. kemampuan penyediaan makanan

d. kependudukan 

e. sosial ekonomi



Data tentang penduduk dikelompokkan sesuai dengan anjuran FAO/WHO, yakni:



* 0 - 6 bulan 

* 7 - 12 bulan 

* 1 - 3 tahun 

* 4 - 6 tahun 

* 7 - 9 tahun 



Pengelompokan di atas tidak membedakan jenis kelamin



Untuk pengelompokan umur selanjutnya, adalah sebagai berikut:



* 10-12 tahun

* 13-15 tahun

* 16-19 tahun

* 20-59 tahun



Penggolongan di atas dibedakan antara laki-laki dan perempuan, kondisi hamil dan menyusui.





Untuk masing-masing kelompok umur ditetapkan berat badan dan tinggi badan standar. Sedangkan untuk kelompok laki-laki dan perempuan umur 20-59 tahun, ditetapkan pula pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan, yaitu: ringan, sedang dan berat. Pengelompokkan ini dilakukan karena kebutuhan gizi dari masing-masing kelompok itu berbeda.

Dengan mengetahui komposisi penduduk, maka dapat pula ditetapkan AKG rata-rata untuk penduduk Indonesia. Pada Repelita VI, AKG rata-rata pada tingkat konsumsi untuk penduduk Indonesia adalah 2.150 kilokalori dan 46,2 gram protein. 


3. ZAT GIZI DALAM ANGKA KECUKUPAN GIZI


Untuk Indonesia tidak semua zat gizi ditetapkan di dalam AKG. Namun dibatasi pada penyusunan zat-zat gizi yang paling penting untuk Indonesia pada saat itu. 


Adapun AKG 1993-1998 meliputi zat gizi sebagai berikut:

a. Energi h. Asam folat

b. Protein i. Vitamin C

c. Vit. A j. Kalsium

d. Thiamin k. Fosfor

e. Riboflavin l. Zat besi

f. Niacin m. Seng (Zn)

g. Vit. B 12 n. Yodium


4. KEGUNAAN ANGKA KECUKUPAN GIZI 

Angka kecukupan gizi diharapkan berguna bagi berbagai kelompok yang berminat di bidang pangan dan gizi, antara lain ahli gizi, ahli kesehatan masyarakat, guru, para perencana, para pengambil kebijakan dan mereka yang bekerja di bidang industri pangan dan gizi. Data AKG ini selanjutnya dapat dipergunakan untuk: 



a. menentukan kecukupan makanan

b. merencanakan bantuan makanan dalam rangka program kesejahteraan rakyat

c. mengevaluasi tingkat kecukupan penyediaan pangan untuk kelompok tertentu

d. menilai tingkat konsumsi individu maupun masyarakat

e. menilai status gizi masyarakat

f. merencanakan fortifikasi makanan

g. merencanakan KIE di bidang gizi termasuk penyusunan PUGS

h. merencanakan kecukupan gizi institusi

I. membuat label gizi pada kemasan produk makanan industri 


B. ANGKA KECUKUPAN GIZI KELOMPOK KHUSUS



Angka kecukupan gizi untuk kelompok khusus meliputi umur, pekerjaan, kondisi hamil dan menyusui. Adapun prinsip dasar AKG untuk masing-masing kelompok adalah sebagai berikut:



1. Umur



Pada usia balita terjadi pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat. Karena itu kebutuhan zat gizi tiap satuan berat badan relatif lebih tinggi dari kelompok umur lain. 



Contoh: 

* Kebutuhan energi bayi/balita 100-120 kilokalori per kilogram berat badan, sedangkan pada orang dewasa 40-50 kilokalori per kilogram berat badan. 

* Kebutuhan protein bayi/balita: 2-2,5 gram/kilogram berat badan, sedangkan untuk orang dewasa 1 gram per kilogram berat badan. 



Dari contoh ini terlihat, bahwa makin bertambah umur, kebutuhan zat gizi seseorang relatif lebih rendah untuk tiap kilogram berat badannya.



2. Aktivitas



Kebutuhan zat gizi seseorang ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Makin berat aktivitas yang dilakukan, kebutuhan zat gizi makin tinggi pula, terutama energi.



Contoh:

Seorang pria dewasa dengan pekerjaan ringan, membutuh-kan energi 2.800 kilokalori. Sedangkan bila bekerja berat , ia membutuhkan energi 3.600 kilokalori.



3. Jenis Kelamin



Kebutuhan zat gizi juga berbeda antara laki-laki dan perempuan, terutama pada usia dewasa. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh komposisi tubuh dan jenis aktivitasnya.



Contoh:



- Laki-laki dewasa dengan aktivitas ringan membutuhkan energi dan protein masing-masing 2.800 kilokalori dan 55 gram protein, sedangkan pada wanita dewasa dengan aktivitas ringan membutuhkan 2.050 kilokalori dan 48 gram protein

- Kebutuhan zat besi pada wanita 2 kali kebutuhan zat besi laki-laki. Perbedaan kebutuhan zat besi ini karena fungsi kodrati yaitu haid.



4. Kondisi khusus (hamil dan menyusui)



Pada masa hamil dan menyusui, kebutuhan zat gizi pada wanita meningkat, karena:



- Metabolisme meningkat

- Konsumsi makanan juga meningkat untuk kebutuhan diri sendiri, bayi yang dikandung dan persiapan produksi ASI



5. Kelompok lain



Angka kecukupan gizi yang disusun belum mempertim-bangkan faktor geografi dan ekologi, sehingga perlu ada penyesuaian untuk keadaan demikian. Terutama yang menyangkut kebutuhan zat gizi mikro.



Contoh:

- Penduduk di daerah perkotaan dengan tingkat polusi tinggi perlu mengkonsumsi lebih banyak makanan sumber vitamin dan mineral

- Seseorang yang sehari-hari bekerja di lingkungan radiasi, kebutuhan semua zat gizi tentu lebih tinggi daripada seseorang yang bekerja di lingkungan tanpa radiasi

- Penduduk di daerah pegunungan yang dingin, kecukupan energi, vitamin dan mineral tentu lebih tinggi daripada penduduk di daerah pesisir yang panas.NAN



Angka kecukupan gizi rata-rata per orang per hari dapat digunakan untuk merencanakan penyediaan makanan bagi keluarga, kelompok maupun nasional. Untuk keperluan tersebut. AKG perlu dijabarkan ke pada tingkat bentuk komoditi makanan. Dalam Repelita VI penjabaran AKG ke bentuk komoditi pangan didasarkan pada kebutuhan energi dan protein rata-rata per orang per hari, yaitu sebagai berikut:




Indikator 

Tingkat konsumsi 

Tingkat persediaan 


Energi : 

2.150 kilokalori 

2.500 kilokaloril 


Protein : 

46,2 gram 

55 gram 


(9 gram protein ikan: 6 gram protein hewani lainnya 40 gram nabati) 

Penjabaran di atas berdasarkan asumsi bahwa bila kebutuhan energi dan protein terpenuhi maka kebutuhan zat gizi lain juga terpenuhi. Berikut ini adalah jabaran AKG pada kelompok komoditi makanan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " ANGKA KECUKUPAN GIZI (AKG)"

Post a Comment