Koloid Liofil dan Liofob


1. Koloid Liofil dan Liofob 

Koloid yang medium pendispersinya cair, dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. 

a. Koloid liofil adalah suatu koloid yang fase terdispersinya dapat menarik medium pendispersi yang berupa cairan akibat adanya gaya van der Waals atau ikatan hidrogen. Liofil berarti suka cairan. 

Jika medium pendispersinya berupa air, maka disebut koloid hidrofil. 

Koloid hidrofil bersifat reversibel, artinya dapat kembali ke keadaan semula. Misalnya : agar-agar. Dalam air panas, agar-agar merupakan sol dan setelah didinginkan berubah menjadi gel. Gel ini dapat kembali menjadi sol jika dipanaskan. 

Contohnya : kanji, sabun, agar-agar, detergen, protein, gelatin. 

Koloid hidrofil mempunyai gugus ionik atau gugus polar di permukaannya, sehingga mempunyai interaksi yang baik dengan air. 

Butir-butir koloid liofil / hidrofil dapat mengadsorpsi molekul mediumnya sehingga membentuk suatu selubung ( = disebut solvatasi / hidratasi ). Akibatnya butir-butir koloid terhindar dari agregasi / pengelompokan. 

Sol hidrofil tidak menggumpal pada saat penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersinya dapat dipisahkan melalui proses pengendapan atau penguapan. 



b. Koloid liofob adalah suatu koloid yang fase terdispersinya tidak dapat mengikat atau menarik medium pendispersinya. Liofob berarti takut cairan. 

Jika medium pendispersinya berupa air, maka disebut koloid hidrofob. 

Koloid ini biasanya berasal dari senyawa anorganik. 

Koloid hidrofob bersifat irreversibel, artinya tidak dapat kembali ke keadaan semula. Misalnya : sol emas. Jika medium pendispersinya diambil, sol emas membentuk emas padat. Setelah emas padat terbentuk, tidak dapat berubah menjadi sol emas kembali, meskipun ditambah dengan medium pendispersinya. 

Contohnya : sol AgCl dan sol CaCO3, susu, mayonaise, sol belerang, sol sulfida, sol logam, sol Fe(OH)3. 

Koloid hidrofob tidak akan stabil dalam medium polar ( misalnya air ) tanpa adanya zat pengemulsi atau koloid pelindung. 

Zat pengemulsi membungkus partikel-partikel koloid hidrofob, sehingga terhindar dari koagulasi. Susu ( emulsi lemak dalam air ) distabilkan oleh sejenis protein susu, yaitu kasein; sedangkan mayonaise ( emulsi minyak nabati dalam air ) distabilkan oleh kuning telur. 

Sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Jika zat terdispersinya terpisah dari medium pendispersi, maka tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air.
Perbedaan sifat koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
No
Koloid Hidrofil
Koloid Hidrofob
1
Stabil
Kurang stabil
2
Terdiri atas zat organik
Terdiri atas zat anorganik
3
Kekentalannya tinggi
Kekentalannya rendah
4
Sukar diendapkan dengan penambahan zat elektrolit
Mudah diendapkan oleh zat elektrolit
5
Kurang menunjukkan gerak Brown
Gerak Brown sangat jelas
6
Kurang menunjukkan efek Tyndall
Efek Tyndall sangat jelas
7
Dapat dibuat gel
Hanya beberapa yang dapat dibuat gel
8
Umumnya dibuat dengan cara dispersi
Hanya dapat dibuat dengan cara kondensasi
9
Partikel terdispersi mengadsorpsi molekul
Patikel terdispersi mengadsorpsi ion
10
Reversibel
Ireversibel
11
Mengadsorpsi mediumnya
Tidak mengadsorspi mediumnya
12
Contoh : sabun, agar-agar, kanji, detergen, gelatin
Contoh : sol belerang, sol logam, sol AgCl



Cara Kerja Sabun dan Detergen : 

Sabun dan detergen termasuk jenis koloid Asosiasi. 

Sabun dan detergen tersusun atas bagian kepala ( polar ) yang bersifat liofil ( hidrofil ) dan bagian ekor ( nonpolar ) yang bersifat liofob ( hidrofob ). 

Bagian ekor lebih suka berikatan dengan minyak atau lemak, sedangkan bagian kepala lebih suka berikatan dengan air. 

Ketika sabun / detergen dilarutkan dalam air, maka molekul-molekul sabun / detergen akan mengadakan asosiasi dan orientasi karena gugus nonpolarnya ( ekor ) saling terdesak sehingga terbentuk partikel koloid. Bagian kepala ( hidrofil ) akan menghadap ke air sedangkan bagian ekornya ( hidrofob ) akan berkumpul mengarah ke dalam. 

Ketika pakaian kotor direndam dalam larutan sabun / detergen, gugus nonpolar dari sabun / detergen akan menarik partikel kotoran ( lemak / minyak ) dari bahan cucian, kemudian mendispersikannya ke dalam air. 

Setelah dikucek dan dibilas, noda lemak akan diikat oleh sabun atau detergen yang akhirnya akan larut dalam air. 

Sebagai bahan pencuci, sabun dan detergen bukan saja berfungsi sebagai pengemulsi tetapi juga sebagai penurun tegangan permukaan air. Air yang mengandung sabun / detergen mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah, sehingga lebih mudah meresap pada bahan cucian. 



C. Pengolahan Air Bersih 

Secara garis besar, pengolahan air secara sederhana dapat dilakukan melalui 3 tahap, yaitu : 

1. Koagulasi. 

Koloid yang digunakan untuk menggumpalkan kotoran, yaitu : Al(OH)3 yang bisa diperoleh dari tawas KAl(SO4)2, aluminium sulfat dan Poly Aluminium Chloride ( PAC = polimer dari AlCl3-AlCl3-AlCl3-..... ) 

2. Penyaringan. 

Bertujuan untuk memisahkan gumpalan kotoran yang dihasilkan dari proses koagulasi. 

Bahan yang dipakai : pasir, kerikil, ijuk. 

3. Penambahan Desinfektan. 

Bertujuan untuk membunuh kuman-kuman yang terlarut dalam air. 

Bahan yang dipakai : kaporit [ Ca (OCl)2 ] atau klorin. 





D. Pembuatan Koloid 

Dapat dilakukan dengan 2 cara utama, yaitu : 

1. Cara Kondensasi. 

Dengan cara ini, partikel larutan sejati ( molekul atau ion ) bergabung membentuk partikel koloid. Pembuatan koloid dengan cara ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : cara kimia dan fisika. 

A. Cara Kimia. 

Adalah cara pembuatan partikel koloid dari partikel larutan sejati melalui reaksi kimia; meliputi : 

a. Reaksi Hidrolisis. 

Adalah reaksi yang terjadi antara garam dengan air. 

Contoh : reaksi pembentukan sol Fe(OH)3 




b. Reaksi Substitusi. 

o Pembuatan sol AgCl. 


o Pembuatan sol belerang. 






o Pembuatan sol As2S3 

Melalui reaksi dekomposisi rangkap = reaksi pertukaran ion, yaitu reaksi yang digunakan untuk membuat koloid dari zat-zat yang sukar larut . 




c. Reaksi Redoks. 

Adalah reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. 

§ Pembuatan sol belerang. 




§ Pembuatan sol emas. 




B. Cara Fisika. 

Adalah cara pembuatan partikel koloid dengan cara mengkondensasikan partikel melalui : 

a. Penggantian Pelarut. 

v Pembuatan sol belerang. 

Sol belerang dalam air dapat dibuat dengan cara melarutkan belerang ke dalam alkohol hingga larutan menjadi jenuh. Selanjutnya, larutan jenuh yang terbentuk diteteskan ke dalam air sedikit demi sedikit. 

v Pembuatan gel kalsium asetat. 

Kalsium asetat sukar larut dalam alkohol, tetapi mudah larut dalam air. Oleh karena itu, gel kalsium asetat dibuat dengan cara melarutkan kalsium asetat dalam air sehingga membentuk larutan jenuh. Selanjutnya, larutan jenuh tersebut ditambahkan ke dalam alkohol hingga terbentuk gel. 

v Pembuatan sol damar. 

Damar larut dalam alkohol, tetapi sukar larut dalam air. Mula-mula damar dilarutkan dalam alkohol hingga diperoleh larutan jenuh. Selanjutnya, larutan jenuh tersebut ditambah air hingga diperoleh sol damar. 



b. Pengembunan Uap. 

Sol raksa ( Hg ) dibuat dengan cara menguapkan raksa. Setelah itu, uap raksa dialirkan melalui air dingin hingga akhirnya diperoleh sol raksa. 



2. Cara Dispersi. 

Dengan cara ini, partikel koloid diperoleh dengan cara memperkecil ukuran partikel dari suspensi kasar menjadi partikel berukuran koloid. 

Pembuatan koloid dengan cara dispersi, dapat dilakukan melalui beberapa metode yaitu : 

a. Cara Mekanik. 

Pembuatan koloid secara mekanik dilakukan dengan cara menggerus / menghaluskan partikel-partikel kasar menjadi partikel-partikel halus. Selanjutnya, didispersikan ke dalam medium pendispersi. Pada umumnya ke dalam sistem koloid yang terbentuk; ditambahkan zat penstabil yang berupa koloid pelindung. Zat penstabil ini berfungsi untuk mencegah terjadinya koagulasi. 

Contoh : 

Sol belerang dapat dibuat dengan cara menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan zat inert ( misalnya gula pasir ) kemudian mencampur serbuk halus tersebut dengan air. 

b. Cara Peptisasi. 

Cara peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemecah ( zat pemeptisasi ). Zat pemeptisasi akan memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. 

Istilah peptisasi dihubungkan dengan istilah peptonisasi yaitu proses pemecahan protein ( polipeptida ) dengan menggunakan enzim pepsin sebagai katalisatornya. 

Contoh : 

o Agar-agar dipeptisasi oleh air 

o Nitroselulosa oleh aseton 

o Karet oleh bensin 

o Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S 

o Endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3. 



c. Cara Busur Bredig. 

Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam ( koloid logam ). Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam medium pendispersi. 

Kemudian dialiri arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan atom-atom logam akan terlempar ke dalam medium pendispersi ( air ), lalu atom-atom tersebut akan mengalami kondensasi sehingga membentuk suatu koloid logam. 

Jadi, cara busur Bredig merupakan gabungan antara cara dispersi dan kondensasi. 

Contoh : Pembuatan sol platina dalam sol emas. 



d. Cara Homogenisasi. 

Adalah suatu cara yang digunakan untuk membuat suatu zat menjadi homogen dan berukuran partikel koloid. 

Cara ini banyak dipakai untuk membuat koloid jenis emulsi, misalnya susu. 

Pada pembuatan susu, ukuran partikel lemak pada susu diperkecil hingga berukuran partikel koloid. Caranya dengan melewatkan zat tersebut melalui lubang berpori bertekanan tinggi. Jika partikel lemak dengan ukuran partikel koloid sudah terbentuk, zat tersebut kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersinya. 



e. Cara Dispersi dalam Gas. 

Pada prinsipnya, cara ini dilakukan dengan menyemprotkan cairan melalui atomizer. 

Menggunakan sprayer pada pembuatan koloid tipe aerosol, misalnya obat asma semprot, hair spray dan parfum. 





Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Koloid Liofil dan Liofob "

Post a Comment