ADA APA DENGN AMERIKA

Seorang kawan mengeluh betapa anjloknya IHSG. Bahkan jadi yang terparah penurunannya se-Asia. Dampaknya, saham-saham yang dipegang kawan saya itu menurun poinnya dan terus menurun. Yang menjadi penyebab, tak lain adalah krisis Amerika yang konon terparah pada tujuh tahun terakhir ini, yang oleh beberapa orang dikatakan mirip dengan yang dialami Asia sepuluh tahun lalu. 

Bagaimana sebenarnya krisis ini bermula? Saya sedikit coba menceritakan awal anjloknya ekonomi Amerika. Mohon dikoreksi jika ada salah. Maklum,,masih belajar

Masyarakat Amerika memiliki kepercayaan bahwa investasi di sektor riil, terutama properti, akan sangat menguntungkan. Akibatnya, orang berbondong-bondong investasi di sana. Sesuai hukum permintaan dan penawaran, saat demand tinggi sementara tidak dibarengi dengan supply yang tinggi pula, harga properti menjadi naik. 

Bank-bank utama Amerika menerapkan sistem credit rating, yaitu persyaratan yang harus dipenuhi debitur agar bisa meminjam sejumlah dana untuk membeli rumah. Di antara yang menjadi kriteria adalah jenis pekerjaan, tingkat disposable income, latar belakang keluarga, pendidikan, kesehatan sampai ras, golongan, dan agama. 

Adalah yang dinamakan subprime mortgage, yaitu pinjaman kepada pembeli rumah di Amerika yang jaminannya kurang. Hal ini diberlakukan guna menjadi solusi bagi warga miskin di sana mendapatkan rumah. Ketatnya persyaratan kredit ditambah dengan proses yang tidak gampang, menyebabkan para warga miskin itu mengajukan kredit (hipotek) ke lembaga pembiayaan (seperti Fanni Mae, Fredie Mac, AIG, Merill Lynch, Lehman Brothers). 

Lembaga pembiayaan ini merupakan pihak penengah antara bank dengan calon pembeli (home loan). Sebenarnya uang tunai yang dimiliki pihak penengah ini hanya sedikit. Dengan agunan surat kepemilikan rumah dari para home loan, lembaga pembiayaan meminjam dana dari bank untuk kemudian dipinjamkan kembali pada para home loan. Dengan demikian, meskipun lembaga pembiayaan hanya memiliki uang satu juta dollar, telah dapat meminjami para home loan 10 juta dollar. 

Pertengahan 2008 lalu, harga minyak meroket tajam dan menyebabkan kenaikan biaya produksi. Dampaknya, banyak perusahaan harus memangkas biaya produksi yang bisa dipangkas, seperti memecat sejumlah karyawannya. Dampaknya lagi, karyawan itu tidak mampu membayar cicilan hipotek. Bagaimana bisa mencicil jika pekerjaan saja mereka tidak punya? Karena tidak bisa mencicil, lembaga pembiayaan menyita aset properti yang dihipotekkan. Jika yang terjadi hanya satu dua kasus saja, maka tidak akan ada masalah. Sayangnya, banyak home loan yang tidak mampu membayar cicilan. Akibatnya lembaga pembiayaan harus menyita lebih banyak rumah dan apartemen lagi. 

Sementara itu, di sisi lain, lembaga pembiayaan juga harus membayar pihak bank atas dana yang dipinjamnya. Karena tidak ada pemasukan berupa cicilan (uang tunai), lembaga keuangan hanya bisa membayar melalui aset properti hasil sitaan. Padahal, bank hanya mau menerima pembayaran berupa uang tunai. Mau tidak mau, akhirnya lembaga pembiayaan tersebut menjual aset hasil sitaan dengan harga murah. Dan sampai di titik tertentu mereka tidak mampu lagi membayar pinjamannya, hingga terjadi kredit macet (bad debt). 

Seperti kita tahu, sumber dana bank adalah dari tabungan dan bunga pinjaman kredit. Ketika masyarakat sudah tidak memiliki dana, mereka akan kesulitan untuk menabung. Ditambah lagi, dengan adanya kredit macet, maka bank-bank ini tidak mampu memperoleh dana untuk operasionalnya. Akibatnya, perbankan di sana kolaps dan krisis pun terjadi. Bush juga sudah mengakui terjadinya hal ini. 

Lalu, apa dampaknya bagi perekonomian Indonesia?
Secara langsung maupun tidak, perekonomian Indonesia pasti akan terpengaruh. Di lantai bursa, misalnya, IHSG anjlok. Ekspor Indonesia yang ke Amerika pun pasti akan terpengaruh, entah itu sekadar berkurang atau malah terhenti sama sekali. 

Menurut Budiono, Gubernur BI (KOMPAS 6/10/2008), ada dua dampak utama sebagai imbas krisis ekonomi di AS, yaitu pengeringan likuiditas dan pelambatan ekonomi global. Dampak itu akan mulai dirasakan dalam enam bulan sampai setahun ke depan. 

Pengeringan likuiditas, secara gampang boleh diartikan uang yang ada dalam bank akan semakin menyusut. Padahal, bank akan membutuhkan uang kas untuk operasional mereka. Untuk mengatasi permasalahan ini, bank mungkin akan menaikkan bunga deposito dengan harapan dapat menarik dana masyarakat masuk ke bank. Di sisi lain, bunga pinjaman juga akan dinaikkan, yang berarti para debitur bisa jadi akan menerima tagihan cicilan yang melonjak dibanding bulan-bulan sebelumnya. 

Dalam hal pelambatan ekonomi global, aliran kas akan melambat dan menyebabkan perputaran uang dalam dunia usaha juga melambat. Untuk perusahaan-perusahaan besar, mungkin tidak akan terlalu sulit menghadapi pelambatan ini. Yang mungkin perlu mendapat perhatian adalah UKM di Indonesia yang banyak jumlahnya itu 

Sejak September yang lalu, ekonomi dunia dihebohkan dengan berita keruntuhan ekonomi Amerika. Penyebab awalnya adalah adanya kredit macet pada sektor perumahan di sana. Masyarakat di sana sangat umum melakukan hipotek untuk rumah mereka. Kredit macet hipotek ini yang perlahan membuat lembaga pemberi kredit ambruk hingga menyebabkan ekonomi Amerika terguncang. Krisis yang terjadi di Amerika saat ini membuat saya memikirkan kembali pola konsumsi yang dilakukan kebanyakan masyarakat Indonesia. Meski hipotek jarang disebut di tanah air ini, istilah kredit sudah sangat familiar di telinga. Jika diingat, pasti sering kita mendapat tawaran kredit kendaraan, baik itu motor maupun mobil, yang mensyaratkan DP sangat rendah. Tak hanya itu. Barang-barang elektronik, hape, dan bahkan peralatan rumah tangga yang dijual melalui ibu-ibu arisan pun melayani pembayaran melalui kredit. Dengan mengeluarkan uang sedikit dahulu, sudah bisa memperoleh barang-barang berkelas, tentu sangat menggiurkan bagi kebanyakan masyarakat kita yang masih saja menempatkan gengsi dalam berpenampilan di urutan teratas

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ADA APA DENGN AMERIKA "

Post a Comment