Penyakit Preeklampsia Pada ibu Hamil
Preeklampsia merupakan penyakit dalam kehamilan
yang ditandai dengan gejala hipertensi dan proteinuria. Preeklampsia/ eklampsia
merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan bayinya. Insidens preeklampsia
adalah 7-10 % dari kehamilan dan merupakan penyebab kematian ibu nomor dua di
Indonesia. Preeklampsia juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan
kematian janin dalam kandungan (Wignyosastro, 2001.)
Etiologi
preeklampsia asmpai saat ini belum jelas. Banyak faktor yang diduga menyebabkan
terjadinya preeklampsia, antara lain kelainan imunologik, genetik, defisiensi
kalsium dan stress oksidatif. Banyak peneliti yang berpendapat bahwa awal
terjadinya kelainan pada preeklampsia, bersumber pada pembentukan plasenta.
Terjadi gangguan invasi trofoblas ke arteri spiralis sehingga terjadi penurunan
aliran darah utero-plasenta. Hal ini menyebabkan hipoksia plasenta yang
kemudian meningkatkan produksi radikal bebas (lipid peroksida) dan akhirnya menimbulkan
gangguan fungsi endotel (Hubel, 1999). Disfungsi endotel pembuluh darah
plasenta akan menyebabkan peningkatan produksi trombokson dan penurunan
prosteksiklin, nitrit oksida dan peningkatan VEGF (vascular endothelial growth
factor) (Ong et al, 2000). Zat-zat humoral yang dihasilkan plasenta dilepaskan
ke sirkulasi ibu sehingga timbul disfungsi endotel pada sirkulasi ibu dan
menimbulkan gejala hipertensi dan proteinuria. (Wang & Alexander, 2000;
Granger et al, 2001).
Hasil
penelitian II menunjukan terjadi stress oksidatif pada plasenta penderita
preeklampsia. Hal ini diperoleh dari hasil penelitian Rusdi (Desertasi, 2005)
yang memperoleh kadar isoprostan F2 pada plasenta preeklampsia lebih tinggi
secara bermakna dari plasenta kehamilan normal. Pemberian antioksidan vitamin E
menurunkan kadar isoprostan dan memperbaiki fluiditas membran sel insitio
tropoblast plasenta. Penelitian Pramita (2005) dan Parta (2005) juga mendukukng
terjadinya stress oksidatif plasenta preekalmpsia. Terjasi peningkatan kadar
lipid peroksida dan kadar tomboksan yang tidak disertai dengan peningkatan
kadar lipid peroksida dan kadar trombokson yang tidak disertai dengan
peningkatan kadar NO. Peningkatan kadar agen vasokonstriksi yang lebih dominan
dari agen vasodilator menyebabkan aliran darah pada plasenta tidak cukup,
akibatnya terjadi hipoksia plasenta.
Hipoksia
pada plasenta penderita preeklampsia merangsang produksi Vascular Endothelia
Growth Factor (VEGF). Faktor pertumbuhan ini merangsang aktivitas angigenesis
(Levine et al, 2004). Pada penelitian Tri Jauhari (2005) diperoleh aktivitas
angiogenik plasenta penderita preeklampsia (N=12) lebih tinggi secara bermakna
dari plasenta kehamilan normal (N=13). Namun terdapat 2 kasus berat bayi lahir
rendah (BBLR). Ternyata, walaupun aktivitas angiogenik meningkat, hal ini tidak
dapat mengimbangi strss oksidatif yang terjadi. Stres oksidatif sebetulnya tak
terjadi bila terdapat keseimbangan antara oksidan dan anti oksidan. Salah satu
enzim anti oksidan yaitu GSH (rduksi glutation) dapat mencegah terbentunya
radikal oksigen (Cutler, 1986). GSH juga dapat mencegah produksi thromboxane
plasenta (Eincimann & Miller.1995). Pada preeklampsia tidak terjadi
peningkatan kadar vitamin E pada serum penderita preeklampsia (Subakir, 1999).
Tidak terjadi peningkatan kadar antioksidan pada penderita preeklampsia memang
dilaporkan oleh beberapa peneliti (Jain & Wise, 1995; Mikhail et al, 1994).
Pada
penelitian pendahuluan, kami memberi suplementasi kalsium dan vitamin E pada
primigravida sejak kehamilan 18 minggu, ternyata dapat mempertahankan darah
selama kehamilan dalam keadaan normal dibandingkan dengan pemberiaan plasebo
(Subakir et al, 2002).
Penelitian
Hibah Tim Pasca ini dilnjutkan pada tahun ke iii, yaitu untuk mengetahui
imbangan antara kadar oksigen (lipid perosida) dan enzim antioksidan (GSH) pada
kultur plesenta preeklampsia. Penelitian tahun ke tiga juga ingin membandingkan
efek pemberian antioksidan vitamin E dan kurkumin pada aktivitas angiogenik
plasenta ibu preeklampsia.
GSH
(glutathion tereduksi) termasuk enzim antioksidan yang memproteksi secara
selular terhadap senyawa radikal terutama hidrogen peroksida (O’Donovan &
Fernandes, 2000). Glutathion juga mempengaruhi imbangan produksi trombokson dan
prostasiklin plasenta (Eisenmann & Miller, 1995). Kurkumin diketahui
sebagai antioksidan yang dapat menghambat pembentukan ROS (reactive oxygen
species) (Bala subramanyam et al, 2003). Selain itu kurkumin dikenal sebagai
obat kanker oleh karena mempunyai sifat anti angiogenik Namun dosis rendah
kurkumin (0,01 MM – 0,1 MM) maningkatkan kadar Vascular Endothelia Growth
Factor (Gurutajj et al, 2002) dan merangsang angiogenik.
Hasil
penelitian tahun ke-3 diharapkan dapat mengembangkan usaha pencegahan dini
terjadinya preeklampsia, baik di Puskesmas daerah urban atau rural, sehingga
dapat menekan angka kematian ibu dan anak.
0 Response to "Penyakit Preeklampsia Pada ibu Hamil"
Post a Comment