KECERDASAN JAMAK

Kemampuan anak balita dapat bekembang optimal apabila anak mampu mengembangkan kecerdasan jamak . Maksud kecerdasan disini tidak terbatas pada kemampuan anak yang terkait dengan kepandaian dengan prestasi akademik namun mencakup kemampuan lain yang terkait dengan semua bagian otak manusia. Hal ini dapat diwujudkan melalui kemampuan anak dalam berbicara, bermain dengan hitung-hitungan, berimajinasi dengan warna dan bentuk, mengekspresikan diri melalui gerakan, menangkap bunyi dan mengekspresikannya, kemampuan untuk bergaul dengan orang lain, kemampuan mengolah perasaan atau bnerkesenian, kemampuan mencintai alam dan lingkungan lebih luas lagi, seperti pada pemahaman alam semesta. Menurut Howard Gardner (2002), kecerdasan jamak dapat diuraikan menjadi 9 kecerdasan, yaitu: 



1. Kecerdasan Bahasa (verbal-linguistik) 

a. Kecerdasan bahasa atau verbal-linguistik berkaitan erat dengan kata-kata, baik lisan maupun tertulis beserta dengan aturan-aturannya. Anak-anak yang memiliki kecerdasan bahasa menyukai kegiatan bermain yang memfasilitasi kebutuhan mereka untuk berbicara, bernegosiasi dan mengekspresikan perasaan. Anak yang cerdas dalam bahasa juga memiliki ketrampilan menyimak yang baik, dan memiliki minat terhadap buku. 

b. Cara belajar terbaik bagi mereka yang memiliki kecerdasan verba-linguistik adalah dengan mengucapkan, mendengarkan, dan melihat tulisan. Cara terbaik memotivasi mereka adalah dengan mengajak berbicara, menyediakan banyak waktu, rekaman, serta member peluang untuk menulis. 

c. Pengasuh perlu menyediakan peralatan membuat tulisan, menyediakan tape recorder, sering mendongeng dan melakukan Tanya jawab. Menurut Gardner kecerdasan linguistic terletak pada otak bagian kiri dan lobus bagian depan. 



2. Kecerdasan Logiko-Matematik 

a. Kecerdasan Logiko-Matematik berkaitan dengan kemampuan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika. Anak-anak yang memiliki kelebihan dalam kecerdasan ini tertarik memanipulasi lingkungan serta cenderung suka menerapkan strategi coba-ralat. Mereka suka bermain yang berkaitan dengan berpikir logis seperti mencari jejak (maze), menghitung benda-benda, timbang-menimbang dan permainan strategi. 

b. Kecerdasan logiko-matematika terletak di otak depan sebelah kiri danparietal kanan. Kecerdasan ini dilambangkan dengan terutama dengan angka-angka dan lambang matematika lain. 

c. Pengasuh dapat menstimulasi anak dengan memberikan materi-materi konkrit yang dapat dijadikan bahan percobaan, seperti permainan mencampur warna, permainan aduk-garam, aduk-pasir, dan melalui interaksi positif yang mampu memuaskan rasa ingin tahu anak. Menurut Gardner kecerdasan logiko-matematika terletak pada otak bagian kiri dan lobus bagian depan. 

3. Kecerdasan Visual-Spasial 

a. Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, dan ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya tersebut ke dalam bentuk lain seperti dekorasi, arsitektur, lukisan, dan patung. 

b. Anak yang memiliki kecerdasan visual-spasial memiliki kepekaan terhadap warna, garis-garis, bentuk-bentuk, ruang, dan bangunan, suka mencoret-coret, membentuk gambar, mewarnai dan menyusun unsur-unsur bangunan seperti puzzle dan balok-balok. Anak yang cerdas dalam visual-spasial dapat mempergunakan apapun untuk membentuk sesuatu yang bermakna baginya. 

c. Pengasuh dapat merangsang kecerdasan ini melalui berbagai program seperti melukis, membentuk sesuatu dengan plastisin, mengecap dan menyusun potongan gambar. Perlu disediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan anak mengembangkan daya imajinasi mereka seperti permainan konstruktif, balok-balok bentuk geometri berbagai warna dan ukuran, peralatan menggambar, pewarna, alat-alat dekoratif dan berbagai buku gambar. Menurut Gardner kecerdasan visual-spasial mempunyai lokasi di otak bagian belakang hemisfer kanan. 



4. Kecerdasan Kinestetik 

a. Kecerdasan gerak-kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu. Kemampuan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuratan menerima rangsang, sentuhan dan tekstur. 

b. Anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik terlihat menonjol dalam kemampuan fisik (terlihat lebih kuat, lebih lincah), cenderung suka bergerak, tidak bisa duduk diam berlama-lama, mengetuk-ngetuk sesuatu, suka meniru gerak atau tingkah laku orang lain yang menarik perhatiannya dan senang beraktivitas yang mengandalkan kekuatan gerak seperti memanjat, berlari, melompat dan berguling. 

c. Pengasuh dapat memfasilitasi anak-anak yang memiliki kecerdasan ini dengan memberi kesempatan pada mereka untuk bergerak. Penyediaan kondisi belajar harus dirancang supaya anak dapat leluasa bergerak dan memberi peluang untuk mengaktualisasikan dirinya secara bebas. Dapat dilakukan di luar ruangan seperti meniti titian, berjalan satu kaki, senam irama, merayap dan lari jangka pendek. Kecerdasan gerak kinestetik mempunyai lokasi di otak serebelum (otak kecil), basal ganglia (otak keseimbangan) dan motor korteks. 



5. Kecerdasan Musikal 

a. Kecerdasan musikal berkaitan dengan kemampuan menangkap bunyi-bunyi, membedakan, menggubah, dan mengekspresikan diri melalui bunyi-bunyi atau suara-suara yang bernada dan berirama. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, melodi, dan warna suara. 

b. Anak yang cerdas dalam musikal cenderung cepat menghafal lagu-lagu dan bersemangat ketika kepadanya diperkenalkan lagu. Anak-anak yang memiliki kecerdasan musical suka menyanyi, bersenandung atau bersiul. Hampir semua anak memiliki kecerdasan ini. 

c. Pengasuh perlu memfasilitasi anak agar dapat berekspresi musikal melalui salam berirama, deklamasi, menyanyi bersama, tepuk bernada, dan bila mungkin dengan orkesrta kaleng bekas. Jika mendapat stimulasi yang tepat, kemampuan music anak akan terasah dan berkembang. Kecerdasan musical merupakan kecerdasan yang tumbuh paling awal dan mampu bertahan hingga usia tua. Kecerdasan ini mempunyai lokasi di otak kanan. 



6. Kecerdasan Interpersonal 

a. Kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak kecakapan, yakni kemampuan berempati pada orang lain, kemampuan mengorganisasi sekelompok orang menuju ke tujuan suatu tujuan bersama, kemampuan mengenali dan membaca pikiran orang lain, kemampuan berteman atau menjalin kontak. 

b. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal cenderung mudah memahami perasaan orang lain, mereka sering menjadi pemimpin di antara teman-temannya. Mereka pandai mengorganisasi teman-teman dan pandai mengkomunikasikan keinginannya pada orang lain. Mereka mempunyai banyak teman, mudah bersosialisasi serta senang terlibat dalam kegiatan kelompok. 

c. Pengasuh perlu memfasilitasi kecerdasan interpersonal ini melalui pemberian kesempatan untuk berteman/bersosialisasi dan menjadi pemimpin di kelompoknya atau diantara teman-temannya. Kecerdasan ini terletak terutama pada hemisfer kanan dan sistem limbik, dan kecerdasan ini dipengaruhi oleh kualitas kedekatan atau ikatan kasih sayang selama masa kritis tiga tahun pertama, dan oleh interaksi social. 





7. Kecerdasan Intrapersonal 

a. Kecerdasan Intrapersonal berkaitan dengan aspek internal dalam diri seseorang, seperti: perasaan hidup, rentang emosi, kemampuan untuk membedakan ragam emosi, menandainya, menggunakannya untuk memahami dan membimbing tingkah laku sendiri. 

b. Anak dengan kecerdasan intrapersonal yang baik terlihat lebih mandiri, memiliki kemauan keras, penuh percaya diri, memiliki tujuan-tujuan tertentu. Awal masa anak-anak merupakan saat yang menentukan bagi perkembangan intrapersonal. Mereka yang memperoleh kasih sayang, pengakuan, dorongan, dan tokoh panutan cenderung mampu mengembangkan konsep diri yang positif dan mampu membentuk citra diri sejati. 

c. Pengasuh perlu menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anak. Perlu dikembangkan model-model permainan yang memperkenalkan berbagai emosi dan perasaan, serta identifikasi diri yang sebenarnya. Kecerdasan intrapersonal mempunyai tempat di otak bagian depan. Kerusakan otak bagian ini kemungkinan akan menyebabkan orang mudah tersinggung, sementara kerusakan di bagian lebih atas kemungkinan besar akan menyebabkan sikap acuh tak acuh, enggan, lesu, lamban, apatis. Anak autis adalah salah satu contoh anak yang cacat dalam kecerdasan intrapersonal. 



8. Kecerdasan Naturalis 

a. Kecerdasan naturalis berkaitan dengan kemahiran dalam mengenali dan mengklasifikasikan flora dan fauna dalam lingkungannya, berkaitan pula dengan kecintaan seseorang pada benda-benda alam, binatang dan tumbuhan. Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan terhadap bentuk-bentuk alam, seperti daun-daunan, awan, batu-batuan. 

b. Anak yang memiliki kecerdasan naturalis cenderung menyukai alam terbuka, akrab dengan hewan peliharaan. Mereka memiliki keingintahuan yang besar tentang seluk-beluk hewan dan tumbuhan (Armstrong, 2002). 

c. Pengasuh dapat menyediakan kondisi dengan cara mengajak anak-anak untuk menikmati dan mengamati alam terbuka, menyediakan materi-materi seperti: membiasakan menyiram tanaman, menanam biji-bijian dan mengamati pertumbuhannya, menciptakan permainan dan program pembelajaran yang berkaitan dengan unsur-unsur alam seperti: membandingkan berbagai bentuk daun dan bunga-bungaan, mengamati perbedaan tekstur pasir, tanah, kerikil, biji-bijian dan menirukan karakteristik binatang. Pengasuh dapat pula menyediakan buku-buku yang memuat seluk-beluk hewan, alam, dan tumbuhan dengan gambar-gambar yang menarik. Melakukan kegiatan eksperimen, investigasi, menemukan fenomena alam, pola cuaca dan lain-lain. Kecerdasan naturalis berada di wilayah-wilayah parietal kiri, berkaitan juga dengan wilayah otak yang peka terhadap sensori persepsi dan otak bagian kiri. 



9. Kecerdasan Eksistensial 

a. Kecerdasan eksistensial berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menempatkan diri dalam lingkup kosmos yang terjauh, dengan makna hidup, makna kematian, nasib dunia jasmani maupun rohani dan dengan makna pengalaman mendalam seperti cinta atau kesenian. Juga berkaitan dengan kemampuan merasakan, memimpikan, dan menjadi pemikir yang menyangkut hal-hal yang besar. 

b. Anak yang memiliki kelebihan kecerdasan eksistensial cenderung memiliki kesadaran akan hakikat sesuatu. Banyak pertanyaan muncul dari mereka mengenai berbagai hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh anak lain sebayanya. 

c. Stimulasi untuk kecerdasan ini mungkin tidak mudah dilakukan oleh pengasuh, tetapi pengasuh dapat memberikan tugas untuk merenungkan sesuatu yang ada di sekitar anak, bercerita yang diakhiri dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah kesadaran, seperti: “Bagaimana jika tidak mempunyai Ibu”? “Bagaimana jika tidak ada air”? dan lain sebagainya 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " KECERDASAN JAMAK "

Post a Comment