Hubungan Kebudayaan Dengan Agama

Ajaran Islam yang demikian telah mendorong umatnya untuk mengerahkan segala daya dan upaya bagi kebaikan dan kesejahteraan umat manusia, termasuk dalam pengembangan kebudayaan. Upaya-upaya tersebut kemudian telah menghasilkan suatu prestasi peradaban baru yang tinggi yang dikenal dengan “peradaban Islam” yang dalam sejarahnya telah memberikan andil yang cukup besar bagi kemajuan peradaban dunia. Ayat-ayat Alquran memang banyak memberikan dorongan kepada umat manusia bagi pengembangan kebudayaan. 

Sifat akomodatif Islam terhadap budaya tidak berarti bahwa Islam menerima begitu saja segala wujud kebudayaan yang ada. Karena jika demikian Islam seolah-olah dipahami tidak memiliki nilai-nilai dasar bagi pengembangan kebudayaan. 

Motivasi yang diberikan Alquran dan hadis nabi dalam hal pengembangan budaya dalam sejarah Islam terbukti telah menghasilkan pretasi budaya yang luar biasa. Puncaknya sebagaimana terlihat pada masa Abbasiah yang kemudian dikenal dengan kebudayaan Islam. Prestasi demikian didukung oleh peran penguasa Islam (khalifah), yang memberikan perhatian terhadap pengembangan budaya. Para ilmuwan sangat dilindungi, diberikan perhatian yang istimewa oleh para penguasa tanpa memandang latar belakang ilmuwan tersebut: apakah beragama Islam atau tidak, bangsa Arab atau tidak. Tidak hanya itu, orang-orang yang kaya yang memiliki harta berlimpah juga umumnya sangat menaruh perhatian yang cukup besar dalam hal pengembangan budaya. Sebagian harta mereka digunakan untuk pengembangan budaya Dengan kata lain segenap elemen masyarakat terlibat dan mendukung dalam hal pengembangan ilmu dan budaya. Kondisi demikianlah yang menyebabkan umat Islam berhasil menjadi bangsa yang besar bangsa yang memiliki prestasi luar biasa dalam melahirkan budaya, yang dikenal dengan kebudayaan Islam. Kebudayaan ini sesungguhnya lahir dari kemampuan umat Islam dalam mengembangkan berbagai budaya yang telah berkembang dan mapan pada masa sebelumnya, terutama kebudayaan Romawi, dan Persia. 

Kebudayaan yang dikembangkan oleh umat Islam tersebut meliputi berbagai bidang keilmuwan, seperti Medis, Astronomi, Fisika, Matematika, arsitektur, dan ilmu-ilmu lain di samping ilmu agama. Ilmuwan-ilmuwan yang sangat berjasa dalam pengembangan ilmu tersebut di antaranya adalah Ibn Rusyd, Al-Farabi, Al-Kindi (Filosof), Ibn Sina (kedokteran), Al-Mawardi (tata negara), Al-Biruni (Fisika), Al-Khawarizmi, Umar Khayyam (matematika), dan lain-lain. 

Kebudayaan Islam pada masa itu dianggap sebagai yang spektakuler’ sungguh prestasi budaya yang sangat tinggi di saat kebudayaan lain,khususnya Eropa masih dalam tahap kemunduran . 

Hubungan yang terjalin di antar agama dan kebudayan dapat dilakukan dengan mengenal secara utuh esensi, tujuan dan peran agama dan kebudayaan dalam masyarakat. 

Meski sebagian orang mengingkari adanya hubungan antara agama dan kebudayaan namun sejatinya pandangan ini tidak memiliki dasar dan pijakan. Adapun perkara bahwa sebagian unsur dari kebudayaan lantaran tidak sejalan dengan tujuan-tujuan transedental agama samawi yaitu sampainya manusia kepada kesempurnaan, bertolak belakang dengan agama atas alasan ini tidak diterima oleh agama, merupakan perkara yang jelas. Akan tetapi banyak unsur kebudayaan yang sejalan dengan program dan agenda agama. Dan adalah suatu hal yang wajar apabila mendapatkan sokongan agama. Dari sisi yang lain, banyak hal dari kebudayaan yang disuguhkan dalam tataran nilai-nilai yang dimunculkan dari agama. 



B.HUBUNGAN MASYARAKAT DENGAN AGAMA 

Agama dan masyarakat memiliki hubungan yang erat. Di sini perlu diketahui bahwa itu tidak mengimplikasikan pengertian bahwa “agama menciptakan masyarakat.” Tetapi hal itu mencerminkan bahwa agama adalah merupakan implikasi dari perkembangan masyarakat. Hubungan antara agama dengan masyarakat terlihat di dalam masalah ritual. Dimana kesatuan masyarakat tradisional sangat tergantung kepada conscience collective (hati nurani kolektif), dan agama nampak memainkan peran ini. Masyarakat menjadi “masyarakat” karena fakta bahwa para anggotanya taat kepada kepercayaan dan pendapat bersama. Ritual, yang terwujud dalam pengumpulan orang dalam upacara keagamaan, menekankan pada kepercayaan mereka atas orde moral yang ada, dimana solidaritas mekanis itu bergantung. Di sini agama nampak sebagai alat integrasi masyarakat, dan praktek ritual secara terus menerus menekankan ketaatan manusia terhadap agama, yang ikut serta di dalam memainkan fungsi penguatan solidaritas. 



C.FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN MASYARAKAT MENOLAK KEBUDAYAAN BARU 

Pada saat ini banyak terjadi perubahaan – perubahan kebudayaan,baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, karena masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah.Perubahan itu akan terjadi dimanapun dan kapanpun manusia itu berada sehingga dapat dikatakan bahwa yang tetap itu adalah perubahan itu sendiri.Menurut Soelaeman(2005:45) menyebutkan bahwa terjadinya perubahan disebabkan oleh: 

a) Sebab-sebab yang berasal dari masyarakat dan kebudayaan sendiri 

b) Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. 

Namun kenyataan yang terjadi pada masyarakat ada yang diterima dengan mudah dan ada yang sulit sehingga memerlukan waktu yang sangat lama.Menurut Soelaeman (2005:46-47) proses penerimaan kebudayaan ada beberapa factor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru. Faktor-faktor tersebut antara lain: 

a) Terbiasanya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut. 

b) Jika pandangan hidup dan nilai-nilai dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai agama,maka penerimaan unsure baru itu mengalami kelambatan dan harus disensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku. 

c) Corak struktur social suatu masyarakat turut menentukan proses penerimeen kebudayaan baru. 

d) Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut. 

e) Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas,dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaanya oleh warga masyarakat yang bersangkutan. 

Kebudayaan selain dapat diterima dengan mudah ada juga kebudayaan yang sulit diterima bahkan ditolak oleh masyarakat factor-faktornya adalah: 

a) Masyarakat sudah terbiasa dengan kebudayaan lama sehingga sulit untuk menerima kebudayaan yang baru 

b) Kebudayaan baru seperti kebudayaan barat tidaksesuai dengan kepribadian masyarakat Indonesia. 

c) Unsur-unsur kebudayaan baru memiliki skla yang luas dan sulit dibuktikan kegunaannya oleh masyarakat yang bersangkutan. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hubungan Kebudayaan Dengan Agama "

Post a Comment