Kaum Sofis dan Socrates

Filsafat dalam periode ini ditandai oleh ajarannya yang "membumi" dibandingkan ajaran-ajaran filsuf sebelumnya. Seperti dikatakan Cicero --sastrawan Roma-- bahwa Socrates telah memindahkan
filsafat dari langit ke atas bumi. Maksudnya, filsuf pra-Socrates mengkonsentrasikan diri pada persoalan alam semesta sedangkan Socrates mengarahkan obyek penelitiannya pada manusia di atas bumi. Hal ini juga diikuti oleh para sofis. Seperti telah disebutkan di depan, sofis (sophistes) mengalami kemerosotan makna. Sophistes digunakan untukmenyebut guru-guru yang berkeliling dari kota ke kota dan memainkan peran penting dalam masyarakat. Dalam dialog Protagoras, Plato mengatakan bahwa para sofis merupakan pemilik warung yang menjual barang ruhani.  

Sofis pertama adalah Protagoras, menurutnya manusia ialah ukuran segala-galanya. Pandangan ini bisa disebut "relativisme" artinya kebenaran tergantung pada manusia. Berkaitan dengan relativisme ini maka
diperlukan seni berdebat yang memungkinkan orang membuat argumen yang paling lemah menjadi paling kuat. Ajarannya tentang negara mengatakan bahwa setiap negara mempunyai adat kebiasaan sendiri; seorang dewa berkunjung kepada manusia dan memberi anugerah --keinsyafan akan keadilan
dan aidos hormat pada orang lain-- yang memungkinkan manusia dapat hidup bersama. Filsuf berikutnya adalah Gorgias yang mempertahankan tiga pendiriannya;

 1) Tidak ada sesuatupun, 2) Seandainya sesutu tidak ada, maka ia tidak dapat dikenali, 3) Seandainya sesuatu dapat dikenali, maka
hal itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain. Sofis Hippias
berpandangan bahwa Physis (kodrat) manusia merupakan dasar dari tingkah
laku manusia dan susunan masyarakat, bukannya undang-undang (nomos) karena
undang-undang sering kali memperkosa kodrat manusia. Sofis Prodikos
mengatakan bahwa agama merupakan penemuan manusia. Sedangkan Kritias
berpendapat bahwa agama ditemukan oleh penguasa-penguasa negara yang
licik. 

Sebagaimana para sofis, Socrates memulai filsafatnya dengan bertitik tolak dari pengalaman keseharian dan kehidupan kongkret. Perbedaannya terletak pada penolakan Socrates terhadap relatifisme yang pada umumnya dianut para sofis. Menurut Socrates tidak benar bahwa yang baik itu baikbagi warga negara Athena dan lain lagi bagi warga negara Sparta. Yang baik mempunyai nilai yang sama bagi semua manusia, dan harus dijunjung tinggioleh semua orang. Pendirinya yang terkenal adalah pandangannya yangmenyatakan bahwa keutamaan (arete) adalah pengetahuan, pandangan ini kadang-kadang disebut intelektualisme etis. Dengan demikian Socrates menciptakan suatu etika yang berlaku bagi semua manusia. Sedang ilmupengetahuan Socrates menemukan metode induksi dan memperkenalkan
definisi-definisi umum. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kaum Sofis dan Socrates "

Post a Comment