PROFIL OBAT ANTI DEMAM (ANTIPYRETIC)

ASPIRIN/acetosal

Aspirin tergolong obat NSAIDS atau non steroid anti inflammatory drugs, artinya obat yang memiliki efek anti inflamasi tetapi bukan termasuk golongan steroid. Aspirin atau asetosal salah satu nama dagangnya adalah aspilet. Selain efek anti inflamasi atau anti radang, aspirin juga memiliki sifat analgesik (pereda rasa sakit) dan antipiretik (penurun demam). Oleh karena itu, indikasi pemberian aspirin adalah, penghilang rasa sakit, anti inflamasi (misalnya pada penyakit autoimun seperti artritis atau radang sendi), tetapi aspirin juga dipakai pada infark jantung dan hiperagregasi trombosit (“kekentalan darah”) karena aspirin juga bisa mengencerkan darah.

Aspirin berinteraksi dengan:steroid, anticoagulants (obat anti pembekuan darah), obat antirheuma, dan obat anti gout. Pemberian aspirin bersama dengan salah satu obat tersebut akan meningkatkan risiko perdarahan.

            Selain itu, pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus potensial menimbulkan sindrom Reye, suatu kondisi yang potensial mengancam jiwa yang pada intinya melibatkan kelainan berat pada otak dan hati. Anak mengalami penurunan kesadaran, kejang-kejang, dan gagal hati. Oleh karena itu, dunia kedokteran membuat keputusan melarang pemberian aspirin pada anak berusia kurang dari 16 tahun. Efek samping lain yang dapat ditimbulkan aspirin:
-          Perdarahan saluran cerna
-          Blood thinning atau pengenceran darah
-          Tukak lambung
-          Thrombocytopenia atau penurunan jumlah trombosit
-          Reaksi alergi, Dizzyness atau pusing, Tinnitus (telinga berdenging)

OBAT SELESMA
Penyebab flu/selesma adalah infeksi virus. Gejalanya adalah:
-          Meler, Sakit menelan/radang tenggorokan, Bersin, muntah, hidung buntu
-          Demam tinggi yang timbul mendadak, Sakit badan (otot dan tulang)

Lamanya 3 hari s/d 2 minggu, tergantung daya tahan tubuh anak dan tergantung ada tidaknya orang lain yg juga sakit flu di rumah atau di sekolah si anak. Bayi/anak yang memiliki saudara kandung yang lebih besar (sudah bersekolah), bisa lebih sering mengalami colds dan flu.
Kita sering mengganggap meler sebagai flu. Padahal, penyebab “ingusan” bisa infeksi virus, alergi, kedinginan, atau sesudah menangis. “ingusan” karena alergi tidak disertai demam dan tidak ada tanda-tanda infeksi lainnya (lesu, kehilangan nafsu makan, mual/muntah). Lalu apa bedanya common colds (selesma) dengan influenza?
Selesma tidak ada obatnya, terlebih pada bayi. Obat yang paling ampuh adalah sang waktu, memberi kesempatan kepada sistem imun si anak untuk memerangi infeksinya. Kadang kita perlu membuat  bayi/anak merasa sedikit nyaman.
Coba perhatikan resep puyer yang diberikan kepada anak anda yang tengah selesma. Umumnya terdiri dari CTM (antihistamin), diphenhydramine, efedrin atau pseudoefedrin. Pemberian obat-obatan tersebut sebetulnya tidak rasional. Efek samping yang dapat ditimbulkan adalah dahak semakin kental (sehingga anak batuk lebih hebat), mengantuk, palpitasi (jantung berdebar-debar), mulut-hidung-tenggorokan terasa kering, hipertensi, gangguan buang air kecil. Berikut ini pengumuman berdasarkan US government research: “OTC cold medicines dangerous for kids under 6”.
       Satu masalah yang sering mengganggu hubungan dokter-pasien adalah
         ekspektasi yang tak realistis atau
         tidak  mempercayai diagnosis –
         tidak mempercayai penyakit harian ringan tak butuh terapi
       Mis: banyak orangtua mengharapkan obat untuk selesma-flu. Padahal, a wait-and-see approach jauh lebih baik. Akibatnya… doctor may feel pressured to give in to parental expectations for prescriptions or treatment, even when it's not necessary or in the best interest of the child's health.

Kesimpulan: selesma dan influenza tak bisa dibunuh dengan antibiotic. Tak ada obat untuk mempercepat penyembuhan. Cukup berikan parasetamol jika demam, observasi, dan cairan sesering mungkin (ASI dll).



BATUK & BRONKITIS & COUGH MIXTURE (obat batuk)?
Batuk, pada dasarnya merupakan suatu refleks yang pusat pengaturannya berada di otak. Refleks batuk ini juga merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk ke saluran napas. Ketika tersedak, ketika terkena infeksi flu, maka lendir berlebihan akan dibatukkan oleh tubuh kita. Lihat gambar sebelah kanan yang dikeluarkan oleh CDC ... disitu dinyatakan bahwa pada umumnya batuk dan radang tenggorokan tidak membutuhkan terapi antibiotika. Perbanyak minum ... maka batukpun akan mereda karena lendir menjadi lebih encer dan lebih mudah untuk dikeluarkan.
Batuk akibat meningkatnya produksi dahak kebanyakan disebabkan infeksi virus atau alergi. Batuk akibat infeksi virus flu misalnya bisa berlangsung sampai dengan 2 minggu bahkan lebih lama lagi bila anak kita  sensitif atau alergi, atau bila di rumah ada anak lain yang lebih besar atau yang juga sedang sakit.
Istilah bronkitis sendiri tidak mencerminkan suatu etiologi. Penelitian membuktikan bahwa bronkitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus dan merupakan suatu kondisi yang sifatnta self limiting. Penelitian pada 1398 anak yang keluhan utamanya batuk juga menunjukkan bahwa 88% anak tersebut diresepkan antibiotik sehingga menunjukkan ”keyakinan” para dokter seolah kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteria.  Pemberian antibiotik sebaiknya ditunda sampai penyebabnya diketahui dengan pasti. Secara garis besar, penyebab pada bayi dan anak kecil adalah virus parainfluensa, RSV, dan virus influensa. Pada anak berusia > 5 tahun umumnya juga disebakan oleh infeksi virus meski kadang perl;u dipikirkan infeksi Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumonia. Batuk lama pada anak besar bisa karena pertusis, M pneumoniae, tetapi kebanyakan disebabkan karena alergi dan infeksi virus sehingga kebanyakan tidak membutuhkan antibiotik.  Infeksi M pneumoniae umumnya bersifat ringan keculai pada remaja dan anak besar yang bisa menyebabkan batuk lama atu pneumonia, dalam hal ini barulah diperlukan antibiotik. Pada anak besar, batuk yang sangat lama (lebih dari 4 – 8 minggu) pikirkan kemungkinan hipersensitivitas saluran napas, aspirasi benda asing, tuberkulosis, pertusis, cystic fibrosis, atau sinusitis; dalam kondisi ini terapi antibiotik perlu dipertimbangkan.

TATALAKSANA: prinsipnya mencari tahu penyebabnya
Batuk karena produksi dahak berlebihan, upayakan untuk mengurangi produksi lendir:
·      Minum banyak yang hangat, Bayi - bantal agak tinggi,
·      Jangan ada asap rokok, Ruangan jangan kering (Moist air)
·      Umumnya  NO – ANTIBIOTICS; NO penekan refleks batuk codein,  dekstrometorfan (DMP).
·      Batuk bukan penyakit, Cari penyebabnya.
·      Obat batuk? Tidak ada! Kecuali batuiknya karena asma

STEROID
Steroid adalah suatu hormon seks yang dihasilkan oleh kelenjar anak ginjal. Tidak sedikit dokter yang menganggap steroid sebagai “obat dewa” khususnya pada anak batuk. Padahal penggunaan steroid dapat menimbulkan berbagai efek samping terutama bila pemberiannya berulang-ulang atau untuk jangka panjang. Pemberian steroid jangka panjang akan menekan kelenjar anak ginjal agar tidak terjadi kelebihan konsentrasi steroid dalam darah yang bersangkutan. Oleh karena itu, penghentian steroid setelah suatu terapi jangka panjang, harus dilakukan perlahan-lahan secara bertahap.Bila steroid dihentikan secara mendadak maka akan terjadi suatu kondisi kegawatdaruratan akibat krisis kelenjar adrenal. Tubuh yang tiba-tiba tidak memiliki pasokan steroid akan mengalami kekacauan elektrolit (Natrium dan Kalium), hipoglikemi (penurunan kadar gula darah), hipotensi, dan lain-lain
            Kapan steroid benar-benar dibutuhkan oleh tubuh kita? Berikut ini adalah beberapa indikasi pemberian steroid:
-          Penyakit autoimun
-          Asma
-          Reaksi alergi yang berat 
-          “Doping”
-          Pasca transplantasi organ

Efek samping yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
-          Osteoporosis (pengeroposan tulang)
-          Fraktur spontan (patah tulang tanpa didahului trauma yang bermakna)
-          Penampilan Cushingoid (antara lain wajah dengan pipi tembam, alis tebal, kumis, berbulu, striae atau gurat-gurat kulit, perut membesar akibat penumpukan lemak)
-          Acne/herawat
-          Hirsutism (penumbuhan bulu tubuh yang berlebihan)
-          Short stature (perawakan pendek akibat penutupan dini cawan tulang rawan di ujung tulang panjang)
-          Perdarahan saluran cerna
-          Glaucoma (peningkatan tekanan di dalam bola mata yang bila berkepanjangan dapat menyebabkan kebutaan)
-          Tekanan darah tinggi
-          Edema (penumpukan cairan dalam tubuh)
-          Perubahan perilaku (euforia atau depresi)
-          Muscle weakness
-          Diabetes,  dan lain-lain

Pelajari resep yang diberikan kepada anda, tanyakan dan diskusikan obat-obatan yang diberikan, termasuk pertanyakan indikasi pemberian steroid. Bila kondisi anak memerlukan steroid jangka panjang, diskusikan cara mengurangi kemungkinan terjadinya efek samping di atas.

Phenobarbital/luminal

Fenobarbital tergolong obat anti kejang, oleh karena itu, fenobarbital merupakan salah satu pilihan obat untuk epilepsi. Di Indonesia, fenobarbital diberikan kepada hampir semua anak/bayi demam dengan tujuan mencegah terjadinya kejang demam. Padahal, standard operating procedure (SOP) tatalaksana kejang demam maupun SOP demam tidak mencantumkan perlunya pemberian fenobarbital untuk mencegah terjadinya kejang demam. Kejang demam tidak dapat dicegah. Oleh karena itu, pemberian fenobarbital pada anak demam merupakan pola pemberian obat yang tidak rasional.
            Pemberian fenobarbital pada kondisi demam bukan saja tidak diperlukan, bahkan dapat merugikan. Fenobarbital merupakan salah satu obat yang menekan ensim sitokrom P450 di hati, ensim yang berperan pada metabolisme obat tahap pertama (lihat slide no 9). Penekanan ensim ini menyebabkan terganggunya metabolisme obat lain yang diberikan bersamaan dengan fenobarbital, akibatnya konsentrasi obat lain akan meningkat dan meningkat pula risiko toksisitas obat yang diberikan bersama fenobarbital. Misalnya, pemberian fenobarbital dengan parasetamol menyebabkan kadar parasetamol di darah meningkat (dibandingkan bila parasetamol hanya diberikan tanpa fenobarbital) sehingga risiko “keracunan” parasetamol pun meningkat. Hal yang sama terjadi bila fenobarbital diberikan bersama chloramphenicol, steroid, teofilin, metronidazole, rifampisin, obat untuk asma, obat untuk selesma.
Efek samping yang mungkin ditimbulkannya:
-          Mengantuk, penurunan kesadaran

-           
-          Sakit kepala, Pusing/Dizziness
-          Depresi atau hiperaktivitas
-          Gangguan lambung,
-           
-           

-          Muntah-muntah



ANTI DIARE,  ANTI MUNTAH
Simaklah SOP diare dengan atau tanpa muntah. Keduanya adalah gejala, bukan penyakit. Carilah penyebabnya. Pada anak dan bayi, kebanyakan disebabkan oleh infeksi virus yang akan sembuh sendiri dalam beberapa hari, tanpa pengobatan kecuali cairan dan cairan rehidrasi oral. Ada kebiasaan bila anak/bayi diare, diberi berbagai macam obat mulai dari kaolin, smectite (Smecta), LactoB, sampai dengan obat anti jamur, dan antibiotik. Pemberian obat-obat tersebut tidak ada dalam SOP tatalaksana diare dan muntah, juga tidak ada evidence nya (tidak terbukti EBMnya).

Kaolin: Pernah coba browsing di situs WHO atau lainnya? Tidak menemukan? Jangan  bingung, memang obat ini tidak dipakai di negeri lain. Bahkan dari produsen nya sendiri menyatakan bahwa obat ini justru tidak boleh diberikan pada infeksi E coli, salmonella, shigella, dan tidak boleh juga diberikan pada diare yang ada darahnya serta bila ada kecurigaan obstruksi usus dan berbagai kasus bedah lainnya. Kaolin juga dapat menimbulkan efek samping yang disebut Toxic megacolon yaitu terkumpulnya dan terperangkapnya tinja di usus besar sehingga racun-racun yang seharusnya dikeluarkan oleh tubuh kita akan meracuni tubuh kita. Selain itu, baru-baru saja ada warning agar tidak memberikan Kaopectate karena kandungan aspirin di dalamnya.

Pepto Bismol Warning
====================
Parents generally know that they shouldn't give aspirin to their kids. They may not know exactly why, but most are aware that it can be dangerous. Of course, the reason to avoid these medications is because they can increase your child's chances of developing Reye's syndrome if they take them while they also have a viral infection, such as the flu or chicken pox.
There are other medicines that contain salicylates, which are related to aspirin, that you should also avoid. Their link to Reye's syndrome is just theoretical though. These include: Kaopectate & Pepto-Bismol
Also remember that the AAP, in the practice parameter: The management of acute gastroenteritis in young children, makes the recommendation that 'as a general rule, pharmacologic agents should not be used to treat acute diarrhea' and that 'the routine use of bismuth subsalicylate is not recommended in the treatment of children with acute diarrhea'.

Anti Jamur? Dalam keadaan normal, jamur banyak sekali di usus kita, dan samasekali tidak membahayakan bahkan kita butuhkan antara lain untuk memproses sisa makanan yang akan dibuang. Bila kita mengalami kelainan sistem imun misalnya pasca transplantasi organ atau memperoleh steroid jangka panjang, maka tubuh kita potensial rentan trerhadap infeksi jamur. Diare pada orang normal samasekali tidak memerlukan anti jamur. Obat anti jamur justru dapat menimbulkan gangguan pencernaan karena obat tersebut membunuh jamur “baik” yang ada di dalam usus kita.

Antibiotik? Hanya diare akibat parasit (umumnya ditandai dengan adanya darah di tinjanya) yang perlu diberi antibiotik. Diare akibat kuman sekalipun umumnya tidak membutuhkan antibiotik. Pemberian antibiotik akan menganggu flora normal di usus kita dan menimbulkan gangguan pencernaan termasuk diare yang berkepanjangan. Pemberian antibiotik dapat menyebabkan colitis pseudomembranosa yaitu suatu kondisi dimana usus besar dilapisi suatu selaput akibat maraknya kuman (yang aslinya bukan kuman jahat) sehingga proses penyerapan air di usus besar terganggu dan terjadilah diare berkepanjangan.

Anti muntah. Secara garis besar, muntah bisa dibagi dua, muntah karena kelainan usus yang memerlukan tindakan bedah (apendisitis, intususepsi/penjepitan usus, strangulasi/usus terpelintir, hernia, tumor). Muntah juga bisa karena infeksi dan sebagian besar muntah pada bayi dan anak disebabkan oleh gastroenteritis virus. Pemberian obat muntah sangat melawan proses fisiologis tubuh untuk membuang racun, kedua, menyesatkan kita kalau ada kelainan bedah tersebut di atas. Selain itu, obat anti muntah tersebut potensial menimbulkan efek samping.Be rational, jangan tergopoh-gopoh menghentikan gejala. Cari penyebabnya, itu sikap yang bijak.

TEOFILIN
Teofilin sering sekali ditulis diresep untuk anak batuk pilek padahal teofilin BUKAN obat batuk pilek. Teofilin adalah suatu bronkodilator (pembuka saluran napas) yang dibutuhkan anak asma berat atau asma yang tidak memberikan respons terhadap bronkodilator lainnya misalnya salnutamol. Anehnya, resep teofilin umumnya diberikan bersamaan dengan salbutamol dan steroid, antihistamin, serta antibiotik.  Padahal, di negara maju, obat ini jarang sekali dipakai karena
(1) ia potensial menimbulkan efek samping (rentang keamanannya sempit). Artinya, dosis terapi sangat berhimpitan dengan dosis yang bisa menimbulkan efek samping; ia juga harus dipergunakan dengan sangat hati-hati (yang pasti bukan untuk anak batuk pilek biasa) karena
(2) teofilin berpengaruh terhadap sistem jantung-pembuluh darah, syaraf dan otak, saluran cerna, serta sistem metabolik.  Efek samping nya antara lainmual, diare, detak jantung meningkat, irama jantung tidak beraturan, serta eksitasi sistem otak. Kelebihan dosis Teofilin juga bisa menyebabkan hypokalemia, hyperglycemia, hypercalcemia, hypophosphatemia, acidosis.
(3) toksisitasnya meningkat apabila pada saat bersamaan diberikan obat cimetidine, phenytoin (anti kejang), erythromycin,  fluoroquinolones. Juga berinteraksi dengan allopurinol, azithromycin (Zithromax), carbamazepine (Tegretol), cimetidine (Tagamet), ciprofloxacin (Cipro), clarithromycin, diuretics, lithium, oral contraceptives, prednisone, propranolol, rifampin, tetracycline, obat lain untuk infeksi dan penyakit jantung.
       Ketika anak memperoleh resep, tanya dokter apakah ada teofilin nya ... apabila ya .. tanya apa maksudnya karena ia hanya diberikan pada asma yang tidak mempan obat asma biasa.


POLA PENGOBATAN TIDAK RASIONAL (IRUD)
Pola pengobatan yang tidak rasional adalah pola pengobatan yang tidak mengikuti kaidah pengobatan rasional. Dari berbagai studi, bentuk utama IRUD adalah:
-          polifarmasi (pemberian beberapa obat sekaligus pada saat yang bersamaan pada kondisi yang tidak memerlukan beberapa obat sekaligus)
-          pemberian antibiotika yang berlebihan
-          pemberian steroid yang berlebihan
-          tingginya tingkat pemakaian obat non generik
-          tingginya tingkat pemakaian obat injeksi
-          tingginya tingkat pemakaian “obat” yang sebenarnya tidak dibutuhkan (off label use). Termasuk di dalam kategori off label use adalah pemberian antibiotik untuk infeksi virus seperti diare akut dan ISPA, pemberian steroid untuk batuk pilek ISPA. Contoh lain misalnya, pemberian suplemen, vitamin, antihistamin untuk common colds/flu, bronkodilator untuk batuk pada ISPA, dsb nya.

Anak merupakan populasi yang paling terpapar pada obat – pada banyak obat (polypharmacy) dan kepada antibiotik. Tiga kondisi yang paling sering diterapi dengan antibiotik adalah demam, radang tenggorokan, dan diare. Padahal ketiganya itu umumnya disebabkan oleh infeksi virus.
            Peran konsumen sangat besar dalam rangka mewujudkan pola pengobatan yang rasional. Konsumen yang rasional merupakan “sumber tenaga” untuk membantu proses reformasi dunia kedokteran. Milikilah pengetahuan dasar kesehatan dan diskusikanlah dengan dokter anda setiap mengalami gangguan kesehatan. Untuk memperkuat bargaining power, bawalah artikel terkait. Ajukanlah minimal tiga pertanyaan:
1.      Apa penyebab gangguan kesehatan yang tengah dialami?
2.      Apa yang harus saya lakukan?
3.      mengapa harus melakukan itu semua? Kapan saya harus cemas dan menghubungi dokter?
Bertanyalah setiap kali anak diberi resep. Ask as many questions as you need.  Tanyakanlah:
  1. Apakah anak saya benar-benar memerlukan obat?
  2. Obat apa saja yang diberikan? Mengapa sebanyak itu? Apa kerja masing-masing obat?
  3. Apakah ada interaksi antara setiap obat?
  4. Apa efek samping yang mungkin terjadi? Apa yang harus diamati? Bagaimana mencegah terjadinya efek samping? Apa yang harus saya lakukan bila terjadi efek samping?.
Kedua, komunikasikanlah perkembangan kondisi anak ke dokter anda. Termasuk bila anda mencurigai terjadinya reaksi akibat obat. Bekal pengetahuan, kekritisan, akan melindungi anak dari polifarmasi & antibiotic overuse.



PROTECTING YOUR CHILD FROM IRUD
Sebagai orang tua, sebagai konsumen, kita punya hak dan punya kewajiban. Hak atas keamanan, kenyamanan, dan hak untuk memperoleh layanan terbaik, hak untuk memperoleh informasi yang obyektif. Kalian juga jangan melupakan kewajiban kita, kewajiban untuk mencari informasi yang obyektif, kewajiban untuk membina kemitraan dengan dokter kita. Secara sederhana, bantulah terwujudnya pola pengobatan rasional dengan melakukan beberapa hal berikut ini:
•  Hitung jumlah semua obat yang diberikan termasuk jumlah yang ada di dalam puyer (semakin banyak jumlah obat, semakin kita harus “concern”)  
•  Miliki kopi resep untuk arsip seandainya di kemudian hari dibutuhkan sebagai riwayat pengobatan anak atau apabila anak mengalami reaksi alergi/efek samping obat.  
•  Setiap obat (setiap baris obat di resep), tanyakan 5 hal berikut:
1.      Apa kandungan aktif nya (generiknya)
2.      Apa indikasi pemberiannya. Bagaimana mekanisme kerjanya
3.      Apa risiko efek sampingnya
4.      Apakah ada alternatif selain obat ini (mis harus obat?, bagaimana dengan generiknya?)
5.      Bagaimana cara pemberiannya
       Berkonsultasilah dengan ahli farmasi perihal kemungkinan interaksi obat.  
•   Beritahu DSA apabila anak tengah mengkonsumsi obat lain, tengah menderita penyakit lain, atau tengah mengkonsumsi produk herbal, suplemen atau” obat” tradisional.  Kesemuanya bisa saja berinteraksi dengan obat yang akan diberikan DSA.
MILIKI PENGETAHUAN PERIHAL BERBAGAI OBAT-OBATAN YANG SERING DIBERIKAN KEPADA ANAK ANDA.

Take Medications  Safely

Berikut ini panduan untuk orang tua untuk mengurangi kemungkinan kesalahan pemberian obat. Berbagai instruksi ini dapat dibaca di berbagai web terkemuka yang kredibel. Ini menunjukkan bahwa semua pihak sangat concern perihal anak dan perihal anak yang harus memperoleh obat.
-          Baca petunjuk pemakaian obat, baca instruksi di label obat di tempat terang untuk memastikan agar anda tidak sedang salah membaca.
-          Baca label instruksi pemberian obat sebelum membuka botol obat, sesudah mengambil sejumlah dosis yang dibutuhkan, dan sekali lagi sebelum memberikan obat kepada anak.
-          Simpan obat di tempat yang aman, yang tidak dapat dijangkau anak. Jangan menaruh lemari obat di kamar mandi karena kelembaban kamar mandi bisa merusak obat.
-          Berikan dosis yang tepat, akurat, berdasarkan usia, berat badan, atau tanya dokter.

Konsumen yag cerdas dan well informed merupakan mitra yang menyenangkan. Pesan tertulis di buku panduan kesehatan anak Royal Children’s hospital Melbourne: With the enormous explosion of our knowledge about and use of pharmaceuticals, we need more than ever to get the right medicine to our sick children and ensure they receive the best and safest pharmaceutical care possible.


Last editing: 10 April  2009


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PROFIL OBAT ANTI DEMAM (ANTIPYRETIC) "

Post a Comment