PROFIL OBAT ANTI DEMAM (ANTIPYRETIC)
ASPIRIN/acetosal
Aspirin tergolong obat NSAIDS atau non steroid
anti inflammatory drugs, artinya obat yang memiliki efek anti inflamasi tetapi
bukan termasuk golongan steroid. Aspirin atau asetosal salah satu nama
dagangnya adalah aspilet. Selain efek anti inflamasi atau anti radang, aspirin
juga memiliki sifat analgesik (pereda rasa sakit) dan antipiretik (penurun
demam). Oleh karena itu, indikasi pemberian aspirin adalah, penghilang rasa
sakit, anti inflamasi (misalnya pada penyakit autoimun seperti artritis atau
radang sendi), tetapi aspirin juga dipakai pada infark jantung dan
hiperagregasi trombosit (“kekentalan darah”) karena aspirin juga bisa mengencerkan
darah.
Aspirin berinteraksi
dengan:steroid, anticoagulants (obat anti pembekuan darah), obat antirheuma,
dan obat anti gout. Pemberian aspirin bersama dengan salah satu obat tersebut
akan meningkatkan risiko perdarahan.
Selain
itu, pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus potensial menimbulkan sindrom
Reye, suatu kondisi yang potensial mengancam jiwa yang pada intinya
melibatkan kelainan berat pada otak dan hati. Anak mengalami penurunan
kesadaran, kejang-kejang, dan gagal hati. Oleh karena itu, dunia kedokteran membuat
keputusan melarang pemberian aspirin pada anak berusia kurang dari 16 tahun. Efek
samping lain yang dapat ditimbulkan aspirin:
-
Perdarahan saluran cerna
-
Blood thinning atau pengenceran darah
-
Tukak lambung
-
Thrombocytopenia atau penurunan jumlah trombosit
-
Reaksi alergi, Dizzyness atau pusing, Tinnitus (telinga
berdenging)
OBAT SELESMA
Penyebab flu/selesma adalah infeksi virus.
Gejalanya adalah:
-
Meler, Sakit menelan/radang tenggorokan, Bersin, muntah,
hidung buntu
-
Demam tinggi yang timbul mendadak, Sakit badan (otot dan
tulang)
Lamanya 3 hari s/d 2 minggu,
tergantung daya tahan tubuh anak dan tergantung ada tidaknya orang lain yg juga
sakit flu di rumah atau di sekolah si anak. Bayi/anak yang memiliki saudara
kandung yang lebih besar (sudah bersekolah), bisa lebih sering mengalami colds
dan flu.
Kita sering
mengganggap meler sebagai flu. Padahal, penyebab “ingusan” bisa infeksi virus,
alergi, kedinginan, atau sesudah menangis. “ingusan” karena alergi tidak
disertai demam dan tidak ada tanda-tanda infeksi lainnya (lesu, kehilangan
nafsu makan, mual/muntah). Lalu apa bedanya common colds (selesma) dengan
influenza?
Selesma tidak
ada obatnya, terlebih pada bayi. Obat yang paling ampuh adalah sang waktu,
memberi kesempatan kepada sistem imun si anak untuk memerangi infeksinya.
Kadang kita perlu membuat bayi/anak
merasa sedikit nyaman.
Coba
perhatikan resep puyer yang diberikan kepada anak anda yang tengah selesma.
Umumnya terdiri dari CTM (antihistamin), diphenhydramine, efedrin atau
pseudoefedrin. Pemberian obat-obatan tersebut sebetulnya tidak rasional. Efek
samping yang dapat ditimbulkan adalah dahak semakin kental (sehingga anak batuk
lebih hebat), mengantuk, palpitasi (jantung berdebar-debar),
mulut-hidung-tenggorokan terasa kering, hipertensi, gangguan buang air kecil. Berikut ini pengumuman berdasarkan US government research: “OTC cold
medicines dangerous for kids under 6”.

• Satu masalah yang sering mengganggu
hubungan dokter-pasien adalah
•
ekspektasi
yang tak realistis atau
•
tidak mempercayai diagnosis –
•
tidak
mempercayai penyakit harian ringan tak butuh terapi
•
Mis:
banyak orangtua mengharapkan obat untuk selesma-flu. Padahal, a wait-and-see approach jauh
lebih baik. Akibatnya… doctor may feel pressured to give in to
parental expectations for prescriptions or treatment, even when it's not
necessary or in the best interest of the child's health.
Kesimpulan: selesma dan
influenza tak bisa dibunuh dengan antibiotic. Tak ada obat untuk mempercepat
penyembuhan. Cukup berikan parasetamol jika demam, observasi, dan cairan
sesering mungkin (ASI dll).
BATUK & BRONKITIS &
COUGH MIXTURE (obat batuk)?
Batuk, pada dasarnya merupakan suatu refleks yang pusat pengaturannya
berada di otak. Refleks batuk ini juga merupakan salah satu sistem
pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk ke saluran napas. Ketika
tersedak, ketika terkena infeksi flu, maka lendir berlebihan akan dibatukkan
oleh tubuh kita. Lihat gambar sebelah kanan yang dikeluarkan oleh CDC ...
disitu dinyatakan bahwa pada umumnya batuk dan radang tenggorokan tidak
membutuhkan terapi antibiotika. Perbanyak minum ... maka batukpun akan mereda
karena lendir menjadi lebih encer dan lebih mudah untuk dikeluarkan.
Batuk akibat meningkatnya produksi dahak
kebanyakan disebabkan infeksi virus atau alergi. Batuk akibat infeksi virus
flu misalnya bisa berlangsung sampai dengan 2 minggu bahkan lebih lama lagi
bila anak kita sensitif atau alergi,
atau bila di rumah ada anak lain yang lebih besar atau yang juga sedang sakit.
Istilah bronkitis sendiri tidak mencerminkan suatu
etiologi. Penelitian membuktikan bahwa bronkitis umumnya disebabkan oleh
infeksi virus dan merupakan suatu kondisi yang sifatnta self limiting.
Penelitian pada 1398 anak yang keluhan utamanya batuk juga menunjukkan bahwa
88% anak tersebut diresepkan antibiotik sehingga menunjukkan ”keyakinan” para
dokter seolah kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteria. Pemberian antibiotik sebaiknya ditunda sampai
penyebabnya diketahui dengan pasti. Secara garis besar, penyebab pada bayi dan
anak kecil adalah virus parainfluensa, RSV, dan virus influensa. Pada anak
berusia > 5 tahun umumnya juga disebakan oleh infeksi virus meski kadang
perl;u dipikirkan infeksi Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia
pneumonia. Batuk lama pada anak besar bisa karena pertusis, M pneumoniae,
tetapi kebanyakan disebabkan karena alergi dan infeksi virus sehingga
kebanyakan tidak membutuhkan antibiotik.
Infeksi M pneumoniae umumnya bersifat ringan keculai pada remaja dan
anak besar yang bisa menyebabkan batuk lama atu pneumonia, dalam hal ini
barulah diperlukan antibiotik. Pada anak besar, batuk yang sangat lama (lebih
dari 4 – 8 minggu) pikirkan kemungkinan hipersensitivitas saluran napas,
aspirasi benda asing, tuberkulosis, pertusis, cystic fibrosis, atau sinusitis;
dalam kondisi ini terapi antibiotik perlu dipertimbangkan.
TATALAKSANA: prinsipnya mencari tahu penyebabnya
Batuk karena produksi dahak berlebihan, upayakan untuk mengurangi
produksi lendir:
·
Minum banyak yang hangat, Bayi - bantal agak tinggi,
·
Jangan ada asap rokok, Ruangan jangan kering (Moist air)
· Umumnya NO – ANTIBIOTICS; NO penekan refleks batuk codein,
dekstrometorfan (DMP).
· Batuk bukan penyakit,
Cari penyebabnya.
·
Obat batuk?
Tidak ada! Kecuali batuiknya karena asma
STEROID
Steroid adalah suatu hormon seks yang dihasilkan
oleh kelenjar anak ginjal. Tidak sedikit dokter yang menganggap steroid sebagai
“obat dewa” khususnya pada anak batuk. Padahal penggunaan steroid dapat
menimbulkan berbagai efek samping terutama bila pemberiannya berulang-ulang
atau untuk jangka panjang. Pemberian steroid jangka panjang akan menekan
kelenjar anak ginjal agar tidak terjadi kelebihan konsentrasi steroid dalam
darah yang bersangkutan. Oleh karena itu, penghentian steroid setelah suatu
terapi jangka panjang, harus dilakukan perlahan-lahan secara bertahap.Bila
steroid dihentikan secara mendadak maka akan terjadi suatu kondisi
kegawatdaruratan akibat krisis kelenjar adrenal. Tubuh yang tiba-tiba tidak
memiliki pasokan steroid akan mengalami kekacauan elektrolit (Natrium dan
Kalium), hipoglikemi (penurunan kadar gula darah), hipotensi, dan lain-lain
Kapan
steroid benar-benar dibutuhkan oleh tubuh kita? Berikut ini adalah beberapa
indikasi pemberian steroid:
-
Penyakit autoimun
-
Asma
-
Reaksi alergi yang berat
-
“Doping”
-
Pasca transplantasi organ
Efek samping yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
-
Osteoporosis (pengeroposan tulang)
-
Fraktur spontan (patah tulang tanpa didahului trauma yang
bermakna)
-
Penampilan Cushingoid (antara lain wajah dengan pipi
tembam, alis tebal, kumis, berbulu, striae atau gurat-gurat kulit, perut
membesar akibat penumpukan lemak)
-
Acne/herawat
-
Hirsutism (penumbuhan bulu tubuh yang berlebihan)
-
Short stature (perawakan pendek akibat penutupan dini
cawan tulang rawan di ujung tulang panjang)
-
Perdarahan saluran cerna
-
Glaucoma (peningkatan tekanan di dalam bola mata yang
bila berkepanjangan dapat menyebabkan kebutaan)
-
Tekanan darah tinggi
-
Edema (penumpukan cairan dalam tubuh)
-
Perubahan perilaku (euforia atau depresi)
-
Muscle weakness
-
Diabetes, dan
lain-lain
Pelajari resep yang diberikan kepada anda,
tanyakan dan diskusikan obat-obatan yang diberikan, termasuk pertanyakan
indikasi pemberian steroid. Bila kondisi anak memerlukan steroid jangka
panjang, diskusikan cara mengurangi kemungkinan terjadinya efek samping di
atas.
Phenobarbital/luminal
Fenobarbital tergolong obat anti kejang, oleh
karena itu, fenobarbital merupakan salah satu pilihan obat untuk epilepsi. Di
Indonesia, fenobarbital diberikan kepada hampir semua anak/bayi demam dengan
tujuan mencegah terjadinya kejang demam. Padahal, standard operating
procedure (SOP) tatalaksana kejang demam maupun SOP demam tidak
mencantumkan perlunya pemberian fenobarbital untuk mencegah terjadinya kejang
demam. Kejang demam tidak dapat dicegah. Oleh karena itu, pemberian
fenobarbital pada anak demam merupakan pola pemberian obat yang tidak rasional.
Pemberian
fenobarbital pada kondisi demam bukan saja tidak diperlukan, bahkan dapat
merugikan. Fenobarbital merupakan salah satu obat yang menekan ensim sitokrom
P450 di hati, ensim yang berperan pada metabolisme obat tahap pertama (lihat
slide no 9). Penekanan ensim ini menyebabkan terganggunya metabolisme obat lain
yang diberikan bersamaan dengan fenobarbital, akibatnya konsentrasi obat lain
akan meningkat dan meningkat pula risiko toksisitas obat yang diberikan bersama
fenobarbital. Misalnya, pemberian fenobarbital dengan parasetamol menyebabkan
kadar parasetamol di darah meningkat (dibandingkan bila parasetamol hanya
diberikan tanpa fenobarbital) sehingga risiko “keracunan” parasetamol pun
meningkat. Hal yang sama terjadi bila fenobarbital diberikan bersama chloramphenicol,
steroid, teofilin, metronidazole, rifampisin, obat untuk asma, obat
untuk selesma.
Efek samping yang mungkin ditimbulkannya:
Mengantuk, penurunan kesadaran
-
-
Sakit kepala, Pusing/Dizziness
-
Depresi atau hiperaktivitas
Gangguan lambung,
Muntah-muntah
ANTI DIARE, ANTI MUNTAH
Simaklah SOP diare dengan atau tanpa muntah.
Keduanya adalah gejala, bukan penyakit. Carilah penyebabnya. Pada anak dan
bayi, kebanyakan disebabkan oleh infeksi virus yang akan sembuh sendiri dalam
beberapa hari, tanpa pengobatan kecuali cairan dan cairan rehidrasi oral. Ada
kebiasaan bila anak/bayi diare, diberi berbagai macam obat mulai dari kaolin,
smectite (Smecta), LactoB, sampai dengan obat anti jamur, dan antibiotik.
Pemberian obat-obat tersebut tidak ada dalam SOP tatalaksana diare dan muntah,
juga tidak ada evidence nya (tidak terbukti EBMnya).
Kaolin: Pernah coba browsing di
situs WHO atau lainnya? Tidak menemukan? Jangan
bingung, memang obat ini tidak dipakai di negeri lain. Bahkan dari
produsen nya sendiri menyatakan bahwa obat ini justru tidak boleh diberikan
pada infeksi E coli, salmonella, shigella, dan tidak boleh juga diberikan pada diare
yang ada darahnya serta bila ada kecurigaan obstruksi usus dan berbagai kasus
bedah lainnya. Kaolin juga dapat menimbulkan efek samping yang disebut Toxic
megacolon yaitu terkumpulnya dan terperangkapnya tinja di usus besar sehingga
racun-racun yang seharusnya dikeluarkan oleh tubuh kita akan meracuni tubuh
kita. Selain itu, baru-baru saja ada warning agar tidak
memberikan Kaopectate karena kandungan aspirin di dalamnya.
Pepto Bismol Warning
====================
Parents generally know that they shouldn't give aspirin to their kids. They may
not know exactly why, but most are aware that it can be dangerous. Of course,
the reason to avoid these medications is because they can increase your child's
chances of developing Reye's syndrome if they take them while they also have a
viral infection, such as the flu or chicken pox.
There are other medicines
that contain salicylates, which are related to aspirin, that you should also
avoid. Their link to Reye's syndrome is just theoretical though. These include:
Kaopectate & Pepto-Bismol
Also remember that the
AAP, in the practice parameter: The management of acute gastroenteritis in
young children, makes the recommendation that 'as a general rule, pharmacologic
agents should not be used to treat acute diarrhea' and that 'the routine use of
bismuth subsalicylate is not recommended in the treatment of children with
acute diarrhea'.
Anti Jamur? Dalam keadaan normal, jamur banyak sekali di usus kita, dan samasekali tidak membahayakan bahkan kita butuhkan antara lain untuk memproses sisa makanan yang akan dibuang. Bila kita mengalami kelainan sistem imun misalnya pasca transplantasi organ atau memperoleh steroid jangka panjang, maka tubuh kita potensial rentan trerhadap infeksi jamur. Diare pada orang normal samasekali tidak memerlukan anti jamur. Obat anti jamur justru dapat menimbulkan gangguan pencernaan karena obat tersebut membunuh jamur “baik” yang ada di dalam usus kita.
Antibiotik? Hanya diare akibat
parasit (umumnya ditandai dengan adanya darah di tinjanya) yang perlu diberi
antibiotik. Diare akibat kuman sekalipun umumnya tidak membutuhkan antibiotik.
Pemberian antibiotik akan menganggu flora normal di usus kita dan menimbulkan
gangguan pencernaan termasuk diare yang berkepanjangan. Pemberian antibiotik
dapat menyebabkan colitis pseudomembranosa yaitu suatu kondisi dimana usus
besar dilapisi suatu selaput akibat maraknya kuman (yang aslinya bukan kuman
jahat) sehingga proses penyerapan air di usus besar terganggu dan terjadilah
diare berkepanjangan.
Anti muntah. Secara garis besar,
muntah bisa dibagi dua, muntah karena kelainan usus yang memerlukan tindakan
bedah (apendisitis, intususepsi/penjepitan usus, strangulasi/usus terpelintir,
hernia, tumor). Muntah juga bisa karena infeksi dan sebagian besar muntah pada
bayi dan anak disebabkan oleh gastroenteritis virus. Pemberian obat muntah
sangat melawan proses fisiologis tubuh untuk membuang racun, kedua, menyesatkan
kita kalau ada kelainan bedah tersebut di atas. Selain itu, obat anti muntah
tersebut potensial menimbulkan efek samping.Be rational, jangan
tergopoh-gopoh menghentikan gejala. Cari penyebabnya, itu sikap yang bijak.
TEOFILIN
Teofilin sering sekali ditulis diresep untuk anak
batuk pilek padahal teofilin BUKAN obat batuk pilek. Teofilin adalah suatu
bronkodilator (pembuka saluran napas) yang dibutuhkan anak asma berat atau asma
yang tidak memberikan respons terhadap bronkodilator lainnya misalnya
salnutamol. Anehnya, resep teofilin umumnya diberikan bersamaan dengan
salbutamol dan steroid, antihistamin, serta antibiotik. Padahal, di negara maju, obat ini jarang
sekali dipakai karena
(1) ia potensial menimbulkan efek
samping (rentang keamanannya sempit). Artinya, dosis terapi sangat berhimpitan
dengan dosis yang bisa menimbulkan efek samping; ia juga harus dipergunakan
dengan sangat hati-hati (yang pasti bukan untuk anak batuk pilek biasa) karena
(2) teofilin berpengaruh terhadap
sistem jantung-pembuluh darah, syaraf dan otak, saluran cerna, serta sistem
metabolik. Efek samping nya antara
lainmual, diare, detak jantung meningkat, irama jantung tidak beraturan, serta
eksitasi sistem otak. Kelebihan dosis Teofilin juga bisa menyebabkan hypokalemia,
hyperglycemia, hypercalcemia, hypophosphatemia, acidosis.
(3) toksisitasnya meningkat apabila
pada saat bersamaan diberikan obat cimetidine, phenytoin (anti kejang), erythromycin, fluoroquinolones. Juga berinteraksi
dengan allopurinol, azithromycin (Zithromax), carbamazepine (Tegretol),
cimetidine (Tagamet), ciprofloxacin (Cipro), clarithromycin, diuretics,
lithium, oral contraceptives, prednisone, propranolol, rifampin, tetracycline, obat
lain untuk infeksi dan penyakit jantung.
Ketika
anak memperoleh resep, tanya dokter apakah ada teofilin nya ... apabila ya ..
tanya apa maksudnya karena ia hanya diberikan pada asma yang tidak mempan obat
asma biasa.
POLA PENGOBATAN TIDAK
RASIONAL (IRUD)
Pola pengobatan yang tidak rasional adalah pola
pengobatan yang tidak mengikuti kaidah pengobatan rasional. Dari berbagai
studi, bentuk utama IRUD adalah:
-
polifarmasi (pemberian beberapa obat sekaligus pada saat yang
bersamaan pada kondisi yang tidak memerlukan beberapa obat sekaligus)
-
pemberian antibiotika yang berlebihan
-
pemberian steroid yang berlebihan
-
tingginya tingkat pemakaian obat non generik
-
tingginya tingkat pemakaian obat injeksi
-
tingginya tingkat pemakaian “obat” yang sebenarnya tidak
dibutuhkan (off label use). Termasuk di dalam kategori off label use adalah
pemberian antibiotik untuk infeksi virus seperti diare akut dan ISPA, pemberian
steroid untuk batuk pilek ISPA. Contoh lain misalnya, pemberian suplemen,
vitamin, antihistamin untuk common colds/flu, bronkodilator untuk batuk pada
ISPA, dsb nya.
Anak
merupakan populasi yang paling terpapar pada obat – pada banyak obat (polypharmacy)
dan kepada antibiotik. Tiga kondisi yang
paling sering diterapi dengan antibiotik adalah demam,
radang tenggorokan, dan diare. Padahal
ketiganya itu umumnya disebabkan oleh infeksi virus.
Peran
konsumen sangat besar dalam rangka mewujudkan pola pengobatan yang rasional. Konsumen yang rasional merupakan “sumber
tenaga” untuk membantu proses reformasi dunia
kedokteran. Milikilah pengetahuan dasar kesehatan dan diskusikanlah dengan
dokter anda setiap mengalami gangguan kesehatan. Untuk memperkuat bargaining
power, bawalah artikel terkait. Ajukanlah
minimal tiga pertanyaan:
1.
Apa penyebab
gangguan kesehatan yang tengah dialami?
2.
Apa yang harus saya
lakukan?
3.
mengapa harus
melakukan itu semua? Kapan saya harus cemas dan menghubungi dokter?
Bertanyalah setiap kali anak diberi resep. Ask
as many questions as you need. Tanyakanlah:
- Apakah anak saya
benar-benar memerlukan obat?
- Obat apa saja yang diberikan? Mengapa sebanyak itu? Apa kerja
masing-masing obat?
- Apakah ada interaksi antara setiap obat?
- Apa efek samping yang mungkin terjadi? Apa yang harus diamati?
Bagaimana mencegah terjadinya efek samping? Apa yang harus saya lakukan
bila terjadi efek samping?.
Kedua, komunikasikanlah perkembangan kondisi anak
ke dokter anda. Termasuk bila anda mencurigai terjadinya reaksi akibat obat. Bekal
pengetahuan, kekritisan, akan melindungi anak dari polifarmasi & antibiotic
overuse.
PROTECTING YOUR CHILD
FROM IRUD
Sebagai orang tua, sebagai konsumen, kita punya
hak dan punya kewajiban. Hak atas keamanan, kenyamanan, dan hak untuk
memperoleh layanan terbaik, hak untuk memperoleh informasi yang obyektif.
Kalian juga jangan melupakan kewajiban kita, kewajiban untuk mencari informasi
yang obyektif, kewajiban untuk membina kemitraan dengan dokter kita. Secara
sederhana, bantulah terwujudnya pola pengobatan rasional dengan melakukan
beberapa hal berikut ini:
• Hitung jumlah semua obat yang diberikan
termasuk jumlah yang ada di dalam puyer (semakin banyak jumlah obat, semakin
kita harus “concern”)
• Miliki kopi resep untuk arsip seandainya di
kemudian hari dibutuhkan sebagai riwayat pengobatan anak atau apabila anak
mengalami reaksi alergi/efek samping obat.
• Setiap obat (setiap baris obat di resep),
tanyakan 5 hal berikut:
1. Apa kandungan aktif nya
(generiknya)
2. Apa indikasi
pemberiannya. Bagaimana mekanisme kerjanya
3. Apa risiko efek
sampingnya
4. Apakah ada alternatif
selain obat ini (mis harus obat?, bagaimana dengan generiknya?)
5. Bagaimana cara
pemberiannya
• Berkonsultasilah dengan
ahli farmasi perihal kemungkinan interaksi obat.
• Beritahu DSA apabila anak tengah mengkonsumsi
obat lain, tengah menderita penyakit lain, atau tengah mengkonsumsi produk herbal,
suplemen atau” obat” tradisional. Kesemuanya
bisa saja berinteraksi dengan obat yang akan diberikan DSA.
MILIKI PENGETAHUAN PERIHAL
BERBAGAI OBAT-OBATAN YANG SERING DIBERIKAN KEPADA ANAK ANDA.
Take Medications Safely
Berikut ini panduan untuk orang tua untuk mengurangi
kemungkinan kesalahan pemberian obat. Berbagai instruksi ini dapat dibaca di
berbagai web terkemuka yang kredibel. Ini menunjukkan bahwa semua pihak sangat
concern perihal anak dan perihal anak yang harus memperoleh obat.
-
Baca petunjuk pemakaian obat, baca instruksi di label
obat di tempat terang untuk memastikan agar anda tidak sedang salah membaca.
-
Baca label instruksi pemberian obat sebelum membuka botol
obat, sesudah mengambil sejumlah dosis yang dibutuhkan, dan sekali lagi sebelum
memberikan obat kepada anak.
-
Simpan obat di tempat yang aman, yang tidak dapat
dijangkau anak. Jangan menaruh lemari obat di kamar mandi karena kelembaban kamar
mandi bisa merusak obat.
-
Berikan dosis yang tepat, akurat, berdasarkan usia, berat
badan, atau tanya dokter.
Konsumen yag cerdas dan well
informed merupakan mitra yang menyenangkan. Pesan tertulis di buku panduan
kesehatan anak Royal Children’s hospital Melbourne: With the enormous explosion of our knowledge about and
use of pharmaceuticals, we need more than ever to get the right medicine to our
sick children and ensure they receive the best and safest pharmaceutical care
possible.
Last editing: 10 April 2009

0 Response to "PROFIL OBAT ANTI DEMAM (ANTIPYRETIC) "
Post a Comment