Pemahaman Macam-macam uji laboratorium:



Macam-macam uji laboratorium: 

· Alkalin Fosfatase 

Merupakan suatu enzym yang dibuat di liver, tulang dan plasenta dan biasanya ada dalam konsentrasi tinggi pada saat pertumbuhan tulang dan didalam empedu. Enzim ini menghidrolisis ester fosfat dalam medium alkali. 

Alkalin fosfatase dilepaskan kedalam darah pada saat luka dan pada aktivitas normal seperti pada pertumbuhan tulang dan pada saat kehamilan. Tingginya tingkat alkalin fosfat dalam darah mengindikasikan adanya penyakit dalam tulang atau lever dan konsentrasi akan meningkat jika terjadi obstruksi aliran empedu. 

Tes untuk alkalin fosfat dikerjakan untuk mendiagnosa penyakit-penyakit liver atau tulang, atau untuk melihat apakah pengobatan untuk penyakit tersebut bekerja. 

Uji alkalin fosfat ada dalam tes darah rutin, termasuk dalam bagian tes fungsi liver. Kisaran normal alkalin fosfat dalam darah adalah 44 sampai 147 IU/L. 

Obat-obat yang dapat mempengaruhi konsentrasi alkalin fosfat diantaranya ialah : 

1. Obat AINS 

Dapat menurunkan angka alkalin fosfatase 

2. Parasetamol 

Meningkatkan angka alkalin fosfat 

Mekanisme : Parasetamol dapat mengganggu metabolisme sel hati yang dapat menyebabkan nekrosis. Terjadinya nekrosis ini akan meningkatkan angka alkalin fosfatase. 



· Bilirubin 

Bilirubin (pigmen empedu) merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak penting, namun merupakan petunjuk adanya penyakit hati dan saluran empedu. 

Pembuangan sel darah merah yang sudah tua atau rusak dari aliran darah dilakukan oleh empedu. Selama proses tersebut berlangsung, hemoglobin (bagian dari sel darah merah yang mengangkut oksigen) akan dipecah menjadi bilirubin. Bilirubin kemudian dibawa ke dalam hati dan dibuang ke dalam usus sebagai bagian dari empedu. 



Obat-obat yang mempengaruhi Bilirubin: 

1. Fenobarbital 

Dapat menurunkan kadar bilirubin 

Fenobarbital meningkatkan aktivitas glukoronil transferase (enzim yang digunakan pada konyugasi dengan asam glukuronat sehingga dengan cepat diekskresi melalui empedu dan urin) 



2. Estrogen, Steroid Anabolik 

Dapat meningkatkan kadar bilirubin 

Menyebabkan penurunan ekskresi bilirubin. Hal ini menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia, yang disebabkan karena terjadinya gangguan transfer bilirubin melalui membran hepatosit yang sehingga terjadi retensi bilirubin dalam sel 

Obat-obat yang mempunyai mekanisme yang sama adalah halotan (anestetik), isoniazid, dan klorpromazin 



· Glukosa 

Obat-obat yang mempengaruhinya: 

1. Atenolol 

Interaksi dengan test laboratorium : Dapat menurunkan konsentrasi glukosa 

Mekanisme : menghambat glikogenolisis di sel hati dan otot rangka sehingga mengurangi efek hiperglikemia dari epinefrin yang dilepaskan oleh adanya hipoglikemia sehingga kembalinya kadar gula pada hipoglikemia diperlambat. 

2. Kortikosteroid golongan glukokortikoid 

Interaksi dengan test laboratorium : Dapat menurunkan konsentrasi glukosa 

Mekanisme : meningkatkan glukoneogenesis dan mengurangi penggunaan glukosa di jaringan perifer dengan cara menghambat uptake dan penggunaan glukosa oleh jaringan mungkin melalui hambatan transporter glukosa. 

Kadar normal: 7-20mg/DL 



· Blood Urea Nitrogen (BUN) test 

BUN adalah konsentrasi urea pada plasma atau darah yang merupakan indikator penting fungsi ginjal. Test ini digunakan untuk melihat apakah ginjal bekerja dengan baik atau tidak dimana pada fungsi ginjal normal, kadar urin nitrogen adalah 3,6-7,1 mmol/L atau 10-20/dL. BUN test dilakukan dengan mengukur jumlah nitrogen yang berada dalam darah yang berasal dari urea. 

Obat yang mempengaruhi: 

1. Furosemid 

Furosemid dapat meningkatkan BUN 

Mekanisme: furosemid adalah obat golongan diuretik kuat yang dapat menyebabkan ekskresi glomerular sodium dan air yang tinggi (20-30%), sehingga menyebabkan dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi maka aliran darah ke ginjal menjadi berkurang. 

2. Vankomisin 

Vankomisin dapat meningkatkan Blood Urea Nitrogen 

Mekanisme: Vankomisin dapat menyebabkan 

ginjal tidak bekerja dengan baik, pengeluaran urea nitrogen menjadi terhambat sehingga kadarnya dalam darah meningkat. 

3. Piroksikam 

Piroksikam sedikit dapat meningkatan kadar BUN pada permulaan terapi yang kemudian menetap kadarnya (plateau) seperti halnya pada pengobatan dengan fenilbutazon, indometasin dan aspirin. Prostaglandin pada ginjal merupakan hormon dalam pengaturan sirkulasi darah di dalam medula dan korteks adrenal. 

Mekanisme kerja: 

Penghambatan sintesis prostaglandin oleh obat ains menyebabkan kenaikan kadar Blood Urin Nitrogen 



Transaminase 

untuk mendeteksi adanya kerusakan hati, pemeriksaannya dengan pengukuran SGOT dan SGPT. Keduanya terdapat dalam sel hati dalam jumlah yang besar dan ditemukan dalam serum dalam jumlah yang kecil. Kadarnya dalam serum akan meningkat ketika sel rusak atau membran sel terganggu 

· SGOT (Serum Glutamat Oksaloasetat trans) 

Penurunan kadar SGOT terjadi pada saat kehamilan, diabetik ketoasidosis dan beri-beri, sedangkan peningkatan kadar SGOT pada kondisi infark miokard akut (IMA), ensefalitis, nekrosis, hepar, penyakit dan trauma muskuloskeletal, pankreatiis akut, eklampsia, dan gagal jantung kongestif. 

Obat yang dapat meningkatkan nilai SGOT : Antibiotik, narkotik, vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), antihipertensi (metildopa, guanetidin), teofilin, golongan digitalis, kortison, flurazepam, indometasin, isoniasid, rifampisisn, kontrasepsi oral, salisislat, injeksi intramuskular. 

1. Isoniazid 

Isoniazid dapat menimbulkan ikterus dan kerusakan hati yang fatal akibat terjadinya nekrosis multilobular. Sehingga hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas enzim transaminase 





· Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) 

Peningkatan Kadar : Hepatitis (virus) akut, hepatotoksisitas yang menyebabkan nekrosis hepar (toksisitas obat atau kimia); agak atau meningkat sedang : sirosis, kanker hepar, gagal jantung kongestif, intoksikasi alkohol akut; peningkatan marginal: infark miokard akut (IMA) 

Obat yang dapat meningkatkan SGPT : Antibiotik, narkotik, metildopa, guanetidin, sediaan digitalis, indometasin, salisilat, rifampisin, flurazepam, propanolol, kontrasepsi oral, timah, heparin. 

1. Rifampisin 

Mekanisme Kerja: Rifampisin dapat meningkatkan hepatotoksik sehingga menyebabkan peningkatan aktivitas enzim transaminase. 



· Kolesterol 

Obat-obat yang dapat menurunkan nilai kolesterol : Tiroksin, estrogen, aspirin, antibiotik (tetrasiklin dan neomisin), asam nikotinik, heparin, kolkisin. 

Obat-obat yang dapat meningkatkan nilai kolesterol : Pil KB, epinefrin, fenotiazin, vitamin A dan D, sulfonamid, fenitoin (Dilantin). 

1. Vitamin C dosis tinggi menurunkan kadar kolestesterol melalui mekanisme: 

Memperlebar arteri sehingga memperkecil deposit kolesterol pada dinding arteri 

Meningkatkan aktifitas fibrinolisis, yang bertanggungjawab untuk memindahkan penumpukan kolesterol dari arteri 

Mengeliminasi kelebihan kolesterol dalam aliran darah dengan membawa ke empedu 



· Trigliserida 

Penurunan kadar : β-lipoproteinemia kongenital, hipertiroidisme, malnutrisi protein, latihan 

Obat-obat yang dapat menurunkan nilai trigliserida : Asam askorbat, kofibrat (Atromid-S), fenformin, metformin. 

Peningkatan Kadar : Hiperlipoproteinemia, IMA, hipertensi, hipotiroidisme, sindrom nefrotik, trombosis serebral, sirosis alkoholik, DM yang tidak terkontrol, sindrom Down’s, stress, diet tinggi karbohidrat, kehamilan. 



Metformin 

Mekanisme : Metformin dapat menurunkan absorbsi glukosa dari saluran lambung-usus . Metformin hanya mengurangi kadar glukosa darah dalam keadaan hiperglikemia serta tidak menyebabkan hipoglikemia bila diberikan sebagai obat tunggal. 



· Kreatinin Serum 

Kreatinin adalah produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin (kreatin) di otot yang dibuang melalui ginjal. Normalnya kadar kreatinin dalam darah 0,6 – 1,2 mg/dl. Bila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin darah bisa meningkat. 



1. Obat Golongan AINS 

Obat golongan ini : diklofenak, indometasin, asetosal, ibuprofen, piroksikam, asam mefenamat, ketoprofen, naproksen, meloksikam, oksaprozin, dll 

Obat golongan ini dapat menyebabkan resiko menurunnya fungsi ginjal, sehingga dapat menyebabkan meningkatnya kadar kreatinin dalam darah. 

2. Amfoterisin B 

Amfoterisin B dapat menyebabkan penurunan filtrasi glomerulus yang juga berakibat pada penurunan fungsi ginjal, sehingga dapat menyebabkan meningkatnya kadar kreatinin dalam darah. 



DAFTAR PUSTAKA 

Ganiswara, G.S., 1995. Farmakologi dan Terapi, Ed. IV. Bagian farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gaya Baru 

www.dokter.indo.net.id. Di download tanggal 9 Mei 2009 Pukul 12:00. 

Yulinah Elin, dkk. 2008.ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Pemahaman Macam-macam uji laboratorium: "

Post a Comment