KANKER PARU-PARU

Berjuang Melawan Kanker Paru dan Pantang Menyerah 
Dr. Ang Peng Tiam 

Kanker paru merupakan pembunuh yang cukup dominan di Singapura. Penyakit ini merupakan kanker kedua yang paling banyak ditemukan di antara para pria dan merupakan kanker ketiga yang paling banyak ditemukan di antara para wanita di negara ini. 

Salah satu penyebab utama kanker paru adalah merokok. Tetapi orang-orang yang tidak merokok juga beresiko terkena kanker paru, terutama jika mereka terpapar / terekspos pada barang-barang seperti asbestos atau second-smoker. 

Para wanita juga lebih rentan terkena kanker paru. Seorang wanita dengan kebiasaan merokok 1 bungkus sehari memiliki resiko terjangkit kanker paru lebih tinggi dibanding dengan pria yang memiliki kebiasaan sama. Kanker paru juga memiliki komponen turunan. Memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker paru juga berarti bahwa anggota keluarga dekat lainnya memiliki resiko yang lebih tinggi. 

Sayangnya, kanker paru mungkin tidak menunjukkan gejala apapun pada tahap-tahap dini. Inilah mengapa kanker paru seringkali baru terdeteksi setelah penyakit tersebut membesar. Gejala-gejala pada tahap tersebut termasuk batuk yang tak kunjung sembuh, batuk darah, nafas pendek, nyeri dada, nafas sesak / berbunyi seperti penderita asma dan serak. 

Kadang kanker paru bisa menyerang orang yang bukan termasuk dari kelompok beresiko tinggi terkena penyakit ini dan gejala yang diperlihatkan juga tidak terlihat serius. Hal inilah yang menimpa Ny. Wong Mei Leng. Ibu rumah tangga berusia 53 tahun ini bukan perokok dan tidak ada anggota keluarga dekatnya yang meroko. Pada awal tahun 2010, ia menderita batuk yang berlangsung sampai beberapa bulan. Ny. Wong selanjutnya menjalani Computed Tomography (CT) Scan pada bulan Juni 2010, yang memperlihatkan adanya masa/gumpalan berbentuk bayangan di paru kanannya. Ia terkena kanker. 

Dokter pertama yang ditemuinya mendiagnosa bahwa ia hanya bisa bertahan hidup selama 6 bulan tapi ia mau lebih. “Saya tidak ingin mati, saya ingin terus bersama suami saya sampai kami tua,” katanya. “Saya mau melihat ketiga anak saya lulus kuliah, menikah dan punya anak. Saya mau menjaga cucu-cucu saya”. 

Ny. Wong memutuskan untuk berjuang melawannya. Pertama ia menggunakan chi-kung tetapi tidak membantu. Akhirnya ia berkonsultasi dengan Dr. Ang Peng Tiam. Tapi pada saat itu kondisi fisiknya sudah memburuk. Dua bulan setelah diagnosa tersebut ia tidak bisa berjalan dan hasil scan Magnetic Resonance Imaging (MRI) tulang belakangnya memperlihatkan bahwa penyakit tersebut sudah menyebar. Kanker yang dimulai dari paru kanannya sudah bergerak ke paru kiri dan kemudian menyebar ke kelenjar getah bening di dada dan leher. Ny. Wong menderita rasa sakit yang sangat luar biasa, bahkan duduk di kursi rodapun terasa sangat menyakitkan. 

Saat Dr. Ang melihatnya, ia segera memulai pengobatannya, yang terdiri dari 10 sesi radioterapi dan kemudian kemoterapi. Sesi tersebut terasa menyakitkan bagi Ny. Wong. Ia menderita diare yang membuatnya kekurangan cairan tubuh, sehingga kemoterapi terpaksa dihentikan. Tetapi ia tetap bertahan, “Saya harus makan dan minum agar saya bisa melanjutkan pengobatan ini,” katanya. 

Ia terus berjuang dan kemudian suatu hari, terlihat suatu terobosan baru: ia bisa duduk dan berjalan tanpa merasakan sakit. Ini merupakan perubahan yang luar biasa. Ny. Wong menceritakan: “Jika orang bisa berdiri dan berjalan, ini adalah mujizat. Anda bisa melihat sinar matahari dari jendela; anda bisa melihat kemungkinan; anda bisa melihat secercah sinar di ujung terowongan.” 

Setelah tiga putaran kemoterapi, ia kemudian mampu berjalan dan hasil scan Positron Emission Tomography serta Computed Tomography (PET-CT scan)-nya menunjukkan respon yang sangat baik,” kata Dr. Ang. “Pengobatan ini dilakukan sebanyak 8 putaran lagi.” 

Tetapi Ny. Wong masih belum keluar dari kesulitannya, suatu hasil biopsi yang dilakukan pada bulan April tahun ini menunjukkan bahwa kanker telah menyebar ke kelenjar getah beningnya. Tetapi kemunduran ini tidak mengurangi semangat juangnya. “Saya mengerti bahwa perlu waktu panjang untuk mendapatkan kesembuhan,” katanya. 

Saat ini ia merasa bersyukur atas apa yang diderita olehnya. “Penyakit ini menyadarkan saya bahwa kita tidak cukup mengasihi diri kita sendiri. Saya dulu seperti orang-orang lainnya, mendahulukan pekerjaan dan tidak makan makanan yang sehat. Sekarang saya punya waktu banyak untuk mengasihi diri saya sendiri, sekarang saya tidak lagi acuh terhadap kehidupan, saya memiliki banyak harta - keluarga dan kawan-kawan saya,” katanya. 

Prognosis (perkiraan kemungkinan sembuh) kanker paru biasanya kurang begitu baik dibanding dengan kanker-kanker lain seperti kanker usus atau kanker payudara. Tetapi pengobatan yang meliputi pembedahan, kemoterapi dan radioterapi bisa memperpanjang usia. Dalam hal kanker paru, pencegahan jauh lebih penting dari pengobatan. Ini berarti harus mengenyahkan faktor resiko terbesar - merokok. Selain berhenti merokok, menghindar second-smoking juga sangat penting. Ini akan mengurangi resiko terjangkit kanker paru, meskipun tidak secara menyeluruh menghilangkannya. 



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KANKER PARU-PARU "

Post a Comment