Bagaimana Dengan Antibiotik?
Benar bahwa antibiotik dapat menghancurkan infeksi, dan bahkan diistilahkan obat manjur bila pekerjaan penghancuran berakhir dengan infeksi. Tetapi mereka adalah perusak yang berbahaya. Mereka tak ada pilih-pilih secara inteligen yang membuat mereka berjalan langsung menuju letak infeksi dan memilih untuk menghancurkan beberapa bakteri yang bahaya. Kita seringkali diberitahu bahwa obat manjur membunuh bakteri baik maupun bakteri jahat secara bersamaan, dan membuat daya tahan tubuh menjadi timpang. Seperti yang Sister White sebut “menuai biji yang tidak akan hilang daya hancurnya seumur hidup.” (Medical Ministry, hal. 229)
Sebagai bukti nyata dari pernyataan di atas, ada sebuah kutipan dari sambutan oleh William E. Smith, M.D., dari Englewood, New Jersey, pada Konvensi Tahunan Natural Food Associates, di Little Rock, Arkansas, February 16, 1957: "Saya telah menyebabkan kanker bagi ratusan binatang dengan cara memberikan dosis kecil karsinogen (senyawa kimiawi penyebab kanker) dengan jumlah yang hanya seujung peniti."
Herbert Snow, M.D., Ahli bedah senior of the Cancer Hospital of London, England, berkata: "Akhir-akhir ini banyak pria dan wanita yang tiba-tiba meninggal, seringkali setelah menghadiri pesta pernikahan, ataupun jamuan. Saya yakin 80% penyebab kematian ini adalah karena injeksi atau pemberian vaksin. Ini sudah dikenal sebagai penyebab kematian dan penyakit jantung. Petugas yang memeriksa kematian selalu dengan rahasia menyebutkannya sebagai “sebab yang wajar”.
W.B. Clark, M.D., dari Indianapolis bahkan lebih positif menyatakan bahwa “Kanker secara praktis tidak diketemukan hingga vaksin cowpox diperkenalkan. Saya telah melihat ini dari 200 kasus kanker, dan tidak pernah menemukan kanker pada orang yang tidak divaksin.”
Juga dijelaskan bahwa Sister White pun divaksin. Saat ia kecil dan belum menerima pekabaran kesehatan.
Berikut adalah laporan yang menarik mengenai beberapa efek keracunan yang parah dari antibiotik. Ini dilaporkan dalam buku berjudul, Antibiotics, tahun 1953, dan ditulis oleh Robertson Pratt Ph.D. dan Jean Dufrewy, D.Sc., keduanya dari College of Pharmacy, Universitas California, Di akhir bab kesimpulan menulis tentang penicillin tercantum beberapa racun yang secara fisik berpengaruh terhadap si pasien: " . . pruritis (gatal-gatal), urticaria (gatal-gatal), nausea (mual)- di antara 10% pasien: penicillin tongue, serangan asma, anaphylaxis /sensitif terhadap protein-protein tertentu yang berakibat cukup parah, bahkan kematian saat injeksi kedua diberikan untuk perawatan lanjutan. Saat sekelompok perawatan dengan penicillin dilanjutkan dengan sering terjadi penggumpalan darah, seringkali formasi normal antistrepolysis menghalangi atau sekaligus mencegah, [dan] akibatnya tubuh tak dapat memproduksi antibodi."
Tyrothricin dan dua jenis antibiotik lainnya juga disebut-sebut sering menyebabkan iritasi, kematian jaringan (maupun sel) saat injeksi diberikan terjadi benjolan di paru-paru, hati, dan limpa, ginjal dan jaringan jantung dari hewan eksperimen.
Reaksi alergi lainnnya terhadap Streptomycin, yang disebut buku ini di antaranya adalah: "Urticaria (gatal-gatal), nausea (mual), shock (kejang), juga dilaporkan adanya pening kepala saat obat ini diberikan, dihydrostreptomycin yang pertamanya disebut sebagai kurang toksin dibanding streptomycin diberikan pada dosis 2 gms. Sehari empat kali dalam 4 bulan mengakibatkan keruskan permanen dan bahkan keseluruhan, deperesi (hilangnya fungsi secara total) dari fungsi vestibular (telinga bagian dalam, sehingga mempengaruhi pendengaran, setengah lingkaran sehingga juga mempengaruhi system keseimbangan) dalam perbandingan 85% dari pasien yang diberikan dosis sehari 1 x 1 gm pun dapat menyebabkan pening bagi 59% pasien. Sehingga, bagaimanapun, dihydrostreptomycin adalah unsur toksin yang pasti lebih beracun karena mengakibatkan ketulian secara perlahan-lahan tanpa tanda-tanda pendahuluan akan kerusakan kronis saraf yang diakibatkan oleh penggunaannya. Streptomycin mengakibatkan vertigo [pusing] selayaknya rusaknya fungsi vestibular. "(Jadi bila pemberian streptomycin mengakibatkan seseorang pusing maka dokter sebaiknya menghentikannya sebelum orang itu menjadi tuli.)
Gejala kronis dari keracunan streptomycin adalah sbb: “Kerusakan pada saraf otak ke-8, infiltrasi lemak pada hati, kerusakan ginjal dan kelainan darah yang terjadi secara lambat laun.”
Sebagian dari efek keracunan Auremycin yang dapat disebutkan di antaranya adalah, gangguan pencernaan, mual, muntah-muntah dan diare, iritasi selaput lendir mulut dan daerah anus, tertekannya unsur biosintesis calicines dan atau sejenis komponen antibiotik pada traktus gastro intestinal (saluran usus) dan rasa terbakar diduga mengakibatkan kematian pada beberapa pasien..”
Pada buku yang lain, Antibiotics and Antibiotic Therapy oleh Allen E. Hussar, M.D., F.A.C.P., dan Howard L. Holley. M.D., F.A.C.P., kita mengerti bahwa efek beracun dari penicillin pada pusat system sarat didemonstrasikan pada hewan dan dilakukan observasi klinis. Reaksi intrathecial penicillin dapat digambarkan sebagai berikut: demam, pusing, mual, muntah lesu, iritasi pernapasan, cyanosis (membirunya kulit), turunnya tekanan darah, sirkulasi peradaran darah turun, otot terkilir, sakit pada kaki, punggung, gangguan sensor (pendengaran, penglihatan, pengecapan dll), areflexia (cessation of body reflexes), flaccid atau spastic kelumpuhan pada tangan dan kaki, cranial nerve palsy [kerusakan saraf otak], kehilangan kemampuan berbicara, nuchal [leher kaku/tegang, gangguan optis [tahapan hilangnya penglihatan, sulit buang air kecil, gangguan saat buang air besar, hilangnya kesadaran, kejang—[dan seringkali saat kejang tidak ada disertai kesadaran antara kejangan itu].
Dalam buku yang sama efek keracunan streptomycin disebutkan antaranya: demam, pallor [pucat], iritasi, paraplegia [lumpuhnya tubuh bagian bawah dan kedua kaki], tertahannya cairan air seni, tanda-tanda gangguan otak, keadaan shok, dan fasa antara koma tetapi masih hidup, somnolence [rasa kantuk yang berkepanjangan trance bisa berlangsung berhari-hari], kejang, coma [stupor abnormal yang parah atau tidur di mana pasien tidak dapat bangun]. Dan bahkan mengakibatkan kematian.
Banyak orang yang telah sering mengamati atau mendengar tentang reaksi obat-obatan ini dari orang-orang yang mereka kenal yang mengalaminya, atau bahkan merasakannya sendiri. Inilah suatu komentar dari baris yang tercantum dalam Washington Sunday Star tanggal 6 Oktober 1957: "Tidak Selalu Penolong-nyawa-72 kematian disebabkan oleh penggunaan Penicillin -Makin banyak orang Amerika yang menjadi peka terhadap antibiotik dan tidak sanggup untuk diberikan “Si-Penyelamat-jiwa” penicillin, Dr. Henry Welch, Food and Drug Administration, seperti dilaporkan kemarin. Kepala Divisi FDA bagian antibiotik memamparkan hasil dari survey nasional yang meliputi 72 kematian karena penicillin dan hampir 1000 reaksi 'yang-membahayakan-jiwa' dikarenakan antibiotik saat ini, terutama penicillin."
0 Response to "Bagaimana Dengan Antibiotik?"
Post a Comment